Steven terdiam di tempat.Dia tidak bisa bereaksi untuk waktu lama.Pada saat ini, banyak detail masa lalu yang muncul satu per satu di benaknya. Semuanya berputar dengan cepat.Steven teringat pada malam Tahun Baru itu. Vanesa mengatakan bahwa dia tidak enak badan, tetapi Steven berpikir bahwa dia hanya sedang merajuk. Jadi, Steven tidak menghiraukannya ....Sekarang jika dipikir-pikir, waktu itu seharusnya Vanesa sudah hamil.Beberapa kali setelahnya, ketika Regan mendekatinya, Vanesa selalu melindungi perutnya tanpa sadar ....Ponsel di saku bergetar. Steven tahu itu adalah telepon dari Hanna. Namun, saat ini dia tidak ingin menjawabnya.Steven berjalan satu langkah demi satu langkah dengan berat, menuju ruang gawat darurat.Alex mengikutinya dari belakang.Sesampainya di depan ruang gawat darurat, Alex baru berkata, "Keguguran waktu itu membuatnya menderita cedera parah. Tubuhnya nggak akan pernah pulih. Kamu melihatnya sendiri. Di Giyana, waktu itu dia langsung sakit begitu mendar
Maybach berhenti mendadak di depan pintu ruang gawat darurat.Alex langsung berlari membuka pintu kursi belakang.Steven menggendong Vanesa keluar dari mobil sambil berkata, "Dia berdarah, sudah nggak sadarkan diri!""Taruh dia di brankar dulu, lalu bawa ke ruang gawat darurat," kata Alex.Steven meletakkan Vanesa di brankar, sementara petugas medis langsung mendorong brankar menuju ruang gawat darurat.Bu Llyod dan Stella mengikuti, sementara Alex menahan Steven yang hendak mengejar, "Jangan panik dulu, bersihkan dulu noda darah di tubuhmu. Pergilah ke ruang istirahatku saja, aku punya baju bersih di sana.""Nggak perlu, aku ingin tahu apakah dia benar-benar hamil." Jakun Steven bergerak dengan susah payah, "Kalau dia memang hamil ... aku juga ingin tahu apakah bayinya masih ada."Steven menepis tangan Alex, langsung melangkah menuju ruang gawat darurat."Jangan terburu-buru dulu. Aku tadi sudah bertanya pada Bu Stella." Alex mengejar Steven, memutuskan untuk bertindak nekat!"Sudahla
Vanesa samar-samar seperti mendengar ada orang yang memanggilnya. Dia sangat ingin membuka mata, tetapi kelopak matanya seperti seberat seribu kilo, tidak bisa terbuka sama sekali.Steven melihat wajah Vanesa yang makin pucat, keningnya bahkan mengeluarkan keringat dingin. Wajah Steven menjadi makin muram. "Noel, cepatlah!""Baiklah, pegangan!"Noel menginjak pedal gas lebih dalam, membuat Maybach hitam itu melaju kencang menuruni gunung.Di dalam mobil, Steven langsung menyadari ada yang tidak beres.Vanesa terus menutupi perutnya dengan kedua tangan, mulutnya juga bergumam tanpa sadar, "Sakit."Napas Steven tercekat.Jangan-jangan ... Vanesa sedang hamil?Begitu kecurigaan ini muncul di benaknya, tubuh Steven langsung menegang. Dia segera mengambil ponsel untuk menelepon Alex."Vanesa pingsan karena sakit perut. Segera bawa dokter spesialis kandungan terbaik untuk menunggu kami di pintu ruang gawat darurat!" ujar Steven.…Di rumah sakit, Alex menutup telepon dengan ekspresi serius.
Bagaimana Steven bisa tahu dia ada di sini?Vanesa menatap Steven yang berhenti beberapa langkah darinya. Ekspresi Vanesa tampak dingin ketika bertanya, "Steven, apa kamu menyuruh orang mengikutiku?""Nggak sulit bagiku untuk mencari seseorang di Kota Amari," jawab Steven.Steven berdiri di bawah payung dengan wajah dingin. Pandangannya melirik patung keramik yang ada di belakang Vanesa."Kamu benar-benar berjuang keras demi Jake." Nada suara Steven terdengar mengejek, "Kamu baru saja diserang pagi ini, tapi sekarang sudah berani naik gunung sendirian."Vanesa yang terlalu malas berdebat dengannya, hanya berkata dengan nada dingin, "Karena kamu tahu apa yang aku alami pagi ini, aku nggak perlu menjelaskannya padamu lagi. Sekarang masih siang, kita bisa sekalian pergi ke Kantor Catatan Sipil untuk menyelesaikan perceraian."Steven menyeringai, lalu terkekeh dingin. "Vanesa, pasti nggak mudah bagimu untuk berakting dengan begitu meyakinkan."Vanesa mengerutkan kening. "Apa maksudmu?""Ka
"Hanna!" Camelia segera duduk di samping putrinya, mengangkat tangan dengan cemas dan menepuk-nepuk punggungnya pelan. "Maafkan Ibu, Ibu nggak bermaksud seperti itu. Ibu hanya terbawa emosi dan kehilangan kendali sesaat. Kamu nggak apa-apa, 'kan?"Hanna menunduk, sorot kebencian sekilas melintas di matanya.Namun, saat kembali menatap ke atas, matanya berlinang dan memerah. "Ibu, maaf … baru saja aku juga terpaksa bicara seperti itu. Aku tahu kata-kataku membuat Ibu disalah pahami, tapi ""Sudah, Ibu mengerti, Ibu nggak akan menyalahkanmu.""Aku benar-benar terpojok. Wanita bernama Vanesa itu telah mengasuh Regan selama lima tahun. Regan sangat bergantung padanya, bahkan sepertinya Steven juga mulai menganggap dia lebih baik dariku .…"Hanna mulai menangis tersedu. "Ibu, aku kehilangan ingatanku. Aku sama sekali nggak tahu bagaimana cara berinteraksi dengan Regan. Dia suka makan camilan, aku hanya ingin menyenangkan hatinya. Aku sungguh nggak tahu kalau pencernaannya begitu lemah. Stev
Alex menceritakan kepada Steven semua informasi yang dia ketahui.Steven tidak berkata sepatah kata pun, hanya memeluk Regan dan langsung pergi.Sepuluh menit kemudian, mobil Maybach perlahan memasuki area Mansion Burla.Noel segera menghentikan mobil lalu turun dan membukakan pintu.Steven turun sambil menggendong Regan yang sudah tertidur dan berjalan masuk ke dalam rumah.Hanna segera berdiri dari sofa dan Camelia dengan sigap menopangnya."Uhuk … uhuk." Hanna batuk lemah beberapa kali, menahan dada sambil menatap Steven dengan mata berlinang "Bagaimana kondisi Regan? Apa kata dokter?""Demam karena gangguan pencernaan," Steven menjawab tanpa ekspresi, matanya sekilas menyapu Camelia, lalu langsung membawa Regan naik ke lantai atas tanpa berhenti.Camelia dan Hanna tertegun.Sikap Steven sangat jelas, pria itu sedang marah."Hanna, kalian bertengkar?"Hanna menggeleng. "Nggak. Saat dia datang menjemput Regan tadi, dia masih baik-baik saja.""Kalau begitu, kenapa sepulang dari rumah