Share

CHAPTER IV

         

Ini benar-benar membuat ku gila , entah berapa lama aku tertidur dan kenapa ibu tidak membangunkan aku sih. Aku langsung berlari ke kamar mandi , membasuh muka dan menyiram tubuhku seadanya lalu berpakaian seadanya pula. Aku berlari turun ke ruang makan sambil berteriak

“Bu, Kenapa nggak bangunin aku sih” Ibu yang lagi berada di dapur tetap fokus dengan kesibukannya tanpa menengok sedikitpun

“Kamu mengunci pintu kamarmu, ketukan kencang di pintu seribu kali pun nggak akan bisa membangunkan mu.” Jawab ibu membela diri

“Aku telat nih berangkat kursus nya.” Jawabku menggerutu

“Sana minta antar kakakmu , mumpung dia barusan datang.”

Ibu benar-benar seperti cenayang , karena benar aja seketika aku mendengar suara pintu depan terbuka, rupanya kakak lelaki ku satu-satu nya barusan pulang tapi ternyata dia tidak sendiri. Ada cowok tinggi dengan rambut ikal di samping nya yang tentu saja tidak asing bagiku , dia Lendra siapa lagi. Kakak ku memang cukup dekat dengan nya , selain mereka adalah teman main band tapi bisa di bilang mereka cocok satu sama lain. Jarak usia antara aku dan kakak ku hanya terpaut satu tahun jadi wajar saja kalau kakak bisa akrab dengan Lendra yang seumuran dengan ku , apalagi dulu rumah kita berdekatan sebelum Ibu Lendra menikah lagi setelah bercerai dengan ayah nya dan membawa Lendra pindah untuk tinggal bersama dengan suami barunya. Mungkin alasan Lendra masuk ke sekolahku juga karena ada kakak yang sekolah disana , sepertinya biar mereka bisa terus main band bareng. Padahal jarak rumahnya dengan sekolah cukup jauh , kalau naik angkot dia harus ganti angkot 2 kali untuk sampai sekolah , tapi ga masalah sih karena dia bawa motor sendiri.

“kakak, bisa tolong antar aku ke tempat kursus ?” tanyaku padanya

“tempat kursus mu kan nggak jauh jalan aja kan bisa, biasanya juga gitu kan” Jawabnya sambil melepas sepatu lalu menaruhnya di rak sepatu yang ada di samping pintu depan rumah kami.

“Aku kesorean nih , bisa telat.” Pintaku memelas

“larilah.” Jawabnya singkat , terkadang punya kakak lelaki memang tak ada gunanya , pikirku pilu.

“Boleh aku yang antar , bolehkan kak Juna ?” tanya Lendra pada kaka ku

“baiklah , tapi jangan lama-lama , masih ada yang harus kita kerjakan” jawab kakak ku “dan juga , titip jaga adikku” sambungnya. Seolah dia menjadi kakak yang bertanggung jawab saja , padahal bisa saja dia yang pergi mengantarku kan.      

“kenapa kamu menatap kakak mu seperti itu.” Tanyanya padaku , seolah tau apa yang aku pikirkan

“apa!?” jawabku sambil melirik sinis ke arahnya

Sebenarnya kakak ku terkadang bisa menjadi kakak yang begitu baik dan pengertian , tapi ada kalanya juga bisa begitu menyebalkan seperti sekarang ini. Tidak seperti aku yang bertubuh kecil dan berisi , kakak ku bertubuh tinggi dan kurus dengan kulit sawo matang. Tangan nya cukup panjang dan lentik jika dibandingkan dengan tangan cowok pada umumnya , itu cukup menunjangnya dalam bermain keyboard. Kakak ku cukup populer di kalangan cewek-cewek , beberapa teman di kelas saja ada yang bilang kalau dia lumayan mungkin juga karena dia bisa bermain alat musik , tapi sebenarnya tidak pernah sekalipun aku mendengar bagaimana band kakakku waktu latihan. Kakak , Lendra dan 2 temannya lagi sudah sekitar 3 tahun ini aktif latihan main band , aku tidak tahu apakah mereka serius dengan ini atau cuma sekedar menyalurkan hobby saja. Pernah sekali aku mengikuti mereka ke tempat latihan hanya ingin melihat bagaimana permainan mereka , tapi kakak langsung saja mengusirku begitu melihatku , jadi itu untuk pertama dan terakhir kalinya aku mencoba melihat mereka main band.

“malam tante, aku pergi antar Ayana ke tempat kursus dulu ya.” Sapa lendra pada ibuku

“iya , maaf ya nak Lendra , padahal barusan datang tapi sudah direpotkan begini.” Jawab ibu ku dari arah ruang makan.

         Rumah kami bukanlah rumah yang besar tapi cukup nyaman untuk ditinggali 4 orang anggota keluarga , di lantai bawah begitu membuka pintu depan kamu bisa langsung melihat ada ruang tamu kecil yang merangkap sebagai ruang keluarga dan ada kamar mandi yang biasanya digunakan untuk tamu yang datang mampir sebentar jika membutuhkannya , ada TV LED 32inc tergantung dengan meja kecil di bawahnya , meja kecil berisi buku-buku bacaan ayah kami. Di ruangan berikutnya ada ruang makan yang bisa langsung terlihat dari arah ruang tamu , ruang makan hanya berisi 1 meja berbentuk persegi terbuat dari kayu jati lengkap dengan 4 kursi yang juga terbuat dari kayu jati asli. Di samping meja makan kamu bisa langsung melihat dapur kecil tempat ibu menyiapkan makanan kami , selain kompor dan meja panjang untuk meracik masakan yang langsung bersebelahan dengan wastafell , ada juga kulkas 2 pintu di samping wastafel. Dan ada pintu ke 2 yang langsung mengarah ke garasi kecil kami. Selain halaman penuh bunga di depan rumah dan garasi di sampingnya kami juga punya halaman belakang yang ditanami beberapa sayuran organik dan rempah-rempah. Ibu kami cukup telaten dalam hal berkebun , bisa dibilang sebagai kesibukan di rumah dan juga hobby beliau. Di halaman belakang juga terdapat tangga besi untuk naik ke lantai 2 , tidak ada yang spesial di lantai 2 selain hanya ada 3 kamar kecil yaitu milik orang tua kami , kakak , dan juga aku , lalu ada kamar mandi juga yang biasanya kami gunakan bergantian.

“Tidak apa-apa tante, saya tidak merasa direpotkan sama sekali.” Jawab Lendra kepada ibu ku

“Baiklah kalau begitu, terima kasih ya Lendra.”

“iya tante.” Jawab Lendra sambil tersenyum “kita berangkat sekarang ?” Tanya nya kepadaku kemudian

“kamu bawa motor sendiri ?” jawabku dengan pertanyaan , dan di jawabnya dengan nggukan tanda mengiyakan “baiklah, ayo pergi sebelum semakin terlambat.” Kataku sambil melangkah maju membukakan pintu untuk kami.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status