Share

6. Malam Yang Panjang dan Menggelisahkan

“Aku akan kembali ke rumah orang tuaku.”

“Tunggu, apa? Perceraian? Kembali ke orang tuamu, yang menganiayamu seperti itu?”

“…Ya.”

Sekarang, setelah semua pengulangan waktu itu, perlakuan buruk orang tuaku tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang akan aku alami selama lima bulan ke depan, Jermaine.

“Apakah kau mengerti apa yang kau bicarakan? Perceraian keluarga kerajaan artinya kau tidak akan boleh menginjakkan kaki di Ibukota lagi, dan status aslimu sebagai putri seorang Beta Duke akan dicabut.

"Aku tahu."

Dia terkesiap. "Terus, kau tetap meminta cerai?"

“Mhm. Bukankah itu juga akan menguntungkanmu?” Aku berkedip perlahan, tidak mengalihkan pandanganku dari wajahnya yang sedingin surga.

Selama ini aku selalu bersikeras mempertahankan posisiku sebagai SATU-SATUNYA istri dan Ratunya. Tetapi sekarang aku menyadari bahwa kekeraskepalaanku hanya akan membawaku pada jurang kematianku dan bayiku yang belum lahir dengan cara yang kejam.

Setidaknya kali ini, aku ingin mati dengan tenang—tanpa rasa sakit yang dalam.

“Ratu, jujurlah. Ini protesmu karena aku ingin menjadikan Luelle sebagai Selir Kerajaan, kan?”

"Uhm, bukan."

"Jangan berbohong. Apakah kau pikir aku tidak mengenal siapa kau?” Jermaine bersandar. Sebuah ejekan keluar dari tawanya yang bengkok.

Tapi sungguh, aku sedang tidak memprotes atau menyindirmu, Jermaine.

“Kau bilang itu bayiku, darahku, tapi kau ingin bercerai dariku? Apakah itu masuk akal?”

"Uh, aku hanya ingin jujur kepadamu tentang identitas bayi ini, begitu juga tentang keinginanku." Aku menarik napas pendek sebelum melanjutkan permohonanku. "Aku ingin bercerai darimu, Jermaine."

Dia menatapku dengan intens. Kali ini, tatapannya mengisyaratkan kemarahan.

Aku tidak mengerti mengapa dia marah ketika aku menyerah seperti yang dia inginkan di kehidupan yang sebelumnya. Bukankah dengan begini, dia tidak perlu repot-repot mengeksekusiku? Aku juga tidak akan menyakiti wanita kesayangannya lagi.

Ini adalah situasi yang kita sama-sama diuntungkan.

Tapi Jermaine masih diam. Tatapannya menembusku. Aku merasa canggung dengan tatapan itu.

Sudah berapa nyawa sejak terakhir kali Jermaine bersedia menatap mataku seperti ini?

Sialan. Jantungku berdebar lagi karenanya.

Aku menelan keheningan berat yang menyelimuti kami. Satu-satunya suara yang terdengar hanyalah suara percikan api dari kayu yang terbakar di perapian.

Apakah penjelasanku masih kurang? Atau penawaranku terkesan tidak tulus? Bagaimana aku bisa menyampaikan kepadanya bahwa ini adalah ketulusanku?

Aku mengunyah bibirku yang kering, lalu membujuknya. “Jermaine, kau tidak perlu memberiku apa pun. Tunjangan perceraian atau apa pun itu, aku tidak membutuhkan itu. Hanya… tolong biarkan aku pergi.”

Melihat dia menghela nafas panjang, aku pikir ketulusanku telah memukul hatinya. Tapi kata-katanya yang selanjutnya menghancurkan hatiku.

“Bermimpilah, Ratuku. Aku tidak akan menceraikanmu.”

Deg. Deg.

"Kenapa?!" Dadaku naik turun seirama dengan nafasku yang tersengal. Aku merasakan perutku melilit. Aku ingin muntah.

Ini pertama kalinya aku berniat memutuskan hubungan naas kita dengan tekadku, tapi apa? Dia tidak akan membiarkanku pergi?

Jermaine, yang melihatku gelisah, meraih tanganku.

Dia menggengga tanganku cukup erat. Aku merasakan getaran di gandingan tangan kami. Aku tidak tahu apakah itu tanganku atau tangannya. Tapi Jermaine bukanlah tipe pria yang mudah gemetar, jadi aku yakin itu karena aku.

Dia menarik tanganku ke bibirnya untuk ia kecup.

Wah. Sudah berapa lama sejak terakhir kali dia menyentuhku dengan begitu lembut? Dan ekspresi macam apa itu? Seolah-olah dia kesakitan.

“Aku tahu kau kecewa padaku sebagai suamimu. Tapi kita tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi, Ratuku. Entah itu penculikan yang menimpamu atau… hubunganku dengan Luelle.” katanya, lalu membenamkan wajahnya di tanganku.

Apa yang dia coba sampaikan sekarang dengan nada suara itu?

“Kau adalah istriku dan Ratuku. Aku tidak akan membiarkanmu pergi, Sha.”

Apa lagi ini? Sudah lama sejak dia memanggil nama panggilan kesayangan. Kedengarannya asing, tapi masih memberiku kupu-kupu.

Apakah dia mengatakan ini dengan tulus? Bukankah dia ingin mengambil Luelle sebagai pasangannya, makanya dia selalu menyingkirkanku?

“Luelle hanya akan menjadi seorang Selir Kerajaan karena aku harus bertanggung jawab atas tindakanku terhadapnya. Orang-orang tidak akan tinggal diam jika aku mengabaikan Luelle, yang saat ini sedang mengandung anakku, darah selanjutnya keturunan Keluarga Kerajaan.”

Dia mengangkat kepalanya dan menatapku. “Kau harus mengerti apa yang dibutuhkan bangsa ini sekarang, kan?”

… Aku rasa begitu?

Orang-orang akan bingung jika Jermaine dan aku, pemimpin di kursi Keluarga Kerajaan, berpisah saat konflik sengit dengan negara lain sedang terjadi.

Keretakan internal pemerintahan memiliki peluang yang sangat besar untuk merusak keseluruhan sistem yang sudah berjalan. Bahkan pihak musuh akan dengan senang hati menggunakan kesempatan ini untuk meluncurkan rentetan serangan ke Southern Olf.

Dan korban dari semua ini adalah orang-orang yang terpaksa membela diri dengan kekuatan terbatas mereka.

Aku… tidak ingin orang-orang itu mengalami semua hal itu.

Meskipun aku mengatakan aku tidak ingin melakukan apa-apa lagi, aku tidak bisa membiarkan orang menderita. Itu hanya akan menggerogoti hati nuraniku.

Bisakah aku menunggu kematian yang tenang dengan mengorbankan mereka?

-“Kau tidak bisa, Sashal. Kau dibentuk untuk menjadi ratu bagi semua orang. Kita berdua terlahir seperti itu.”

'Begitukah, Shan?'

Kata-kata serigalaku, yang selama ini cukup sabar menahan diri untuk tidak memberontak sejauh ini, membersihkan gumpalan kecil yang tertahan di dadaku.

“Sha? Bagaimana menurutmu?" Jermaine bertanya.

“Aku akan… memikirkannya lagi,” jawabku.

“Sha, rakyat kerajaan kita sedang cemas karena perseteruan dengan Northern. Jika Ratu mereka yang tercinta, yang akhirnya kembali, tetapi kemudian meminta cerai, itu akan memberikan pukulan berat bagi mereka. Pikirkanlah baik-baik.” Jermaine memohon dengan nada lembut.

Tidak seperti dia yang aku saksikan dalam banyak kehidupan yang sudah aku jalani. Jermaine tidak pernah memohon.

Mata birunya, yang biasanya dingin, sekarang tampak menjangkauku dengan cahayanya.

Aku juga mengerti apa yang dia bicarakan. Memang, untuk saat ini, orang-orang masih menilaiku dengan baik.

“Kau adalah ratu yang cerdas dan baik hati. Tidak ada yang bisa menggantikanmu sebagai Ratu Southern Olf.”

… Aku juga berpikir demikian.

“Anak dalam kandunganmu masih membutuhkan perlindungan ayahnya, kan?”

Ayahnya? Apakah ini berarti dia mengakui anak kita?

"… Itu benar." Sebuah jawaban keluar dari mulutku.

Aku berkedip mendengar jawabanku. Itu keluar begitu saja karena perasaan bahagia yang tak terbendung saat dia berkata, 'ayahnya.'

Tangan Jermaine masih memegang tanganku erat-erat. Sesekali, aku bisa merasakan nafas hangatnya menyapu punggung tanganku.

Aku menatap matanya dan bertanya pada diriku sendiri. ‘Apakah kali ini akan berbeda?’

Sejak tadi, perlakuan Jermaine terhadapku berbeda dari kehidupan sebelumnya. Sebelumnya, dia tidak pernah memohon padaku untuk menetap seperti ini, kau tahu.

Apakah pemicunya adalah karena aku menerima perintahnya untuk menunjuk Luelle sebagai selir kerajaan? Apakah perbedaan kecil itu membuat semua perubahan dalam adegan ini?

“Kau ingin aku tetap menjadi ratumu meskipun Luelle sekarang ada untukmu?” tanyaku lembut, lebih dekat dengan gumaman.

Maksudku seperti... Luelle adalah wanita yang kau cintai, dan kau ingin dia bersamamu, Jermaine. Jadi…

Jermaine mengarahkan tatapannya padaku. Alisnya berkerut seolah tersinggung. Dia menjawab dengan nada tegas. "Tentu saja. Kau adalah Ratuku. Jangan menambahkan omong kosong untuk itu.”

Ah, begitu.

Seumpama aku mengizinkan Luelle menjadi Selir Kerajaan di kehidupan sebelumnya, Jermaine akan tetap menjadikan aku sebagai Ratunya juga, seperti sekarang.

Tapi karena aku yang dulu selalu melawan Luelle dan bertindak kejam kepadanya, Jermaine merasa perlu untuk menyingkirkanku demi stabilitas kerajaan.

Ah, jadi itu sebabnya.

'Benar. Luelle hanya akan menjadi selir kerajaan, sedangkan aku adalah seorang Ratu. Masih terlalu dini bagiku untuk menyerah.’ Aku mengencangkan rahangku.

-“Itu benar, Sashal. Menyerah tidak tertulis dalam kamus hidup kita, hmph! Tarik itu kembali."-

Aku bisa membayangkan Shan, dengan lengannya yang lembut, melipat tangannya dengan dada membusung sambil mengatakan itu.

'Oke. Karena Jermaine memohon, aku harus tetap menjadi Ratunya.'

“Sha, apakah kamu masih perlu waktu lebih lama untuk berpikir? Aku harap itu tidak memakan waktu terlalu lama.”

Baiklah. Cukup sekali lagi. Cukup... sekali lagi saja aku mempertaruhkan cintaku padanya.

"Aku sudah selesai berpikir."

"Ya?"

“Mhm. Aku… akan tetap menjadi Ratumu dan mengangkat Luelle untuk menjadi Selir Kerajaan.”

Wajahnya dibasuh lega. Dia menarik senyum lebar di wajahnya. “Seperti yang diharapkan dari ratuku.”

‘Ratuku, ya?’ Aku senang mendengarnya.

Tulang pipiku hampir terangkat saat aku melihat Jermaine tersenyum bangga padaku. Aku tidak bisa terlihat terlalu bahagia seperti anak kecil. Aku adalah seorang ratu.

Aku membuka mulutku. "Tapi, aku punya syarat."

"… Syarat?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status