Share

Cinta & Persahabatan
Cinta & Persahabatan
Author: Kha Aang

CHAPTER I

Author: Kha Aang
last update Huling Na-update: 2021-06-30 13:47:47

       

Senin pagi yang dingin di bulan Juni , sebenarnya bukankah ini sudah memasuki musim kemarau tapi kenapa sampai sekarang aku harus berangkat ke sekolah dengan membawa payung , benar-benar pagi yang melelahkan. Tapi meskipun hujan dan mendung petang aku tetap berangkat 30 menit lebih awal hari ini , tahu kenapa ? karena aku akan bertemu kakak kelas yang selama sebulan ini lagi PDKT denganku. Hujan yang turun pagi ini terasa sangat menyejukkan bagiku , bahkan cipratan genangan air kotor dari pengendara motor sialan pun tak cukup untuk memancing emosi ku pagi ini , awan mendung gelap bagaikan pelangi yang berwarna – warni di mataku , semua kesialan ini tidak berarti bagiku dibandingkan pertemuan dengan kakak kelas kesayangan , apakah ini yang orang-orang bilang adalah perasaan cinta. Entahlah, aku bahkan masih kelas 1 SMA , masih berusia 15 tahun , tahu apa aku tentang cinta dan sebagainya.

         Ini tahun pertamaku di SMA , selama 15 tahun dalam hidupku baru kali ini ada cowok yang PDKT padaku. Bukannya aku ga cantik , aku cantik kok kalo menurut kedua orang tua ku , aku adalah putri mereka yang paling cantik. Tapi terkadang aku berpikir juga , apakah mereka terlalu subjektif dalam menilaiku hanya karena aku adalah anak mereka. Aku selalu berfikir seperti itu sampai pada suatu hari di bulan April ada seorang kakak kelas dari klub basket dengan rambut pendek rapi berwarna hitam , berkulit putih , berbadan tegap dan tinggi datang menghampiri ku dengan tersenyum. Saat itu aku lupa tidak bawa payung dan karena ada rapat OSIS jadi aku pulang agak telat dibandingkan teman-temanku lalu entah kebetulan atau memang takdir , kakak itu menawarkan payungnya untukku dan karena dia langsung berlari pergi jadi keesokan paginya aku mencarinya untuk berterima kasih sambil mengembalikan payung miliknya lalu dari situlah dia akhirnya meminta nomor handphone ku dan kita jadi makin sering berhubungan.

         Sekolah kami terdiri dari 3 lantai , aku berada di lantai 2 , lantai khusus untuk kelas 1 sedangkan kak Bima ada di lantai bawah karena sudah tahun keduanya di sekolah ini. Jadi sebelum aku naik keatas kami selalu bertemu di lorong lantai bawah , bisa dibilang lorong ini cukup sepi dibandingkan tempat lain itu sebabnya tidak ada yang tahu pertemuan rahasia kami setiap pagi. Tempat kami biasanya bertemu berada tepat di depan perpustakaan, biasanya memang jarang sekali ada murid lewat sini pagi hari karena baru akan di buka jam 10. Kami memulai jam pelajaran pertama tepat pukul 7 pagi , dan selama sebulan ini dengan rajin aku menghabiskan 15 menit ku sebelum masuk kelas untuk ngobrol dengan kak Bima. Sebenarnya tidak ada yang spesial di obrolan kami , tapi entah kenapa aku begitu bahagia bila mengobrol dengannya. Rasanya seperti ada kupu-kupu yang terbang di dalam dada ku setiap kali aku melihatnya berbicara dan tersenyum ke arahku , seperti pagi ini , meskipun hujan dan mendung tapi hatiku begitu hangat bagaikan tersirami sinar matahari dengan melihat senyumannya.

“ hai , selamat pagi Aya” dia menyapa sambil melambaikan tangan kanan nya ke arahku

“pagi kak Bima” balasku menyapa nya.

Mungkin wajahku sudah bersemu semerah tomat saat ini dengan senyum konyol di wajahku.

“Gimana tidurmu semalam, nyenyak ?” tanyanya dengan tersenyum

“kita ngobrol sampai malam ya , jadi serasa kita bersama terus sepanjang malam” sambungya

“Tidurku cukup nyenyak kak” jawabku “Bagaimana dengan kakak ?” Tanya ku lagi

“Ehm , tidurku juga makin nyenyak akhir-akhir ini , mungkin karena kita sering ngobrol sebelum tidur , jadi aku makin sering bermimpi indah sekarang ini.” Jawabnya , yang membuat ku makin malu

“Kak , aku bawakan macaroon untuk kakak, semoga kakak suka” kataku sambil memberikan bungkusan kecil yang dihiasi dengan pita merah muda di atasnya

“Wah, kamu membuatnya sendiri ?”

aku hanya menunduk sambil mengangguk kecil dan tersenyum kepadanya

“Tentu, tentu saja aku suka , aku akan memakannya” lanjutnya “Kamu memang suka masak ya ?” tanyanya sambil merapikan rambut ku dengan tangan kiri nya , membuat ku makin berdebar tidak keruan.

“Iya , sebenarnya ibu ku sering bikin kue-kue kering hanya sebagai hobby sih, dan aku sering membantunya lalu karena teringat kakak aku akhirnya membuat kue manis ini.” Kata ku sambil tersenyum malu

“kalau begitu aku juga akan mengingatmu tiap melihat kue cantik ini.”katanya sambil memasukkan kue di dalam plastic bening dengan pita merah muda pemberianku ke dalam tas nya di bagian depan.

“jangan hanya di lihat dong kak, makanlah kalau lagi bosan di kelas, siapa tau bisa jadi penyemangat belajar kakak.”

“tentu saja.” Jawabnya “apa kamu suka nonton film?” Tanyanya kemudian

“iya aku suka sekali nonton film , apalagi film komedi , aku bisa tertawa tanpa henti ketika menontonnya.”

“Baiklah, bagaimana kalau kita nonton hari sabtu, itu pun kalau kamu mau dan lagi senggang ga ada acara.”

“Tentu saja aku mau , aku ga pernah ada acara kok setiap sabtu malam.” Jawabku penuh semangat , dan setelah sadar aku terpikir kenapa juga aku sampai menyebutkan kalau tidak pernah punya acara di sabtu malam , seperti mengumumkan saja kalau aku adalah jomblo sejati selama ini.

“oke, kita ketemuan di bioskop sekitar jam 2 siang aja ya , biar aku yang beli tiketnya” kata nya kemudian sambil tertawa membuatku makin malu dibuatnya “sudah bel masuk, sebaiknya kamu cepetan masuk kelas, aku ga mau kamu dimarahin guru”

“Iya , kakak juga” jawabku.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Cinta & Persahabatan   Awal yang Canggung

    Hari pertama Sabrina di sekolah baru di Australia adalah campuran antara harapan dan ketidakpastian. Setelah menjalani perjalanan panjang dari kota asalnya dan beradaptasi dengan rumah barunya, ia merasa tidak siap menghadapi tantangan baru di sekolah. Sekolah barunya adalah sebuah institusi besar dengan ribuan siswa, berbeda jauh dari sekolah kecil yang ia tinggalkan.Ketika Sabrina memasuki gerbang sekolah, dia merasa seolah-olah dia terlempar ke dalam dunia yang sama sekali baru. Gedung-gedung sekolah yang tinggi, koridor yang ramai, dan suara-suara yang bergema di seluruh area membuatnya merasa terasing. Bahkan, pengantar informasi tentang fasilitas sekolah dan jadwal pelajaran terdengar seperti bahasa asing bagi Sabrina.Di kelas pertama, Sabrina duduk dengan canggung di kursi barunya. Dia mencoba mendengarkan pelajaran, tetapi kata-kata gurunya terdengar cepat dan sulit dimengerti. Bahasa Inggris yang dia pelajari di sekolah sebelumnya sangat berbeda dari aksen d

  • Cinta & Persahabatan   Keputusan Besar

    Satu tahun telah berlalu sejak pembicaraan Sabrina dengan Ibu tentang perpindahan ke Australia. Setelah kenaikan kelas akhirnya Sabrina benar-benar tidak bisa lagi menunda kepergiannya dan harus menamatkan SMP di sekolah lain.Malam sebelum keberangkatan Sabrina ke Australia, suasana di rumah terasa tenang dan penuh kehangatan. Sabrina sudah menyiapkan semua barangnya dan melakukan segala persiapan akhir untuk perjalanan yang akan mengubah hidupnya. Meskipun dia merasa siap secara fisik, hatinya terasa berat karena harus meninggalkan Brian, sahabat terdekat yang telah mendampinginya selama ini.Sabrina duduk di kamarnya, mengatur pesan singkat terakhir yang akan dikirimkan kepada Brian. Pesan ini sangat penting baginya, karena merupakan bentuk perpisahan dan ungkapan terima kasihnya. Dia membuka aplikasi pesan di ponselnya dan mengetik dengan hati-hati:“Brian, besok pagi aku akan pergi ke Australia. Aku ingin mengucapkan terima kasih untuk semua dukunganmu selama ini. Kehadiranmu sel

  • Cinta & Persahabatan   Pertemuan Tak Terduga

    Hari pertama kursus memasak dimulai dengan suasana canggung. Sabrina merasa sedikit gugup di tengah banyak anak perempuan yang tampak saling mengenal satu sama lain. Namun, melihat Brian di antara mereka memberikan sedikit rasa lega.Instruktur, seorang wanita ramah bernama Ibu Maya, memulai dengan memperkenalkan diri dan menyambut para peserta kursus."Selamat datang di kursus memasak anak-anak! Hari ini kita akan belajar membuat kue sederhana. Mari kita mulai dengan mencuci tangan dan bersiap-siap di meja masing-masing."Sabrina dan Brian mengambil tempat di meja yang sama."Aku tidak menyangka akan bertemu kamu di sini," kata Brian dengan senyum lebar."Aku juga," jawab Sabrina, mencoba tersenyum meskipun hatinya masih berat.Saat kursus berlangsung, mereka belajar tentang bahan-bahan dasar dan cara mencampur adonan. Sabrina merasa kikuk, tapi Brian dengan sabar membantunya.“Ini seperti seni, kamu akan terbiasa,” katanya sambil menunjukkan cara mengaduk dengan benar.“Aku tidak ya

  • Cinta & Persahabatan   SABRINA

    Hari ini pun ibu memarahiku , seakan apapun yang kulakukan selalu salah dimatanya. Karena berlari keluar rumah sambil menangis tanpa sadar kini aku sudah ada di taman , untung saja taman ini begitu sepi jadi aku bisa menghabiskan waktu disini sendirian ‘dengan tenang’ pikirku. Tempat ini begitu tenang dan sejuk karena banyak pohon-pohon dengan ukuran besar yang seolah menjadi pagar pembatas antara taman dan jalan lebar di depannya. Aku mengayunkan tubuhku naik turun di sebuah ayunan sambil menatap langit , haruskah aku pergi ketempat ayah tapi sebenarnya datang ke tempat asing juga menakutkan buatku , aku juga tidak ingin meninggalkan ibu disini sendirian. Ketika sedang sibuk dengan pikiranku sendiri , lewat sudut mata aku melihat seorang anak lelaki yang usianya sepertinya tidak jauh berbeda denganku. Kuperhatikan dari kejauhan dia terlihat begitu murung , berjalan sambil tertunduk lesu sepertinya dia mulai menyadari jika aku terus saja memperhatikan

  • Cinta & Persahabatan   CHAPTER XXIII

    Kami masih menikmati suasana di dalam café bahkan setelah semua makanan dan minuman yang dihidangkan untuk kami telah sepenuhnya habis. Tapi itu tidak membuat kami mendapatkan masalah dari pemilik cafe karena café ini tergolong cukup sepi , mungkin juga karena baru saja dibuka. Setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya Brian datang menghampiri kami bertiga. Brian sangat tinggi dan cukup tampan dengan rahang yang terlihat begitu kokoh , rambut hitam rapi dan kulit yang sehat dan bersih. Gen keluarga besar Karin memang tidak main-main , mereka seperti hidup di dunia yang berbeda , aku merasa seperti lalat yang berhadapan dengan 2 kupu-kupu yang begitu cantik.“jadi kamu serius mau terus jadi pembuat kue.” Tanya Karin pada brian yang sekarang duduk disampingnya“Iya begitulah , aku ingin belajar lebih dalam lagi sekarang , sam

  • Cinta & Persahabatan   CHAPTER XXII

    Matahari bersinar dengan indah hari ini , sedikit awan dan udara yang tidak begitu panas membuat sabtu ini begitu cerah dan ceria. Seperti rencana sebelumnya , akhirnya aku , Karin dan Sabrina pergi ke toko aksesoris yang ditemukan lewat sosmed oleh Karin. Tempat ini mirip seperti sebuah toko antik yang terletak di pinggiran kota , ada seorang wanita muda berusia sekitar awal 30 tahunan menyambut kedatangan kami , bisa aku tebak dia adalah pemilik toko ini. Tentu saja dia sudah mengetahui kedatangan kami karena memang untuk kesini harus membuat janji temu terlebih dahulu dan itu yang sudah dilakukan Karin untuk kami. Setelah berkenalan kuketahui nama kakak pemilik toko tadi adalah Kak Nila , Kak Nila menunjukkan beberapa contoh yang sudah dipilih oleh Karin melalui website sebagai referensi , mulai dari gelang-gelang cantik juga cincin dan gantungan kunci.“Ini sangat indah ketika sudah dilihat langs

  • Cinta & Persahabatan   CHAPTER XXI

    Setelah seminggu berjibaku dengan soal-soal dari berbagai materi pelajaran , akhirnya selesai juga akhir dari perjuangan kami para murid SMA dalam menghadapi ujian semester kali ini. Cukup lega karena telah selesai tapi juga lumayan was-was dan cemas karena menunggu hasilnya. Aku selalu berharap mendapatkan peringkat pertama di sekolah meskipun itu tidak mungkin karena ada Karin yang satu sekolah denganku , tapi setidaknya aku selalu masuk ke peringkat sepuluh besar di sekolah. Kami bertiga janjian untuk bertemu di halaman belakang sekolah setelah setelah ujian selesai. Karin dan Sabrina sudah berada disana ketika aku datang . lengkap dengan cola dan pizza yang sepertinya baru saja di pesan oleh Karin.“Ayaaa , sini-sini , Karin pesan banyak makanan , ayo makan bareng.” Teriak Sabrina sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah ku“Cepatlah ke

  • Cinta & Persahabatan   CHAPTER XX

    “Aku tidak mengerti kenapa kamu menganggapku seperti itu sedangkan kamu sendiri tidak benar-benar menganggapku sebagai teman.” Kataku kali ini sambil menundukkan kepala lagi dan memandangi punggung tanganku. “Tunggu dulu, aku tidak menganggapmu sebagai teman, ide dari mana itu, kenapa aku seperti itu padamu, tidakkah kamu melihatnya, aku bahkan masuk ke sekolah ini karena ada kamu disini.” Jawab Karin “Aku mendengarnya Karin , saat itu , saat reuni para orang tua kita , kamu menyetujui pendapat tante itu untuk berteman hanya dengan anak-anak yang selevel denganmu , itu artinya bukan aku kan , aku tidak pernah selevel denganmu, kamu cantik dan juga pintar.” kataku sambil sedikit meninggikan nada bicaraku “Jika diingat lagi , kamu memang menjauh setelah pertemuan waktu itu ya , tapi bukankah kamu harusnya men

  • Cinta & Persahabatan   CHAPTER XIX

    Sore ini aku malas untuk beranjak dari dalam kamar , setelah Karin pulang aku harusnya segera bersiap-siap untuk berangkat ke tempat les , tapi rasanya badanku sangat berat untuk digerakkan , seakan-akan berat badanku tiba-tiba bertambah 10 kg dalam hitungan menit. Mungkin aku akan langsung tertidur seperti ini , tanpa makan malam , aku bahkan berencana untuk tidak mandi kalau saja tidak ada suara ketukan keras dari pintu kamarku. “Aya kamu tidur ? Ga pergi les ?” Terdengar suara teriakan ibuku dari balik pintu , dengan Langkah berat aku mulai menuju Ke arah pintu kamar dan membuka sedikit pintunya sehingga kepalaku saja yang keluar dan aku bisa melihat ibu menggelengkan kepalanya padaku “Kamu sakit.” “Iya” jawabku sambil memanyunkan bibirku “Tapi tadi waktu Karin kesini , kamu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status