Share

CHAPTER IV

Author: Kha Aang
last update Last Updated: 2021-07-27 05:13:00

         

Ini benar-benar membuat ku gila , entah berapa lama aku tertidur dan kenapa ibu tidak membangunkan aku sih. Aku langsung berlari ke kamar mandi , membasuh muka dan menyiram tubuhku seadanya lalu berpakaian seadanya pula. Aku berlari turun ke ruang makan sambil berteriak

“Bu, Kenapa nggak bangunin aku sih” Ibu yang lagi berada di dapur tetap fokus dengan kesibukannya tanpa menengok sedikitpun

“Kamu mengunci pintu kamarmu, ketukan kencang di pintu seribu kali pun nggak akan bisa membangunkan mu.” Jawab ibu membela diri

“Aku telat nih berangkat kursus nya.” Jawabku menggerutu

“Sana minta antar kakakmu , mumpung dia barusan datang.”

Ibu benar-benar seperti cenayang , karena benar aja seketika aku mendengar suara pintu depan terbuka, rupanya kakak lelaki ku satu-satu nya barusan pulang tapi ternyata dia tidak sendiri. Ada cowok tinggi dengan rambut ikal di samping nya yang tentu saja tidak asing bagiku , dia Lendra siapa lagi. Kakak ku memang cukup dekat dengan nya , selain mereka adalah teman main band tapi bisa di bilang mereka cocok satu sama lain. Jarak usia antara aku dan kakak ku hanya terpaut satu tahun jadi wajar saja kalau kakak bisa akrab dengan Lendra yang seumuran dengan ku , apalagi dulu rumah kita berdekatan sebelum Ibu Lendra menikah lagi setelah bercerai dengan ayah nya dan membawa Lendra pindah untuk tinggal bersama dengan suami barunya. Mungkin alasan Lendra masuk ke sekolahku juga karena ada kakak yang sekolah disana , sepertinya biar mereka bisa terus main band bareng. Padahal jarak rumahnya dengan sekolah cukup jauh , kalau naik angkot dia harus ganti angkot 2 kali untuk sampai sekolah , tapi ga masalah sih karena dia bawa motor sendiri.

“kakak, bisa tolong antar aku ke tempat kursus ?” tanyaku padanya

“tempat kursus mu kan nggak jauh jalan aja kan bisa, biasanya juga gitu kan” Jawabnya sambil melepas sepatu lalu menaruhnya di rak sepatu yang ada di samping pintu depan rumah kami.

“Aku kesorean nih , bisa telat.” Pintaku memelas

“larilah.” Jawabnya singkat , terkadang punya kakak lelaki memang tak ada gunanya , pikirku pilu.

“Boleh aku yang antar , bolehkan kak Juna ?” tanya Lendra pada kaka ku

“baiklah , tapi jangan lama-lama , masih ada yang harus kita kerjakan” jawab kakak ku “dan juga , titip jaga adikku” sambungnya. Seolah dia menjadi kakak yang bertanggung jawab saja , padahal bisa saja dia yang pergi mengantarku kan.      

“kenapa kamu menatap kakak mu seperti itu.” Tanyanya padaku , seolah tau apa yang aku pikirkan

“apa!?” jawabku sambil melirik sinis ke arahnya

Sebenarnya kakak ku terkadang bisa menjadi kakak yang begitu baik dan pengertian , tapi ada kalanya juga bisa begitu menyebalkan seperti sekarang ini. Tidak seperti aku yang bertubuh kecil dan berisi , kakak ku bertubuh tinggi dan kurus dengan kulit sawo matang. Tangan nya cukup panjang dan lentik jika dibandingkan dengan tangan cowok pada umumnya , itu cukup menunjangnya dalam bermain keyboard. Kakak ku cukup populer di kalangan cewek-cewek , beberapa teman di kelas saja ada yang bilang kalau dia lumayan mungkin juga karena dia bisa bermain alat musik , tapi sebenarnya tidak pernah sekalipun aku mendengar bagaimana band kakakku waktu latihan. Kakak , Lendra dan 2 temannya lagi sudah sekitar 3 tahun ini aktif latihan main band , aku tidak tahu apakah mereka serius dengan ini atau cuma sekedar menyalurkan hobby saja. Pernah sekali aku mengikuti mereka ke tempat latihan hanya ingin melihat bagaimana permainan mereka , tapi kakak langsung saja mengusirku begitu melihatku , jadi itu untuk pertama dan terakhir kalinya aku mencoba melihat mereka main band.

“malam tante, aku pergi antar Ayana ke tempat kursus dulu ya.” Sapa lendra pada ibuku

“iya , maaf ya nak Lendra , padahal barusan datang tapi sudah direpotkan begini.” Jawab ibu ku dari arah ruang makan.

         Rumah kami bukanlah rumah yang besar tapi cukup nyaman untuk ditinggali 4 orang anggota keluarga , di lantai bawah begitu membuka pintu depan kamu bisa langsung melihat ada ruang tamu kecil yang merangkap sebagai ruang keluarga dan ada kamar mandi yang biasanya digunakan untuk tamu yang datang mampir sebentar jika membutuhkannya , ada TV LED 32inc tergantung dengan meja kecil di bawahnya , meja kecil berisi buku-buku bacaan ayah kami. Di ruangan berikutnya ada ruang makan yang bisa langsung terlihat dari arah ruang tamu , ruang makan hanya berisi 1 meja berbentuk persegi terbuat dari kayu jati lengkap dengan 4 kursi yang juga terbuat dari kayu jati asli. Di samping meja makan kamu bisa langsung melihat dapur kecil tempat ibu menyiapkan makanan kami , selain kompor dan meja panjang untuk meracik masakan yang langsung bersebelahan dengan wastafell , ada juga kulkas 2 pintu di samping wastafel. Dan ada pintu ke 2 yang langsung mengarah ke garasi kecil kami. Selain halaman penuh bunga di depan rumah dan garasi di sampingnya kami juga punya halaman belakang yang ditanami beberapa sayuran organik dan rempah-rempah. Ibu kami cukup telaten dalam hal berkebun , bisa dibilang sebagai kesibukan di rumah dan juga hobby beliau. Di halaman belakang juga terdapat tangga besi untuk naik ke lantai 2 , tidak ada yang spesial di lantai 2 selain hanya ada 3 kamar kecil yaitu milik orang tua kami , kakak , dan juga aku , lalu ada kamar mandi juga yang biasanya kami gunakan bergantian.

“Tidak apa-apa tante, saya tidak merasa direpotkan sama sekali.” Jawab Lendra kepada ibu ku

“Baiklah kalau begitu, terima kasih ya Lendra.”

“iya tante.” Jawab Lendra sambil tersenyum “kita berangkat sekarang ?” Tanya nya kepadaku kemudian

“kamu bawa motor sendiri ?” jawabku dengan pertanyaan , dan di jawabnya dengan nggukan tanda mengiyakan “baiklah, ayo pergi sebelum semakin terlambat.” Kataku sambil melangkah maju membukakan pintu untuk kami.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta & Persahabatan   Awal yang Canggung

    Hari pertama Sabrina di sekolah baru di Australia adalah campuran antara harapan dan ketidakpastian. Setelah menjalani perjalanan panjang dari kota asalnya dan beradaptasi dengan rumah barunya, ia merasa tidak siap menghadapi tantangan baru di sekolah. Sekolah barunya adalah sebuah institusi besar dengan ribuan siswa, berbeda jauh dari sekolah kecil yang ia tinggalkan.Ketika Sabrina memasuki gerbang sekolah, dia merasa seolah-olah dia terlempar ke dalam dunia yang sama sekali baru. Gedung-gedung sekolah yang tinggi, koridor yang ramai, dan suara-suara yang bergema di seluruh area membuatnya merasa terasing. Bahkan, pengantar informasi tentang fasilitas sekolah dan jadwal pelajaran terdengar seperti bahasa asing bagi Sabrina.Di kelas pertama, Sabrina duduk dengan canggung di kursi barunya. Dia mencoba mendengarkan pelajaran, tetapi kata-kata gurunya terdengar cepat dan sulit dimengerti. Bahasa Inggris yang dia pelajari di sekolah sebelumnya sangat berbeda dari aksen d

  • Cinta & Persahabatan   Keputusan Besar

    Satu tahun telah berlalu sejak pembicaraan Sabrina dengan Ibu tentang perpindahan ke Australia. Setelah kenaikan kelas akhirnya Sabrina benar-benar tidak bisa lagi menunda kepergiannya dan harus menamatkan SMP di sekolah lain.Malam sebelum keberangkatan Sabrina ke Australia, suasana di rumah terasa tenang dan penuh kehangatan. Sabrina sudah menyiapkan semua barangnya dan melakukan segala persiapan akhir untuk perjalanan yang akan mengubah hidupnya. Meskipun dia merasa siap secara fisik, hatinya terasa berat karena harus meninggalkan Brian, sahabat terdekat yang telah mendampinginya selama ini.Sabrina duduk di kamarnya, mengatur pesan singkat terakhir yang akan dikirimkan kepada Brian. Pesan ini sangat penting baginya, karena merupakan bentuk perpisahan dan ungkapan terima kasihnya. Dia membuka aplikasi pesan di ponselnya dan mengetik dengan hati-hati:“Brian, besok pagi aku akan pergi ke Australia. Aku ingin mengucapkan terima kasih untuk semua dukunganmu selama ini. Kehadiranmu sel

  • Cinta & Persahabatan   Pertemuan Tak Terduga

    Hari pertama kursus memasak dimulai dengan suasana canggung. Sabrina merasa sedikit gugup di tengah banyak anak perempuan yang tampak saling mengenal satu sama lain. Namun, melihat Brian di antara mereka memberikan sedikit rasa lega.Instruktur, seorang wanita ramah bernama Ibu Maya, memulai dengan memperkenalkan diri dan menyambut para peserta kursus."Selamat datang di kursus memasak anak-anak! Hari ini kita akan belajar membuat kue sederhana. Mari kita mulai dengan mencuci tangan dan bersiap-siap di meja masing-masing."Sabrina dan Brian mengambil tempat di meja yang sama."Aku tidak menyangka akan bertemu kamu di sini," kata Brian dengan senyum lebar."Aku juga," jawab Sabrina, mencoba tersenyum meskipun hatinya masih berat.Saat kursus berlangsung, mereka belajar tentang bahan-bahan dasar dan cara mencampur adonan. Sabrina merasa kikuk, tapi Brian dengan sabar membantunya.“Ini seperti seni, kamu akan terbiasa,” katanya sambil menunjukkan cara mengaduk dengan benar.“Aku tidak ya

  • Cinta & Persahabatan   SABRINA

    Hari ini pun ibu memarahiku , seakan apapun yang kulakukan selalu salah dimatanya. Karena berlari keluar rumah sambil menangis tanpa sadar kini aku sudah ada di taman , untung saja taman ini begitu sepi jadi aku bisa menghabiskan waktu disini sendirian ‘dengan tenang’ pikirku. Tempat ini begitu tenang dan sejuk karena banyak pohon-pohon dengan ukuran besar yang seolah menjadi pagar pembatas antara taman dan jalan lebar di depannya. Aku mengayunkan tubuhku naik turun di sebuah ayunan sambil menatap langit , haruskah aku pergi ketempat ayah tapi sebenarnya datang ke tempat asing juga menakutkan buatku , aku juga tidak ingin meninggalkan ibu disini sendirian. Ketika sedang sibuk dengan pikiranku sendiri , lewat sudut mata aku melihat seorang anak lelaki yang usianya sepertinya tidak jauh berbeda denganku. Kuperhatikan dari kejauhan dia terlihat begitu murung , berjalan sambil tertunduk lesu sepertinya dia mulai menyadari jika aku terus saja memperhatikan

  • Cinta & Persahabatan   CHAPTER XXIII

    Kami masih menikmati suasana di dalam café bahkan setelah semua makanan dan minuman yang dihidangkan untuk kami telah sepenuhnya habis. Tapi itu tidak membuat kami mendapatkan masalah dari pemilik cafe karena café ini tergolong cukup sepi , mungkin juga karena baru saja dibuka. Setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya Brian datang menghampiri kami bertiga. Brian sangat tinggi dan cukup tampan dengan rahang yang terlihat begitu kokoh , rambut hitam rapi dan kulit yang sehat dan bersih. Gen keluarga besar Karin memang tidak main-main , mereka seperti hidup di dunia yang berbeda , aku merasa seperti lalat yang berhadapan dengan 2 kupu-kupu yang begitu cantik.“jadi kamu serius mau terus jadi pembuat kue.” Tanya Karin pada brian yang sekarang duduk disampingnya“Iya begitulah , aku ingin belajar lebih dalam lagi sekarang , sam

  • Cinta & Persahabatan   CHAPTER XXII

    Matahari bersinar dengan indah hari ini , sedikit awan dan udara yang tidak begitu panas membuat sabtu ini begitu cerah dan ceria. Seperti rencana sebelumnya , akhirnya aku , Karin dan Sabrina pergi ke toko aksesoris yang ditemukan lewat sosmed oleh Karin. Tempat ini mirip seperti sebuah toko antik yang terletak di pinggiran kota , ada seorang wanita muda berusia sekitar awal 30 tahunan menyambut kedatangan kami , bisa aku tebak dia adalah pemilik toko ini. Tentu saja dia sudah mengetahui kedatangan kami karena memang untuk kesini harus membuat janji temu terlebih dahulu dan itu yang sudah dilakukan Karin untuk kami. Setelah berkenalan kuketahui nama kakak pemilik toko tadi adalah Kak Nila , Kak Nila menunjukkan beberapa contoh yang sudah dipilih oleh Karin melalui website sebagai referensi , mulai dari gelang-gelang cantik juga cincin dan gantungan kunci.“Ini sangat indah ketika sudah dilihat langs

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status