Share

Bab 5

Author: Yela
"Kenapa kamu bicara begitu? Bukankah kita sudah jadi keluarga?"

Emma berpura-pura menghindar dari tangan Miles, lalu melirikku dengan tatapan penuh rasa takut, seolah diam-diam menuduhku.

Miles langsung melemparkan tatapan garang ke arahku.

"Aubrey! Kenapa kamu jahat banget sama Emma? Kenapa kamu berubah jadi seperti ini? Dulu kamu nggak begini!"

Aku yang berubah? Justru kalian semua yang berubah. Ibu yang dulu selalu memikirkan aku, ayah yang dulu tegas, tetapi lembut, dan kakak yang selalu melindungiku, sekarang kalian semua sudah berubah jadi orang asing.

Aku hanya tertawa dingin, lalu menatap mata Miles dan menjawab.

"Coba kamu tanya langsung ke Emma, apa aku jahat sama dia? Kamarku saja sudah aku kasih ke dia. Apalagi yang dia mau?"

Pertanyaanku membuat Emma merasa bersalah. Dia refleks menghindari pandanganku. Sikap takutnya itu malah makin membuat Miles ingin melindunginya. Miles membentakku tanpa pikir panjang.

"Itu karena sikapmu yang sok superior itu yang menyakitinya! Emma baru pindah ke rumah kita, kamu mestinya mengalah dong!"

Tiba-tiba aku jadi musuh yang harus dilawan, sementara dia, Miles, jadi pangeran yang melindungi sang putri.

Orang tua yang sok suci itu cuma tahu ikut campur dan membela satu pihak.

"Aubrey, kakakmu itu jarang pulang, jangan buat dia marah. Cepat minta maaf ke kakakmu dan Emma."

Aku menatap keluarga yang begitu berat sebelah ini, lalu menjawab dengan tegas, kata demi kata.

"Apa pun yang Emma mau, aku bisa kasih. Aku nggak membutuhkannya. Tapi, kalau disuruh minta maaf, jangan harap!"

Setelah berkata begitu, aku mengunci diri di kamar, membiarkan teriakan penuh amarah Miles tertahan di luar pintu. Hari itu, mereka berempat menghabiskan waktu bersenang-senang seharian. Tak ada yang ingat untuk meneleponku, bahkan sekadar membawakanku makanan pun tidak.

Kalau ini adalah diriku yang dulu, aku pasti sudah merasa sangat sedih, bahkan mungkin akan mogok makan atau kabur dari rumah demi membuat orang tuaku merasa bersalah. Namun, diriku yang sekarang tahu kalau semua itu sia-sia dan cuma akan menyiksa tubuhku sendiri.

Aku memasak semangkuk mi instan yang kaya isi untuk diriku sendiri. Sambil makan, aku membuka buku latihan yang dulu diam-diam kubeli.

Sejak terlahir kembali, aku sangat rajin belajar dan terus berusaha untuk berkembang. Aku tidak pernah berani bermalas-malasan walau sehari pun. Di kehidupan ini, aku harus sukses dengan usahaku sendiri. Setelah kupikirkan baik-baik, aku memutuskan untuk belajar kedokteran.

Walaupun aku baru tujuh tahun, otakku masih menyimpan pengetahuan waktu aku umur dua puluhan dulu. Jadi, soal belajar, aku jelas lebih unggul dari Emma. Cara-cara manja dan sok lugu ala Emma mungkin manjur buat orang tuaku yang sok baik itu, tetapi itu tidak berlaku buat guru-guru di sekolah. Nilai jelek, ya tetap saja jelek.

Waktu ujian akhir, aku meraih peringkat pertama seangkatan, sedangkan Emma ada di posisi terbawah. Setiap kali dipanggil guru karena nilainya buruk, Emma pasti selalu menangis dan bilang tekanan belajar membuat matanya kambuh. Namun, dia tetap bersikeras tidak mau pindah ke sekolah khusus. Setiap kali musim ujian tiba, rumah pasti dibuat kacau olehnya.

Demi memahami perasaan Emma dan supaya dia tidak diremehkan teman-temannya karena status anak angkat, orang tua sok suci itu memutuskan untuk datang ke pertemuan orang tua Emma, walaupun jadwal pertemuan kami berdua diadakan di hari yang sama.

Orang tua sok suci itu jelas-jelas tahu kalau aku diejek dan ditindas teman-temanku karena mereka pilih kasih. Katanya, aku ini anak yang punya orang tua, tetapi tidak dicintai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Memang Begitu   Bab 12

    "Aku egois? Aku kejam? Aku menindas dan mengucilkan Emma sejak kecil?""Kalian bilang dia kasihan, jadi aku serahkan kamarku untunya dan pindah ke kamar pelayan. Kalian bilang dia butuh lebih banyak perhatian, jadi sejak umur tujuh tahun aku pergi sekolah sendiri. Kalian bilang dia harus berobat, jadi sejak kecil aku cari beasiswa sendiri tanpa mengandalkan keluarga. Dia bersin sedikit saja, kalian semua langsung mengantarnya ke rumah sakit. Aku demam tinggi, nggak ada yang peduli.""Kalian cuma datang ke pertemuan orang tua Emma dan cuma ingat ulang tahunnya. Dari kecil, semua yang Emma inginkan harus aku kasih padanya. Bahkan orang tuaku sendiri pun aku relakan, kalian masih belum puas? Benar, dia memang menyedihkan, tapi hidupnya yang tragis bukan salahku. Dia sakit parah juga bukan salahku!""Kamu bilang aku nggak layak jadi dokter? Sejak aku memutuskan belajar kedokteran, aku membeli semua buku pelajaran sendiri. Sekolah bahkan sampai guru les pun aku cari sendiri. Selama ini, kam

  • Cinta Memang Begitu   Bab 11

    Sebelum pergi, aku dan kepala sekolah duduk berbincang semalaman. Dia sudah sejak lama menyadari perasaan Nathan padaku, tetapi dia tetap meyakinkanku, meski aku dan Nathan nanti tak bisa bersama, aku akan selalu menjadi putri kesayangannya.Setelah masuk universitas, aku tak pernah lagi berhubungan dengan Keluarga Moore, tetapi mereka masih terus menggunakan kartu bank yang kuberikan. Aku sedikit banyak tahu kabar tentang Keluarga Moore dari teman-teman lama bahwa Keluarga Moore sedang terkena masalah.Saat mengikuti ujian masuk universitas seni, penyakit mata Emma kambuh. Karena di kehidupan ini aku tidak ikut ujian, dia asal menukar namanya dengan lembar jawaban milik siswa lain yang gambarnya bagus. Setelah itu, dia merengek dan pura-pura menyedihkan agar ayahku, yang punya sedikit pengaruh di dunia seni, menyuap panitia untuk menutupi kasus ini.Tak disangka, dia malah menukar lembar milik murid dari penguji utama. Skandal anak angkat Keluarga Moore yang curang dalam ujian langsun

  • Cinta Memang Begitu   Bab 10

    Kami duduk di tepi danau yang pemandangannya indah sambil berbagi kue. Kepala sekolah memberiku sebuah tas baru, sementara hadiah dari Nathan adalah gelang kecil hasil buatannya sendiri. Begitu aku membayangkan Nathan yang ceroboh sedang serius merangkai gelang, aku langsung tertawa. Nathan pun malu dan kesal.Tak terasa dua tahun telah berlalu. Aku sebentar lagi akan lulus SMA. Demi benar-benar meninggalkan Keluarga Moore, aku memutuskan untuk kuliah kedokteran di luar negeri. Nilai-nilaiku sangat bagus, jadi pihak universitas memberiku beasiswa penuh.Begitu surat penerimaan tiba di rumah, barulah Keluarga Moore tahu aku akan kuliah di luar negeri. Awalnya, kupikir orang tuaku yang sok suci itu akan bersikap seperti biasa, langsung menyalahkanku karena mengambil keputusan sendiri.Tak kusangka sikap mereka justru berubah drastis kali ini. Mereka jadi perhatian padaku, bahkan memujiku sebagai anak yang tidak merepotkan.Rupanya, tahun ini, Emma harus berobat dan ikut bimbingan belajar

  • Cinta Memang Begitu   Bab 9

    Saat itu juga, kepala sekolah yang baru saja memarkir mobil bergegas ke arah kami. Begitu melihatnya, orang tuaku langsung berubah bersikap, yang tadinya marah-marah, sekarang langsung manis dan ramah.Emma tahun depan akan masuk SMA. Walau nilainya buruk, tetapi ambisinya tinggi. Emma ingin masuk SMA ternama. Jadi, cepat atau lambat pasti harus minta bantuan kepala sekolah.Setelah tahu Nathan adalah anak dari kepala sekolah ternama, ekspresi aneh di wajah Emma jadi makin kentara. Dia bahkan melepas tangan yang tadinya melingkari lengan Miles."Aku tahu Aubrey nggak akan bohong sama kita."Orang tuaku juga sadar situasi. Mereka buru-buru minta maaf ke kami dengan senyum canggung. Tentu saja, tujuannya agar tidak menyinggung Nathan. Aku cuma kebetulan kena imbasnya."Maaf sudah merepotkan Bu Kepala sekolah. Hari libur begini masih sempat mengajak Aubrey jalan-jalan."Nathan tak tahan tertawa sinis begitu melihat keluarga itu berubah sikap secepat kilat."Pak, Bu, tahu nggak kenapa kami

  • Cinta Memang Begitu   Bab 8

    "Dia cuma punya masalah di mata, bukan buta total. Kenapa harus terus-menerus mengalah padanya?"Kepala sekolah menepuk kening Nathan, memperingatkannya agar lebih hati-hati dalam bicara. Setelah itu, beliau memelukku erat seperti seorang ibu dan mengelus punggungku dengan lembut."Kalau begitu, mulai sekarang kamu jadi anak angkatku saja. Anak baik sepertimu, kalau mereka menolakmu, aku yang akan menerimamu."Aku menangis tersedu-sedu di pelukan kepala sekolah, sementara Nathan hanya bergumam lirih."Kalau dia jadi anakmu, berarti kita kakak adik dong."Masa SMA adalah masa paling santai dalam hidupku. Bahkan saat liburan, aku sering tinggal di asrama dengan alasan belajar.Orang tuaku pun tak sempat mengurusku. Kudengar mereka sibuk membawa Emma berobat dan memasukkannya ke berbagai les tambahan, sampai bisnis keluarga pun terbengkalai. Uang sakuku ikut terpotong. Untung saja, aku sudah mencapai kebebasan finansial sejak lama, jadi tanpa bantuan Keluarga Moore pun hidupku tetap nyama

  • Cinta Memang Begitu   Bab 7

    "Anak orang dalam memang beda. Duduknya harus di tengah.""Kalau duduk bareng dia, pasti diawasi guru terus. Siapa yang tahan?"Semua siswa segera menjauh, menyisakan aku duduk sendirian di bangku paling tengah. Aku duduk tegak, mengabaikan ejekan mereka, lalu membuka buku pelajaran dengan tenang.Saat itulah, seseorang langsung menarik kursi dan duduk di sebelahku. Tangannya yang ramping dan indah itu terulur ke arahku."Hai, kamu Aubrey, 'kan? Kenalkan, aku Nathan. Boleh nggak aku duduk bareng kamu?"Aku meliriknya dengan tanpa ekspresi. Anak ini terlihat rapi dan ramah, jelas tipe yang disukai banyak orang."Kamu yakin? Duduk bareng aku bisa-bisa kamu dikira anak orang dalam, lho."Dia tertawa lepas, lalu mengedipkan matanya dan berbisik di telingaku."Haha, mereka nggak akan berani macam-macam. Aku ini anak kepala sekolah."Baru saat itulah aku sadar kalau wajah Nathan memang mirip dengan kepala sekolah. Mungkin kepala sekolah khawatir aku kesulitan berbaur, jadi sengaja meminta Na

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status