Share

Bab 6

Author: Yela
Setiap kali mereka harus mengorbankanku demi Emma, mereka selalu mengulang kalimat cuci otak yang telingaku kebal mendengarnya.

"Emma tuh sakit-sakitan dan hidupnya juga menyedihkan. Kamu mengalah saja ya."

Namun, aku tak peduli. Belajar adalah kekuatan terbesarku. Aku memanfaatkan waktu luang untuk belajar lebih giat dari yang lain. Di usia dua belas tahun, aku sudah loncat kelas jadi siswi SMA termuda dalam sejarah kota kami. Namaku langsung terkenal ke mana-mana. Semua orang tahu Keluarga Moore punya anak perempuan genius.

Setiap hari telepon ayahku tak berhenti berdering. Orang-orang dari kalangan elit ingin aku berteman dengan anak mereka, bahkan ingin menjodohkan kami. Namun, demi menjaga perasaan Emma, ayahku menolak semuanya tanpa pikir panjang. Dia tak pernah memikirkan bahwa hubungan semacam itu sangat berpengaruh besar untuk masa depanku.

Benar juga, aku mana bisa dibandingkan dengan anak kesayangannya, Emma.

Saat hari pengumuman kelulusan, kepala sekolah dan wartawan datang langsung ke rumah untuk menyerahkan surat penerimaan. Namun, yang mereka lihat hanya punggung orang tuaku yang pergi tergesa-gesa. Emma tak akan membiarkanku jadi pusat perhatian. Jadi, dia cukup berpura-pura sakit kepala dan orang tuaku langsung panik lalu membawanya ke rumah sakit, sampai lupa menyapa kepala sekolah.

Meski aku sudah lama kecewa dengan orang tuaku yang sok suci itu, tetap saja saat itu aku merasa sedih dan tak berdaya. Kepala sekolah menatapku dalam-dalam, lalu berkata dengan nada serius.

"Sekolah kami memang nggak menyediakan asrama, tapi kalau kamu mau tinggal di sekolah, ajukan saja. Biar aku yang atur."

Sentuhan lembut di kepalaku dari kepala sekolah membuatku terharu. Sudah lama aku tak merasakan perhatian hangat seperti itu dari orang dewasa. Air mataku langsung jatuh tanpa bisa kutahan.

Karena air mata itulah yang akhirnya mempertemukanku dengan dua orang terpenting dalam hidupku.

Menjelang masuk sekolah, aku tidak sabar meninggalkan rumah, yang tidak pernah memberiku kehangatan, untuk pindah ke asrama. Saat aku pergi, orang tuaku lagi-lagi sibuk mengantar Emma ke rumah sakit.

Miles sebenarnya sedang libur di rumah, tetapi dia sama sekali tidak berniat membantuku berkemas. Dia hanya menatapku dengan dingin saat aku sibuk bolak-balik, lalu berkata dengan acuh tak acuh.

"Akhirnya, rumah ini tenang juga."

Aku mengangkat tas terakhir ke taksi tanpa menoleh sedikit pun pada Miles. Kamar yang disiapkan kepala sekolah sangat bagus, sepertinya diubah dari asrama guru yang kosong. Bisa dibilang itu apartemen kecil yang layak huni.

Seharian penuh aku merapikan kamar sampai bersih dan rapi, lalu pergi ke toko buku untuk membeli banyak buku pelajaran tambahan. Karena begitu masuk SMA, berarti beban belajar akan makin berat, jadi aku harus berusaha lebih keras. Aku ingin menjadi yang paling unggul dari semuanya.

Di hari pertama masuk sekolah tiba, seperti yang kuduga, aku langsung dijauhi oleh siswa-siswa lain. Mereka mendengar bahwa kepala sekolah secara khusus memberiku kamar asrama dan langsung melabeli aku sebagai anak orang dalam, tanpa memberiku kesempatan menjelaskan.

"Wah, lihat tuh! Si genius umur 12 datang juga."

"Anak ajaib tinggal sendirian di asrama, berani nggak tuh? Jangan-jangan nanti malam nangis cari ibunya."

"Kasih dia tempat di sebelah dispenser saja, siapa tahu pas istirahat dia mau buat susu bubuk anak-anak."

Mereka menjauhiku karena merasa kehadiranku membuat mereka kehilangan sorotan. Buat remaja biasa, omongan mereka mungkin menyakitkan. Namun, bagiku yang telah terlahir kembali, semua itu terasa kekanak-kanakan dan konyol.

Walau usiaku masih muda, tubuhku cukup tinggi. Jadi, aku langsung memilih duduk di tengah kelas tanpa ragu. Tentu saja, komentar sinis kembali terdengar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Memang Begitu   Bab 12

    "Aku egois? Aku kejam? Aku menindas dan mengucilkan Emma sejak kecil?""Kalian bilang dia kasihan, jadi aku serahkan kamarku untunya dan pindah ke kamar pelayan. Kalian bilang dia butuh lebih banyak perhatian, jadi sejak umur tujuh tahun aku pergi sekolah sendiri. Kalian bilang dia harus berobat, jadi sejak kecil aku cari beasiswa sendiri tanpa mengandalkan keluarga. Dia bersin sedikit saja, kalian semua langsung mengantarnya ke rumah sakit. Aku demam tinggi, nggak ada yang peduli.""Kalian cuma datang ke pertemuan orang tua Emma dan cuma ingat ulang tahunnya. Dari kecil, semua yang Emma inginkan harus aku kasih padanya. Bahkan orang tuaku sendiri pun aku relakan, kalian masih belum puas? Benar, dia memang menyedihkan, tapi hidupnya yang tragis bukan salahku. Dia sakit parah juga bukan salahku!""Kamu bilang aku nggak layak jadi dokter? Sejak aku memutuskan belajar kedokteran, aku membeli semua buku pelajaran sendiri. Sekolah bahkan sampai guru les pun aku cari sendiri. Selama ini, kam

  • Cinta Memang Begitu   Bab 11

    Sebelum pergi, aku dan kepala sekolah duduk berbincang semalaman. Dia sudah sejak lama menyadari perasaan Nathan padaku, tetapi dia tetap meyakinkanku, meski aku dan Nathan nanti tak bisa bersama, aku akan selalu menjadi putri kesayangannya.Setelah masuk universitas, aku tak pernah lagi berhubungan dengan Keluarga Moore, tetapi mereka masih terus menggunakan kartu bank yang kuberikan. Aku sedikit banyak tahu kabar tentang Keluarga Moore dari teman-teman lama bahwa Keluarga Moore sedang terkena masalah.Saat mengikuti ujian masuk universitas seni, penyakit mata Emma kambuh. Karena di kehidupan ini aku tidak ikut ujian, dia asal menukar namanya dengan lembar jawaban milik siswa lain yang gambarnya bagus. Setelah itu, dia merengek dan pura-pura menyedihkan agar ayahku, yang punya sedikit pengaruh di dunia seni, menyuap panitia untuk menutupi kasus ini.Tak disangka, dia malah menukar lembar milik murid dari penguji utama. Skandal anak angkat Keluarga Moore yang curang dalam ujian langsun

  • Cinta Memang Begitu   Bab 10

    Kami duduk di tepi danau yang pemandangannya indah sambil berbagi kue. Kepala sekolah memberiku sebuah tas baru, sementara hadiah dari Nathan adalah gelang kecil hasil buatannya sendiri. Begitu aku membayangkan Nathan yang ceroboh sedang serius merangkai gelang, aku langsung tertawa. Nathan pun malu dan kesal.Tak terasa dua tahun telah berlalu. Aku sebentar lagi akan lulus SMA. Demi benar-benar meninggalkan Keluarga Moore, aku memutuskan untuk kuliah kedokteran di luar negeri. Nilai-nilaiku sangat bagus, jadi pihak universitas memberiku beasiswa penuh.Begitu surat penerimaan tiba di rumah, barulah Keluarga Moore tahu aku akan kuliah di luar negeri. Awalnya, kupikir orang tuaku yang sok suci itu akan bersikap seperti biasa, langsung menyalahkanku karena mengambil keputusan sendiri.Tak kusangka sikap mereka justru berubah drastis kali ini. Mereka jadi perhatian padaku, bahkan memujiku sebagai anak yang tidak merepotkan.Rupanya, tahun ini, Emma harus berobat dan ikut bimbingan belajar

  • Cinta Memang Begitu   Bab 9

    Saat itu juga, kepala sekolah yang baru saja memarkir mobil bergegas ke arah kami. Begitu melihatnya, orang tuaku langsung berubah bersikap, yang tadinya marah-marah, sekarang langsung manis dan ramah.Emma tahun depan akan masuk SMA. Walau nilainya buruk, tetapi ambisinya tinggi. Emma ingin masuk SMA ternama. Jadi, cepat atau lambat pasti harus minta bantuan kepala sekolah.Setelah tahu Nathan adalah anak dari kepala sekolah ternama, ekspresi aneh di wajah Emma jadi makin kentara. Dia bahkan melepas tangan yang tadinya melingkari lengan Miles."Aku tahu Aubrey nggak akan bohong sama kita."Orang tuaku juga sadar situasi. Mereka buru-buru minta maaf ke kami dengan senyum canggung. Tentu saja, tujuannya agar tidak menyinggung Nathan. Aku cuma kebetulan kena imbasnya."Maaf sudah merepotkan Bu Kepala sekolah. Hari libur begini masih sempat mengajak Aubrey jalan-jalan."Nathan tak tahan tertawa sinis begitu melihat keluarga itu berubah sikap secepat kilat."Pak, Bu, tahu nggak kenapa kami

  • Cinta Memang Begitu   Bab 8

    "Dia cuma punya masalah di mata, bukan buta total. Kenapa harus terus-menerus mengalah padanya?"Kepala sekolah menepuk kening Nathan, memperingatkannya agar lebih hati-hati dalam bicara. Setelah itu, beliau memelukku erat seperti seorang ibu dan mengelus punggungku dengan lembut."Kalau begitu, mulai sekarang kamu jadi anak angkatku saja. Anak baik sepertimu, kalau mereka menolakmu, aku yang akan menerimamu."Aku menangis tersedu-sedu di pelukan kepala sekolah, sementara Nathan hanya bergumam lirih."Kalau dia jadi anakmu, berarti kita kakak adik dong."Masa SMA adalah masa paling santai dalam hidupku. Bahkan saat liburan, aku sering tinggal di asrama dengan alasan belajar.Orang tuaku pun tak sempat mengurusku. Kudengar mereka sibuk membawa Emma berobat dan memasukkannya ke berbagai les tambahan, sampai bisnis keluarga pun terbengkalai. Uang sakuku ikut terpotong. Untung saja, aku sudah mencapai kebebasan finansial sejak lama, jadi tanpa bantuan Keluarga Moore pun hidupku tetap nyama

  • Cinta Memang Begitu   Bab 7

    "Anak orang dalam memang beda. Duduknya harus di tengah.""Kalau duduk bareng dia, pasti diawasi guru terus. Siapa yang tahan?"Semua siswa segera menjauh, menyisakan aku duduk sendirian di bangku paling tengah. Aku duduk tegak, mengabaikan ejekan mereka, lalu membuka buku pelajaran dengan tenang.Saat itulah, seseorang langsung menarik kursi dan duduk di sebelahku. Tangannya yang ramping dan indah itu terulur ke arahku."Hai, kamu Aubrey, 'kan? Kenalkan, aku Nathan. Boleh nggak aku duduk bareng kamu?"Aku meliriknya dengan tanpa ekspresi. Anak ini terlihat rapi dan ramah, jelas tipe yang disukai banyak orang."Kamu yakin? Duduk bareng aku bisa-bisa kamu dikira anak orang dalam, lho."Dia tertawa lepas, lalu mengedipkan matanya dan berbisik di telingaku."Haha, mereka nggak akan berani macam-macam. Aku ini anak kepala sekolah."Baru saat itulah aku sadar kalau wajah Nathan memang mirip dengan kepala sekolah. Mungkin kepala sekolah khawatir aku kesulitan berbaur, jadi sengaja meminta Na

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status