Share

CHAPTER V

       

Karena sudah hampir jam 6 malam , langit pun hanya menyisakan sedikit cahaya matahari , Lendra langsung menuju ke arah motor nya yang terparkir rapi di samping motor kakak ku , setelah mengenakan helm dia mulai menyalakan motornya dan tanpa di komando , aku pun langsung memasang helm ku lalu naik ke motor nya. Mungkin karena dia terburu-buru menarik gas di sepeda motor nya sebab ketika kita mulai berjalan aku kaget hingga tanpa bisa kutolak tubuhku terdorong ke depan sehingga membuat kedua tanganku tanpa sadar memeluk pinggangnya , meskipun agak canggung aku benar-benar tidak berani melepaskan pelukan ku karena takut terjatuh.

            Beruntung aku tidak terlambat hari ini, gedung tempat kursus ku memang tidak begitu jauh dari rumah tapi juga tidak dekat, bisa dibilang jarak yang nanggung , jika harus naik kendaraan pasti akan terasa sia-sia itu sebabnya kadang aku mengayuh sepeda jika tidak malas. Gedung tua ini sebelumnya di sewa oleh pemilik toko alat musik tapi sejak aku SMP akhirnya beralih fungsi menjadi tempat bimbingan belajar , berada persis di seberang jalan gang rumah ku dan terdiri dari 3 lantai , setelah banyak di renovasi akhirnya sekarang bisa dibilang berubah menjadi gedung yang cukup bagus. Aku mulai kursus di sini sejak awal semester tahun ini , awalnya aku ingin mengajak Karin juga untuk kesini tapi dia sudah punya tutor pribadi sendiri yang selalu datang ke rumahnya. Bisa dibilang keadaan keuangan keluarga Karin memang jauh lebih baik dari ku sehingga bisa menyewa tutor pribadi yang bisa datang ke rumah. Lagipula sebenarnya tanpa tutor itu pun aku yakin Karin akan baik-baik saja dalam pelajarannya karena dia memang benar-benar seorang anak cerdas yang bisa diandalkan.

             Setelah mengucapkan terima kasih dan berpamitan pada Lendra aku langsung berlari menuju ke pintu masuk , sebelum sempat kaki ku menginjakkan ke pintu masuk akhirnya aku di cegat lagi oleh seorang cowok kenalan ku di tempat kursus. Cowok yang berperawakan kurus dan tinggi meskipun tidak setinggi Lendra dan kakak ku tapi bisa dibilang dia bukan cowok yang pendek , berkulit putih dan berambut keriting yang menurutku rambutnya cukup aneh. Jika Lendra berambut ikal bergelombang , cowok ini benar-benar memiliki rambut yang keriting dan mengembang , wajahnya tirus dan hidung nya mancung.

“hei , beruntunglah kamu gak telat hari ini” sapa nya mengagetkanku

“kamu sendiri, kenapa baru datang jam segini?” Jawabku sambil terus berjalan masuk menuju ke kelas kami

“Aku ketiduran” jawabnya lagi sambil memasang wajah malas “Tadi siapa , bukan kakakmu kan” tannya nya penasaran “Jangan bilang itu pacarmu , dia terlalu baik buat mu” katanya lagi sebelum aku sempat menjawab

“Dia teman sekelas ku, bukan urusanmu juga kan siapa yang mengantarku ke manapun.”

“iya sih, tapi kenapa kamu marah”

“aku ga marah cuma lelah , kenapa kelas kita harus ada di lantai 3 dan ga ada lift disini”

“karena kita yang malas ini harus terus bugar , anggap saja ini olahraga” katanya sambil tersenyum lebar “kamu lelah kan , mau kugendong saja ?” tawarnya menggoda . Aku hanya memukul punggungnya sebagai jawaban karena aku telah benar-benar kehabisan nafas sekarang.

         Selain Lendra , aku ga pernah punya temen cowok lain tapi entah bagaimana aku bisa akrab begitu saja dengan Izar. Dia bersekolah di Sekolah yang sebenarnya jaraknya juga tidak terlalu jauh dari sekolahku , tapi kami tidak pernah sekalipun bertemu di area sekitar sekolah kami apalagi di luar selain di tempat kursus. Jika di ingat lagi , awal pertemuan kami benar-benar adalah suatu momen yang ingin sekali ku lupakan. Waktu itu dia bersama dengan beberapa temannya sedang bercanda dan saling dorong di lorong lalu saat itu aku kebetulan sedang kebingungan mencari ruangan kelas karena itu adalah hari pertamaku di tempat kursus, entah bagaimana salah satu temannya mendorongnya dari belakang dengan sangat kuat hingga dia akhirnya tersungkur dan jatuh tepat di atas ku tapi bukan hanya itu , yang paling memalukan adalah kedua tangannya mendarat tepat di atas kedua payudaraku. Tentu saja dia meminta maaf sejadi jadinya padaku , tapi sebelum dia menyelesaikan permohonan maaf tangan ku sudah maju terlebih dahulu untuk menamparnya dan menjambak rambutnya yang keriting itu. Waktu itu benar-benar kacau , sampai teman-temannya dan beberapa murid lain yang berada di situ melerai kami. Aku pun langsung berlari pulang saking malunya , tentu saja aku tidak pernah menceritakan kejadian memalukan ini kepada siapa pun. Ini adalah Aib terbesar dalam hidupku yang akan aku simpan sendiri sampai mati, dan Izar , tentu saja aku membuatnya tidak akan bercerita kepada orang lain. Bisa dibilang kami akhirnya menjadi teman karena kecelakaan itu.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status