Karena kesiangan, pagi ini aku gagal bertemu dengan kak Bima , beberapa ini keadaan cukup tenang entah kenapa Sabrina juga tidak pernah lagi bertanya-tanya lagi tentang orang yang dekat dengan ku. Hanya saja setiap kita makan siang bersama atau lagi ngobrol bersama sebisa mungkin aku tidak melihat handphone untuk membalas chat dengan kak Bima karena jika begitu , mereka pasti akan ricuh lagi. Aku juga sudah menceritakan ke kak Bima tentang bagaimana penasarannya teman-teman ku padanya , dia hanya tertawa dan menawarkan akan mentraktir kami suatu saat nanti. Kak Bima benar-benar baik, bagaimana dia bisa terpikir akan mentraktir kami , hati ku selalu senang dan tanpa sadar mulutku mengambang menjadi sebuah senyuman ketika memikirkannya.
“lagi-lagi kamu melamun sambil tersenyum sendiri.” Kata Sabrina menyadarkanku “segitu bahagianya ya.” Katanya lagi sambil menaruh nampan berisi 3 bakso pesanan kami di atas meja “kemana Karin ?” tanya nya sambil menarik kursi di depanku
“Lagi ke kamar mandi” jawabku , saat ini kami sedang jam istirahat kedua , istirahat kedua tepat pukul 1 siang pas sekali dengan jam makan siang.
“Kira-kira dia benar ke kamar mandi atau lagi diam-diam menemui seseorang tanpa kita tahu.” Katanya sambil tersenyum padaku
“Sabrina, maaf aku tidak pernah menceritakan kedekatan ku dengan kakak kelas.” Kata ku kemudian setelah sadar mungkin yang dia maksud adalah aku.
“Bukan hal penting kamu cerita atau tidak, yang penting kamu bahagia sekarang.” Jawabnya sambil menambahkan kecap dan sambal ke dalam bakso nya , setelah satu suapan dia mulai mengambil karet dan menguncir rambutnya yang sebahu. “makin hari kantin ini makin panas saja.” Katanya setelah selesai mengunyah
Sabrina bisa dibilang sedikit tomboy , tapi meskipun dengan rambut pendek seperti itu pun dia tetap terlihat cantik. Kecantikan khas timur tengah , itu karena ayahnya adalah orang Palestina tapi Sabrina tidak pernah bercerita tentang ayahnya maupun tentang kenapa dia hanya tinggal berdua dengan ibunya. Terkadang aku ingin bertanya tapi aku takut itu akan melukai perasaannya , jadi aku hanya menunggu nya untuk bercerita sendiri pada waktunya , atau mungkin juga dia tidak akan pernah menceritakannya.
“kamu makan lebih dulu , tanpa menunggu ku” terdengar suara Karin yang sekarang sudah berada di samping ku, menarik kursi lalu duduk disampingku. Sabrina hanya nyengir menanggapi omelan Karin “lihatlah berapa banyak saos yang kamu masukkan , itu benar-benar bisa membuatmu sakit.” Omelnya
“kamu benar-benar tidak tahu bagaimana cara menikmati bakso jika tidak memakannya seperti ini.” Jawab Sabrina sambil terus menambahkan saos ke baksonya. ”lihatlah , Aya saja makannya juga pakai saos.”Katanya sambil melihatku, seperti mengadu mencari pembelaan
“iya tapi aku tidak menaruh sebanyak kamu menaruh saus di bakso punyamu.” Jawabku membela diri.
“hmm, dasar penghianat.” Kata Sabrina menimpali ucapannku
“Aku setuju padamu kalau dia penghianat.” Kata Karin tiba-tiba sambil mengaduk mangkok baksonya agar tercampur dengan kecap “karena dia tidak pernah cerita tentang gebetannya setelah apa yang ku katakan padanya waktu itu sepulang sekolah.” Katanya lagi membuat ku hampir tersedak ketika baru saja memasukkan sesuap sendok ke mulutku.
“Kalian jalan berdua tanpa aku , aku benar-benar merasa tersakiti jika kalian seperti itu.” Sabrina menimpali dengan ekspresi lebay nya sambil memegang dada
“Bukan begitu bodoh, kita hanya pulang bersama , ingatkan rumah kita berdua berdekatan.” Kata Karin yang saat ini sedang melotot ke Sabrina
“waaah , kamu makin pintar berkata kasar ya Karin”
“Sudahlah, kapan akan kamu kenalkan ke kita gebetanmu itu.” Kata Karin kemudian tanpa menghiraukan Sabrina “Bahkan namanya saja kami tidak kamu beritahu.” Karin berbicara sambil menengok melihat kearahku.
“Begini, namanya Bimantara , biasanya aku panggil Kak Bima dia adalah anggota klub basket.” Kataku kemudian
“lalu bagaimana kalian bisa kenal ?” tanya Sabrina sambil memasukkan 1 sendok penuh ke mulutnya
“Waktu itu hujan deras, dan karena aku ga bawa payung jadi aku berdiri berteduh sambil menunggu hujan sedikit reda , lalu kak Bima tiba-tiba datang dan memberikan payung kepadaku.” Jawabku sambil memandangi mangkok bakso di depan ku
“lalu sejak saat itu kamu suka padanya ?” kali ini Karin yang gentian bertanya
“tidak , sejak saat itu kami hanya sebatas kenal saja , lalu suatu hari aku mengalami kecelakaan jadi kak Bima meminta nomor handphone ku dan kita akhirnya banyak ngobrol lewat chat dan telepon.”
“Jadi karena sering ngobrol jadi kamu makin suka padanya.” Kata Sabrina sambil mengangguk-angguk “tapi kecelakaan apa itu, kok kami ga tahu.”
“Waktu itu , aku sedang duduk di halaman dekat lapangan basket tempat anak-anak klub basket latihan , lalu tiba-tiba ada bola basket melayang ke arahku dan dengan keren dan begitu sigap kak Bima menepis bola nya dengan lengannya , lalu dia melihat kearahku sambil bertanya ”kamu gapapa?” melihat wajahnya saat itu aku merasa jantungku berdebar.” Jawabku sambil tersenyum sumringah mengingat kembali momen berharga itu.
“Sepertinya kamu benar-benar menyukainya ya” Karin berbicara sambil menatapku dengan kepalanya yang berada di atas punggung tangannya , aku hanya tersenyum malu dan menundukkan kepalaku.
“Sekarang mana yang lebih kamu sukai , kakak itu atau aku?” Tanya Sabrina menggoda ku
“Hentikan pertanyaan bodoh mu itu” kata Karin sambil menumpuk mangkok kosong bakso kami “jadi apa kalian sudah resmi pacaran sekarang ?” Tanya Karin setelah meminggirkan mangkok-mangkok kosong itu.
“belum sih, sebenarnya sabtu besok kami akan pergi nonton.” Kata ku ragu-ragu
“kalian akan kencan, mungkin saja kakak itu akan menyatakan perasaannya padamu.” Sabrina berbicara sambil menyenggol-nyenggol lengan ku menggoda
“Jadi apa rencanamu, mau aku bantu memilihkan baju yang pas agar makin terlihat menawan di hadapannya” saran Karin , aku benar-benar bersyukur mendengar Karin berbicara seperti itu padahal sebelumnya aku takut bagaimana pendapat mereka tapi ternyata mereka ikut merasakan kebahagiaanku
“ya kita bisa pergi berbelanja di hari Jumat, aku senggang kok kita bisa berjalan-jalan di sore hari sepulang sekolah.” Sabrina berkata dengan penuh antusias.
“siapa yang mau mengajakmu , aku akan pergi berdua dengan Aya karena kamu menyebalkan.” Kata Karin menimpali nya, aku hanya tertawa melihat mereka bertengkar
“sudahlah , ayo masuk kembali ke kelas , waktu istirahat sudah selesai berhentilah bertengkar.” Kata ku sambil tertawa dan berdiri.
***
Berbelanja bersama mereka memang selalu menyenangkan, sepulang sekolah sekitar jam 6 sore kami janjian bertemu di department store terdekat. Setelah berkeliling dengan beberapa kericuhan seperti biasanya akhirnya kami sepakan menentukan pakaian apa yang cocok untuk ku kenakan besok. Baju terusan sepanjang lutut berwarna merah muda dan putih , dengan lengan yang memperlihatkan sedikit bahu jika dikenakan , menurut mereka aku akan terlihat manis memakainya. Sekarang kami sedang duduk di sebuah café di pinggir jalan , sepertinya café ini memang cukup populer karena instagramable dan karena ini hari jum’at malam suasana di café pun sedikit lebih rame dari biasanya kurasa. Karena kami bertiga jadi kami memilih untuk duduk di meja dengan 4 kursi saling berhadapan, sebenar nya Sabrina
Hari telah berganti, pagi ini begitu cerah , matahari tanpa tertutup awan terasa begitu hangat , aku bangun pagi-pagi sekali dengan begitu bersemangat. Kucuci muka ku tiga kali , ku gosok gigiku dua kali dan tidak lupa kumur dengan penyegar agar nafasku benar- benar fresh , kucuci rambutku tiga kali , bahkan Ayah memuji betapa wanginya aku ketika baru keluar dari kamar mandi. Setelah ku keringkan rambutku , ku keriting rambutku sehingga membuat rambutku yang lurus sedikit bergelombang. Kukenakan make up tipis dengan lipstik berwarna merah muda lalu kukenakan baju baru yang baru saja ku setrika dengan rapi. Setelah kusemprotkan perfume , sekali lagi kupandangi cermin dengan pantulan bayangan ku di dalam kamar , kupikir penampilan ku kali ini sudah cukup lumayan , atau malah berlebihan , aku takut jika dianggap terlalu berlebihan jadi aku coba video call Lendra setidaknya dia teman cowok ku satu-satu nya yang mungkin
Kak bima membukakan pintu untuk ku dan membiarkan aku masuk terlebih dahulu , lalu kami memilih meja dengan empat kursi. Kak Bima juga menarik kursi untuk ku sehingga aku bisa duduk dengan nyaman sebelum dia memilih untuk duduk di kursi yang berada tepat di hadapan ku. Aku mulai membuka menu yang berada di atas meja waktu seorang pelayan datang sambil memberikan segelas air putih kepada kami. “kamu mau pesan apa?” Tanya kak Bima padaku “Ehm , kamu bilang suka spaghetti kan.” “Iya kak aku suka.” “Baiklah, pesanlah itu , lalu kamu juga suka es krim ?” Tanya nya lagi , kali ini aku menjawab dengan anggukan dan senyuman paling manis yang pernah aku tunjukan “Oke , kamu imut sekali.” Kata nya kemudian membuat ku makin berdebar “Permisi, kami mau pesan Spaghetti Saus Tomat , Linguine
Sudah seminggu sejak kencan terakhir kami dan sampai sekarang aku sama sekali belum bertemu dengan kak Bima. Dia susah dihubungi dan sudah 3 hari ini tidak masuk sekolah sedangkan aku tidak tahu dimana rumahnya , membuatku makin mengkhawatirkannya. Siang ini pun aku sengaja datang ke lapangan basket tempat dia biasa Latihan dan aku sama sekali tidak melihatnya. “Kamu ngapain?” terdengar suara Karin menyadarkan lamunanku “Aku ga bisa menemukan kak Bima , bahkan disini dia nggak ada.” “udah kamu hubungi hp nya ?” “Hp nya mati , membuatku khawatir , 3 hari ini dia ga masuk sekolah katanya ada urusan , tapi aku ga tahu urusan apa itu.” Jawabku sambil melihat ke Hp yang ada di genggaman ku
Sudah beberapa hari ini sejak kejadian waktu itu setiap pagi aku tidak lagi bertemu dengan kak Bima , aku masih memikirkan tentang bagaimana hubungan mereka sebenarnya tapi tetap saja tidak berani bertanya pada mereka. Mungkin , karena aku takut jika ternyata mereka punya hubungan spesial yang tidak aku ketahui atau bisa juga karena aku memang seorang pengecut dan memilih untuk memendamnya sendiri , meskipun ini terasa tidak benar. Aku merasa malas dan tidak bertenaga untuk ke sekolah tapi meskipun begitu mungkin karena sudah terbiasa aku tetap datang sepagi ini. Ruangan kelas masih setengah kosong waktu aku datang tapi kulihat sudah ada Karin dan Sabrina disana , sepertinya mereka lagi ngobrolin hal yang serius karena mereka ga sadar aku datang. “jadi sampai sekarang kam
Meskipun aku setuju dengan yang dikatakan Lendra , tapi aku masih belum mengajak karin berbicara sepatah kata pun saat ini. Sabrina yang ada di tengah-tengah kami dalam posisi yang sulit , dia bahkan tidak berani mengalihkan pandangannya dari papan tulis dan pak guru yang sedang mengajar , bisa kukatakan terlihat bukan dia yang sebenarnya. “Baiklah , untuk tugas biologi kali ini kita lakukan kerja kelompok ya , silahkan tentukan kelompok masing-masing , bekerjasamalah , bapak ga pengen ada yang cuma dompleng nama , mengerti.” Kata pak guru “Iyaa pak … “ jawab kami serempak “Aya, kita sekelompok yah.” Kata Sabrina sambil memutar badannya menghadapku “Oke.” Jawabku singkat “Karin , kamu mau gabung sama kami ?” Tanya ku kemudia
Aku terdiam seperti orang bodoh yang tidak tahu harus berbuat apa saat ini , aku hanya berdiri mematung dan Sabrina yang melihat itu memelukku untuk menenangkanku. Lendra hampir saja maju untuk meninjunya sebelum Karin akhirnya menampar Kak Bima , Lendra juga mencoba menangkan ku dengan menepuk-nepuk punggung ku saat ini. “Aku pikir kakak sudah berubah tapi ternyata masih sama saja , masih suka seenaknya.” Karin mulai berbicara setelah berhasil menenangkan dirinya sendiri sambil memegang telapak tangan kanan nya yang terlihat kemerahan. “Kenapa , kamu bahkan masuk ke sekolah ini karena aku juga sekolah disini kan , itu sebabnya aku memancingmu untuk memastikan perasaan mu kepadaku dengan mendekati anak ini.” Kata Kak Bima sambil melirik kearah ku “Baiklah , awalnya aku berniat mendekati Sabrina saja karena dia juga lebih lu
Suasana sore ini serasa cocok sekali dengan perasaanku , seakan langit pun tahu kalau aku sedang galau. Hujan rintik-rintik di saat senja dan mood ku yang buruk sekali membuatku malas melangkahkan kaki untuk keluar rumah. Seandainya saja aku ga perlu les hari ini dan seandainya saja tidak ada ujian semester dalam waktu dekat ini mungkin aku akan lebih memilih untuk berdiam diri dirumah , menonton Netflix sambil makan camilan di atas kasur dan bersembunyi di balik selimut. Tapi yang lebih penting adalah seandainya aku ga jatuh ke perangkap Kak Bima , aku menangisi kebodohanku karena sudah percaya sama orang sepertinya. Berbunga-bunga sendiri , berdebar sendiri , terlalu bersemangat sendiri padahal aku hanya dimanfaatkan agar dia bisa lebih dekat Karin dank arena malu aku melampiaskannya ke Karin , aku benar-benar gadis jahat. “Ayana , kamu tidur ya , ga berangkat