LOGINVanesa hendak pergi ketika dia melihat Steven berjalan ke arah wanita yang dikelilingi oleh para wartawan itu.Langkah Vanesa pun terhenti. Dia memperhatikan Steven yang berjalan selangkah demi selangkah ke sisi wanita itu.Wanita itu memiliki rambut pendek yang indah dan mengenakan kacamata hitam.Setelah Steven berjalan mendekat, wanita itu dengan lugas menggandeng lengan Steven dengan salah satu tangan. Tangannya yang satu lagi melepas kacamata hitamnya.Sesosok wajah yang sangat cantik pun terpampang.Wanita itu menatap sekelompok wartawan itu dengan aura yang kuat, matanya memancarkan kesan acuh tak acuh seperti seseorang yang memiliki kedudukan lebih tinggi. Bibir merahnya menyunggingkan seulas senyuman kecil yang tampak begitu sempurna."Awalnya aku ingin menunggu kesempatan yang tepat untuk memperkenalkan tunanganku kepada kalian semua, tapi karena kalian penasaran, aku akan memenuhi keinginan kalian. Pak Steven inilah pria yang akan aku nikahi."Para wartawan sontak menjadi ge
Begitu tengah malam tiba, suara ledakan pun terdengar di langit ....Pertunjukan kembang api yang spektakuler menerangi langit di atas Sungai Andan!Kembang api yang totalnya senilai sepuluh miliar lebih itu dirancang khusus dan ditampilkan dalam berbagai gaya.Pertunjukan itu berlangsung selama sepuluh menit lebih. Di akhir pertunjukan, tampaklah sederet kalimat di tengah langit malam. [Semoga kedamaian dan ketenangan menyertai Vanesa sepanjang hidupnya, terbebas dari penyakit dan bencana, serta dipenuhi kedamaian dan sukacita!]Kedamaian dan ketenangan itu tentu saja merujuk dari nama Bella dan Alfredo.Semoga terbebas dari penyakit dan bencana, serta dipenuhi kedamaian dan kebahagiaan.Hanya itu yang manusia minta dalam hidupnya.Vanesa menatap kata-kata itu. Meskipun hanya beberapa detik muncul di langit malam, kata-kata itu meninggalkan kesan mendalam di hatinya.Dia menoleh dan menatap pria di sampingnya.Pria yang sedang menggendong kedua anaknya itu pun ikut menoleh menatap Van
Vanesa agak terkejut.Dia mengira Steven pasti akan sangat menantikan tahun pertama mereka bisa berkumpul kembali sebagai keluarga.Namun, dia malah bilang dia sibuk. Di malam Tahun Baru, tidak mungkin itu urusan pekerjaan.Berarti itu urusan pribadi.Meskipun hatinya diliputi tanya, Vanesa tetap tidak banyak bertanya."Kalau begitu, ayo kita makan saja," ucap Vanesa sambil menggandeng kedua anaknya menuju meja makan.Bibi Zaina memperhatikan dua anak kecil itu sambil ngedumel dalam hati.Barusan saat menelepon, dia jelas mendengar suara seorang anak di sana sedang memanggil ayah.Bibi Zaina tiba-tiba teringat pada Regan.Di malam di mana semua orang berkumpul bersama keluarga, jangan-jangan Pak Steven menolak menemani kedua anaknya dan malah pergi menemani Regan?Jika benar begitu, Pak Steven benar-benar salah besar!Namun, itu hanya tebakan Bibi Zaina.Bibi Zaina tidak berani memberi tahu Vanesa. Dia takut kalau ternyata dia salah dengar dan justru menimbulkan kesalahpahaman baru di
"Tolong selalu hargai dia dalam keadaan apa pun," ucap Jake.Kalau kamu mencintainya, kamu harus menghargainya.Itulah cara Jake memahami arti cinta.Steven menatap Jake lama sekali.Untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa Jake pantas untuk dihormati, bahkan dikagumi.Sejak hari pertama Jake mengenal Vanesa, dia selalu berada di sisinya bukan sebagai kekasih, tetapi sebagai teman dan keluarga.Dia menjalani perannya sebegitu baik, membuat Steven merasa malu pada dirinya sendiri.Sekitar mereka sepi. Dari arah ruang makan terdengar tawa riang dua anak kecil, diselingi suara lembut Vanesa yang sedang membimbing mereka.Steven menurunkan suaranya, lalu bertanya pelan, "Kamu mau pergi?""Ya," jawab Jake. Dia menunduk, tersenyum kecut, lalu berkata, "Aku satu-satunya pewaris Keluarga Harmon. Usiaku juga sudah nggak muda lagi. Kakekku belakangan ini sering sakit, beliau mau melihatku menikah dan punya anak."Steven terdiam setelah mendengarnya.Sebagai seseorang yang pernah gagal dalam perni
Di Malam Tahun Baru, vila di tepi Sungai Andan penuh cahaya lampion, pita merah, dan suasana riang.Bella dan Alfredo mengenakan pakaian merah yang dibelikan oleh Steven, tampak penuh semangat seperti bintang cilik yang sering muncul di televisi.Sementara pakaian Vanesa disiapkan oleh Stella.Semuanya bernuansa merah pula.Tahun ini, suasananya terasa berbeda lebih berarti dari tahun-tahun sebelumnya.Hari ini Stella dan Alex harus membawa Delvin ke rumah Keluarga Lorian untuk berkumpul, jadi mereka datang pagi-pagi untuk memberikan angpao kepada Bella dan Alfredo, lalu duduk sebentar sebelum berpamitan.Vanesa juga memberi Delvin angpao.Sebelum mereka pergi, Vanesa sempat menarik Stella ke samping dan berbisik padanya, "Aku dengar Jake bilang, bulan lalu kamu dan Alex sampai ribut di depan kantor catatan sipil?"Stella tertegun sejenak, lalu menghentakkan kaki. "Dasar Jake ini! Aku sudah suruh dia jangan kasih tahu kamu!" ucap Stella dengan kesal."Ini hal besar, Stella. Kamu mau se
Bagasi mobil penuh dengan belanjaan. Begitu tiba di rumah, Amanda langsung mengajak Bibi Yesi dan Bibi Zaina menuju dapur, kemudian mulai sibuk mempersiapkan makanan.Api di dapur menyala terang, entah apa yang dibicarakan ketiga wanita di dapur itu, tawa mereka tidak pernah berhenti terdengar selama memasak.Mereka sibuk hingga pukul tujuh malam, hidangan lezat akhirnya memenuhi meja makan.Amanda berseru riang, "Masakan sudah siap semua! Waktunya makan malam!"Satu per satu orang bangkit dari ruang tamu dan menuju meja makan besar.Emran datang tepat waktu, dia membawa beberapa kotak suplemen dan bingkisan tahun baru.Katanya dia datang untuk menumpang makan, sekalian mengucapkan selamat tahun baru lebih awal.Amanda mengolok-oloknya. Dia berkata bahwa hidung Emran benar-benar tajam, mereka baru saja mau mulai makan, dia sudah muncul.Kecerdasan emosional Emran sangat tinggi. Didikan keluarganya sangat baik, dia memiliki kakek dan nenek, jadi dia pandai bergaul dengan orang tua.Dia







