Share

Bab 4

Author: Yela
Bahkan saat kami mengikuti ujian masuk universitas seni, Emma tiba-tiba mengalami gangguan penglihatan dan tidak bisa menyelesaikan ujian. Saat mengumpulkan hasil ujian, dia diam-diam menukar nama di lembar gambar kami.

Ketika hasil pengumuman keluar, aku langsung mengenali bahwa karya terbaik yang tertulis atas nama Emma sebenarnya adalah milikku. Aku memohon pada orang tuaku untuk membelaku, tetapi mereka malah hanya memeluk Emma yang menangis tersedu-sedu dan menasihatiku untuk berbesar hati.

"Aubrey, kamu bisa ikut ujian lagi tahun depan, tapi waktu Emma terbatas. Kamu 'kan tahu dia bisa buta kapan saja!"

"Sejak kecil hidup Emma sudah menyedihkan, kamu mengalah saja! Kamu pasti bisa lolos tahun depan!"

Mudah bagi mereka untuk mengatakannya, tetapi mereka tidak tahu betapa kerasnya aku berlatih diam-diam karena bakatku tidak sebaik Emma. Setiap malam aku menggambar dalam gelap, nyaris membutakan mataku sendiri karena kelelahan.

Akhirnya, emosiku meledak dan berteriak.

"Dia sudah merebut Ayah dan Ibu dariku, sekarang mau merebut hidupku juga? Kembalikan posisi itu padaku, kalau nggak, aku akan pergi dari rumah ini selamanya."

Perlawanan itu tidak membuat orang tuaku menyesal, malahan membuat ayahku marah dan menamparku.

"Kalau bukan karena mata Emma yang sakit, kamu pikir kamu bisa menang darinya? Kamu tuh nggak punya bakat menggambar. Masuk universitas seni pun kamu cuma jadi peringkat terakhir!"

Aku memegangi pipiku yang terasa panas karena tamparan itu. Aku tak percaya ucapan seperti itu keluar dari mulut ayah kandungku sendiri.

Akhirnya, Emma tetap menggantikan posisiku di universitas seni. Sedangkan aku, jadi bahan tertawaan semua orang, kalah dari anak angkat yang matanya bermasalah. Mimpiku kandas dan aku pun menjalani hidup biasa-biasa saja.

Di kehidupan keduaku ini, aku sudah kehilangan semangat untuk menggambar, jadi aku membuang perlengkapan gambarku ke tempat sampah tepat di depan orang tuaku. Ekspresi ayahku langsung muram, tetapi karena mereka tahu mereka bersalah, mereka pergi begitu saja bersama Emma dengan kesal.

Saat musim liburan tiba, kakak kandungku, Miles Moore, yang biasanya belajar di luar negeri pun pulang ke rumah. Tujuan utamanya karena ingin bertemu langsung dengan adik baru yang katanya luar biasa, Emma.

Sama seperti kehidupan sebelumnya, Miles langsung jatuh hati dan tergila-gila pada Emma saat pertama kali melihatnya. Saat itu, Emma menutupi wajahnya dengan kain, berjalan menyusuri ruang tamu layaknya orang buta, lalu "kebetulan" jatuh ke pelukan Miles yang baru pertama kali Emma temui.

Emma pun tersipu malu dan berkata dengan suara manja.

"Aku nggak tahu kapan mataku akan benar-benar buta. Jadi, aku ingin belajar hidup dalam gelap lebih dulu, supaya nanti nggak merepotkan Ayah, Ibu, dan Kakak."

Emma memang pandai bicara. Dengan kalimat yang terdengar lembut, dia berhasil menyisihkan aku sebagai adiknya, sekaligus memberi kesan bahwa hubungan kami tidak akur di mata Miles.

Miles, yang masih muda dan mudah terpengaruh, tak bisa berkata-kata. Gadis di hadapannya tampak seperti tokoh utama drama TV yang polos dan rapuh, membuat orang ingin melindunginya. Saat itu juga, Miles bersumpah dalam hati akan menjaga Emma seumur hidupnya.

Orang tuaku mengusulkan agar kami sekeluarga pergi bersenang-senang sehari penuh, sebagai penyambutan kepulangan Miles. Aku jelas tidak mau ikut. Mereka berempat begitu akrab dan harmonis, apa hubungannya denganku, si anak bungsu yang manja, pencemburu, keras kepala, dan tak dicintai?

Namun, Emma tetap saja sengaja membuatku makin kesal. Dia pura-pura sedih sambil menangis di sudut ruangan.

"Ayah, Ibu, kalian ajak Kak Miles dan Aubrey saja. Saat kalian sekeluarga berkumpul, kehadiranku malah merusak suasana."

Miles langsung panik dan buru-buru menyeka air mata Emma dengan lembut.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Memang Begitu   Bab 12

    "Aku egois? Aku kejam? Aku menindas dan mengucilkan Emma sejak kecil?""Kalian bilang dia kasihan, jadi aku serahkan kamarku untunya dan pindah ke kamar pelayan. Kalian bilang dia butuh lebih banyak perhatian, jadi sejak umur tujuh tahun aku pergi sekolah sendiri. Kalian bilang dia harus berobat, jadi sejak kecil aku cari beasiswa sendiri tanpa mengandalkan keluarga. Dia bersin sedikit saja, kalian semua langsung mengantarnya ke rumah sakit. Aku demam tinggi, nggak ada yang peduli.""Kalian cuma datang ke pertemuan orang tua Emma dan cuma ingat ulang tahunnya. Dari kecil, semua yang Emma inginkan harus aku kasih padanya. Bahkan orang tuaku sendiri pun aku relakan, kalian masih belum puas? Benar, dia memang menyedihkan, tapi hidupnya yang tragis bukan salahku. Dia sakit parah juga bukan salahku!""Kamu bilang aku nggak layak jadi dokter? Sejak aku memutuskan belajar kedokteran, aku membeli semua buku pelajaran sendiri. Sekolah bahkan sampai guru les pun aku cari sendiri. Selama ini, kam

  • Cinta Memang Begitu   Bab 11

    Sebelum pergi, aku dan kepala sekolah duduk berbincang semalaman. Dia sudah sejak lama menyadari perasaan Nathan padaku, tetapi dia tetap meyakinkanku, meski aku dan Nathan nanti tak bisa bersama, aku akan selalu menjadi putri kesayangannya.Setelah masuk universitas, aku tak pernah lagi berhubungan dengan Keluarga Moore, tetapi mereka masih terus menggunakan kartu bank yang kuberikan. Aku sedikit banyak tahu kabar tentang Keluarga Moore dari teman-teman lama bahwa Keluarga Moore sedang terkena masalah.Saat mengikuti ujian masuk universitas seni, penyakit mata Emma kambuh. Karena di kehidupan ini aku tidak ikut ujian, dia asal menukar namanya dengan lembar jawaban milik siswa lain yang gambarnya bagus. Setelah itu, dia merengek dan pura-pura menyedihkan agar ayahku, yang punya sedikit pengaruh di dunia seni, menyuap panitia untuk menutupi kasus ini.Tak disangka, dia malah menukar lembar milik murid dari penguji utama. Skandal anak angkat Keluarga Moore yang curang dalam ujian langsun

  • Cinta Memang Begitu   Bab 10

    Kami duduk di tepi danau yang pemandangannya indah sambil berbagi kue. Kepala sekolah memberiku sebuah tas baru, sementara hadiah dari Nathan adalah gelang kecil hasil buatannya sendiri. Begitu aku membayangkan Nathan yang ceroboh sedang serius merangkai gelang, aku langsung tertawa. Nathan pun malu dan kesal.Tak terasa dua tahun telah berlalu. Aku sebentar lagi akan lulus SMA. Demi benar-benar meninggalkan Keluarga Moore, aku memutuskan untuk kuliah kedokteran di luar negeri. Nilai-nilaiku sangat bagus, jadi pihak universitas memberiku beasiswa penuh.Begitu surat penerimaan tiba di rumah, barulah Keluarga Moore tahu aku akan kuliah di luar negeri. Awalnya, kupikir orang tuaku yang sok suci itu akan bersikap seperti biasa, langsung menyalahkanku karena mengambil keputusan sendiri.Tak kusangka sikap mereka justru berubah drastis kali ini. Mereka jadi perhatian padaku, bahkan memujiku sebagai anak yang tidak merepotkan.Rupanya, tahun ini, Emma harus berobat dan ikut bimbingan belajar

  • Cinta Memang Begitu   Bab 9

    Saat itu juga, kepala sekolah yang baru saja memarkir mobil bergegas ke arah kami. Begitu melihatnya, orang tuaku langsung berubah bersikap, yang tadinya marah-marah, sekarang langsung manis dan ramah.Emma tahun depan akan masuk SMA. Walau nilainya buruk, tetapi ambisinya tinggi. Emma ingin masuk SMA ternama. Jadi, cepat atau lambat pasti harus minta bantuan kepala sekolah.Setelah tahu Nathan adalah anak dari kepala sekolah ternama, ekspresi aneh di wajah Emma jadi makin kentara. Dia bahkan melepas tangan yang tadinya melingkari lengan Miles."Aku tahu Aubrey nggak akan bohong sama kita."Orang tuaku juga sadar situasi. Mereka buru-buru minta maaf ke kami dengan senyum canggung. Tentu saja, tujuannya agar tidak menyinggung Nathan. Aku cuma kebetulan kena imbasnya."Maaf sudah merepotkan Bu Kepala sekolah. Hari libur begini masih sempat mengajak Aubrey jalan-jalan."Nathan tak tahan tertawa sinis begitu melihat keluarga itu berubah sikap secepat kilat."Pak, Bu, tahu nggak kenapa kami

  • Cinta Memang Begitu   Bab 8

    "Dia cuma punya masalah di mata, bukan buta total. Kenapa harus terus-menerus mengalah padanya?"Kepala sekolah menepuk kening Nathan, memperingatkannya agar lebih hati-hati dalam bicara. Setelah itu, beliau memelukku erat seperti seorang ibu dan mengelus punggungku dengan lembut."Kalau begitu, mulai sekarang kamu jadi anak angkatku saja. Anak baik sepertimu, kalau mereka menolakmu, aku yang akan menerimamu."Aku menangis tersedu-sedu di pelukan kepala sekolah, sementara Nathan hanya bergumam lirih."Kalau dia jadi anakmu, berarti kita kakak adik dong."Masa SMA adalah masa paling santai dalam hidupku. Bahkan saat liburan, aku sering tinggal di asrama dengan alasan belajar.Orang tuaku pun tak sempat mengurusku. Kudengar mereka sibuk membawa Emma berobat dan memasukkannya ke berbagai les tambahan, sampai bisnis keluarga pun terbengkalai. Uang sakuku ikut terpotong. Untung saja, aku sudah mencapai kebebasan finansial sejak lama, jadi tanpa bantuan Keluarga Moore pun hidupku tetap nyama

  • Cinta Memang Begitu   Bab 7

    "Anak orang dalam memang beda. Duduknya harus di tengah.""Kalau duduk bareng dia, pasti diawasi guru terus. Siapa yang tahan?"Semua siswa segera menjauh, menyisakan aku duduk sendirian di bangku paling tengah. Aku duduk tegak, mengabaikan ejekan mereka, lalu membuka buku pelajaran dengan tenang.Saat itulah, seseorang langsung menarik kursi dan duduk di sebelahku. Tangannya yang ramping dan indah itu terulur ke arahku."Hai, kamu Aubrey, 'kan? Kenalkan, aku Nathan. Boleh nggak aku duduk bareng kamu?"Aku meliriknya dengan tanpa ekspresi. Anak ini terlihat rapi dan ramah, jelas tipe yang disukai banyak orang."Kamu yakin? Duduk bareng aku bisa-bisa kamu dikira anak orang dalam, lho."Dia tertawa lepas, lalu mengedipkan matanya dan berbisik di telingaku."Haha, mereka nggak akan berani macam-macam. Aku ini anak kepala sekolah."Baru saat itulah aku sadar kalau wajah Nathan memang mirip dengan kepala sekolah. Mungkin kepala sekolah khawatir aku kesulitan berbaur, jadi sengaja meminta Na

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status