"Astaga!" Jake langsung bangkit berdiri karena terlalu bersemangat. "Benar-benar kamu yang menciptakannya!""Ya. Sebenarnya kalau nggak melihat video kompetisi Chika, aku hampir lupa dengan peristiwa itu," ujar Vanesa."Peristiwa apa?" tanya Jake.Vanesa mulai menjelaskan, "Saat berumur 12 atau 13 tahun, aku mulai belajar membuat lagu secara otodidak. Kakek membelikanku sebuah buku catatan. Lagu-lagu ciptaanku semua aku tulis di buku catatan itu. Kira-kira ada belasan lagu di dalamnya. Setelah Kakek meninggal, aku dijemput untuk kembali ke Keluarga Winston. Aku juga membawa buku catatan itu."Jake duduk lagi. "Jadi, Chika mencuri buku catatanmu?""Waktu aku diusir dari Keluarga Winston dulu, mereka bahkan nggak mengizinkanku membawa satu helai baju pun. Buku catatan itu tentu saja nggak aku bawa," kata Vanesa.Jake mengerutkan kening. "Kalau begitu, kemungkinan Chika baru menemukan buku catatan itu belakangan ini. Kalau nggak, mengingat ambisi Keluarga Winston, kalau mereka benar-benar
Hari ini adalah hari Sabtu, jadi Bella tidak perlu pergi sekolah.Tania tinggal di rumah untuk menemani Bella, sementara Vanesa dan Jake mengantarkan Amanda ke kelas, lalu pergi ke studio bersama-sama.Begitu keduanya masuk studio, Lucy berdiri dari meja kerjanya, lalu menunjuk ke meja resepsionis. "Kak Vanesa, ada yang mengirim bunga untukmu."Vanesa terdiam sejenak, pandangannya menyapu ke arah meja resepsionis.Seikat mawar putih diletakkan di atas meja resepsionis, tampak sangat menarik perhatian."Felix lagi?" Jake mengerutkan kening, tatapannya tampak merendahkan. "Apa dia nggak bisa lebih kreatif sedikit?"Vanesa bahkan tidak melihatnya sama sekali. Dia berbalik untuk berjalan ke kantor, lalu berkata pada Lucy, "Seperti biasa, berikan ke kafe di bawah."Lucy membalas, "Baik!"Jake mengikuti Vanesa masuk ke kantor, lalu berbalik untuk menutup pintu.Keduanya duduk di sofa.Vanesa menatap Jake, lalu berkata, "Baru-baru ini ada acara audisi yang diikuti Chika.""Chika?" Jake mencar
Steven sudah terbiasa menghitung untung dan rugi, terbiasa menggunakan segala cara untuk mengendalikan situasi, selalu hanya melihat orang dan hal-hal di sekitarnya dengan rasionalitas dan data. Seiring berjalannya waktu, Steven pun menutup kebutuhan emosionalnya sendiri.Dia mengabaikan kebutuhan emosionalnya sendiri, jadi secara alami dia juga tidak bisa melihat kebutuhan emosional pasangannya.Ditambah lagi, ada pula obat-obatan yang dia minum ....Alex merasa suasana hatinya agak rumit untuk sesaat."Steven, mungkin kamu harus meninjau ulang pernikahan antara dirimu dan Vanesa. Kamu harus bertanya pada dirimu sendiri, apakah kamu selama ini nggak bersedia melepaskannya hanya karena anak itu? Apakah itu benar-benar hanya karena kamu merasa Vanesa adalah sosok yang sesuai?" ujar Alex."Aku nggak tahu." Steven menundukkan pandangannya. "Aku hanya tahu kalau aku nggak ingin bercerai.""Selama ini aku selalu berpikir kalau kamu mencintai Vanesa, tapi nggak menyadarinya. Sekarang, ternya
Pfft!Alex langsung menyemprotkan minuman yang baru saja dia tenggak!"Uhuk, uhuk …."Steven mengernyit menatap sahabatnya itu.Alex mengambil tisu dan menyeka mulutnya. "Uhuk, uhuk! Astaga, aku hampir mati tersedak! Kalau kamu iri dengan kehidupanku yang bahagia sekarang, bilang saja!""Aku serius," kata Steven dengan serius. "Vanesa memang sudah pulang, tapi dia masih kesal. Dia sengaja menghindariku."Alex menarik napas dalam-dalam dan menatap Steven, lalu mengatupkan bibirnya dan menghela napas."Tunggu, kok aku nggak paham maksudmu? Bukannya waktu itu kamu bilang kamu nggak mencintai Vanesa? Kamu hanya menginginkan istri yang berkualitas, jadi kenapa kamu ambil pusing dia menghindarimu atau nggak? Dia sudah pulang, anak-anakmu punya seseorang yang berperan sebagai ibu mereka. Keluargamu 'kan sudah utuh, jadi apa lagi yang membuatmu nggak puas?""Meskipun aku nggak mencintainya, aku tetap mau jadi suami yang baik. Selama lima tahun kami menikah, kami bertiga bisa hidup dengan rukun
Itu sebabnya selama ini Steven selalu berpendapat bahwa bisa mengajak keluarganya jalan-jalan setiap tahun adalah hal hebat yang dia lakukan sebagai seorang suami dan seorang ayah.Namun, akhir-akhir ini Steven jadi mulai bernostalgia setiap kali memiliki waktu luang. Mungkin karena Alex adalah ayah yang kompeten.Jika dipikir-pikir kembali, Steven menyadari bahwa dia tidak banyak berpartisipasi dalam lima tahun pernikahannya .…"Kok kamu diam saja?"Steven tersadar dari lamunannya dan berdeham. "Mau minum-minum nggak kalau lagi luang?""Minum-minum?" Alex langsung menolak, "Nggak ah, bisa-bisa aku dihabisi istriku."Steven terdiam."Eh, tunggu. Bukannya istri dan putrimu sudah pulang? Kok kamu masih terpikir buat pergi minum-minum?""Mereka ada di Bumantara hari ini.""Mereka kabur dari rumah?"Steven mengernyit dan berkata, "Nggak, Bu Amanda datang. Minggu ini mereka mungkin akan tinggal di Bumantara."Alex akhirnya menyadari ada sesuatu yang tersirat."Steven, nada bicaramu terdenga
Saat melihat Steven, stroberi yang ada di dalam mulut Amanda sontak terasa tidak enak lagi!"Kok dia ke sini?"Vanesa juga merasa sedikit terkejut.Jake bangkit berdiri dan berkata, "Pak Steven, menyebalkan sekali kalau datang tanpa diundang di tengah waktu selarut ini!"Steven melirik Jake dengan acuh tak acuh, lalu menatap Amanda dan mengangguk kecil.Ekspresi Amanda terlihat jengkel, dia benar-benar tidak mau memedulikan Steven.Steven tidak ambil pusing dengan sikap Amanda. Dia menatap Vanesa.Vanesa sedikit mengernyit dan balas menatap dengan dingin.Suasananya terasa begitu tenang.Steven memang memiliki kehebatan seperti ini. Apa pun situasi yang dia hadapi, dia selalu bisa bersikap dengan tenang dan acuh tak acuh.Amanda adalah orang yang lebih tua. Siapa juga tahu bahwa Steven datang bertamu selarut ini bukanlah sesuatu yang baik.Amanda pun bertanya dengan tenang, "Kenapa Pak Steven menggangguku selarut ini? Apa ada sesuatu yang mendesak?"Steven menjawab dengan tenang, "Aku