Share

CHAPTER VI

     

Karena kesiangan, pagi ini aku gagal bertemu dengan kak Bima , beberapa ini keadaan cukup tenang entah kenapa Sabrina juga tidak pernah lagi bertanya-tanya lagi tentang orang yang dekat dengan ku. Hanya saja setiap kita makan siang bersama atau lagi ngobrol bersama sebisa mungkin aku tidak melihat handphone untuk membalas chat dengan kak Bima karena jika begitu , mereka pasti akan ricuh lagi. Aku juga sudah menceritakan ke kak Bima tentang bagaimana penasarannya teman-teman ku padanya , dia hanya tertawa dan menawarkan akan mentraktir kami suatu saat nanti. Kak Bima benar-benar baik, bagaimana dia bisa terpikir akan mentraktir kami , hati ku selalu senang dan tanpa sadar mulutku mengambang menjadi sebuah senyuman ketika memikirkannya.

“lagi-lagi kamu melamun sambil tersenyum sendiri.” Kata Sabrina menyadarkanku “segitu bahagianya ya.” Katanya lagi sambil menaruh nampan berisi 3 bakso pesanan kami di atas meja “kemana Karin ?” tanya nya sambil menarik kursi di depanku

“Lagi ke kamar mandi” jawabku , saat ini kami sedang jam istirahat kedua , istirahat kedua tepat pukul 1 siang pas sekali dengan jam makan siang.

“Kira-kira dia benar ke kamar mandi atau lagi diam-diam menemui seseorang tanpa kita tahu.” Katanya sambil tersenyum padaku

“Sabrina, maaf aku tidak pernah menceritakan kedekatan ku dengan kakak kelas.” Kata ku kemudian setelah sadar mungkin yang dia maksud adalah aku.

“Bukan hal penting kamu cerita atau tidak, yang penting kamu bahagia sekarang.” Jawabnya sambil menambahkan kecap dan sambal ke dalam bakso nya , setelah satu suapan dia mulai mengambil karet dan menguncir rambutnya yang sebahu. “makin hari kantin ini makin panas saja.” Katanya setelah selesai mengunyah

         Sabrina bisa dibilang sedikit tomboy , tapi meskipun dengan rambut pendek seperti itu pun dia tetap terlihat cantik. Kecantikan khas timur tengah , itu karena ayahnya adalah orang Palestina tapi Sabrina tidak pernah bercerita tentang ayahnya maupun tentang kenapa dia hanya tinggal berdua dengan ibunya. Terkadang aku ingin bertanya tapi aku takut itu akan melukai perasaannya , jadi aku hanya menunggu nya untuk bercerita sendiri pada waktunya , atau mungkin juga dia tidak akan pernah menceritakannya.

“kamu makan lebih dulu , tanpa menunggu ku” terdengar suara Karin yang sekarang sudah berada di samping ku, menarik kursi lalu duduk disampingku. Sabrina hanya nyengir menanggapi omelan Karin “lihatlah berapa banyak saos yang kamu masukkan , itu benar-benar bisa membuatmu sakit.” Omelnya

“kamu benar-benar tidak tahu bagaimana cara menikmati bakso jika tidak memakannya seperti ini.” Jawab Sabrina sambil terus menambahkan saos ke baksonya. ”lihatlah , Aya saja makannya juga pakai saos.”Katanya sambil melihatku, seperti mengadu mencari pembelaan

“iya tapi aku tidak menaruh sebanyak kamu menaruh saus di bakso punyamu.” Jawabku membela diri.

“hmm, dasar  penghianat.” Kata Sabrina menimpali ucapannku

“Aku setuju padamu kalau dia penghianat.” Kata Karin tiba-tiba sambil mengaduk mangkok baksonya agar tercampur dengan kecap “karena dia tidak pernah cerita tentang gebetannya setelah apa yang ku katakan padanya waktu itu sepulang sekolah.” Katanya lagi membuat ku hampir tersedak ketika baru saja memasukkan sesuap sendok ke mulutku.

“Kalian jalan berdua tanpa aku , aku benar-benar merasa tersakiti jika kalian seperti itu.” Sabrina menimpali dengan ekspresi lebay nya sambil memegang dada

“Bukan begitu bodoh, kita hanya pulang bersama , ingatkan rumah kita berdua berdekatan.” Kata Karin yang saat ini sedang melotot ke Sabrina

“waaah , kamu makin pintar berkata kasar ya Karin”

“Sudahlah, kapan akan kamu kenalkan ke kita gebetanmu itu.” Kata Karin kemudian tanpa menghiraukan Sabrina “Bahkan namanya saja kami tidak kamu beritahu.” Karin berbicara sambil menengok melihat kearahku.

“Begini, namanya Bimantara , biasanya aku panggil Kak Bima dia adalah anggota klub basket.” Kataku kemudian

“lalu bagaimana kalian bisa kenal ?” tanya Sabrina sambil memasukkan 1 sendok penuh ke mulutnya

“Waktu itu hujan deras, dan karena aku ga bawa payung jadi aku berdiri berteduh sambil menunggu hujan sedikit reda , lalu kak Bima tiba-tiba datang dan memberikan payung kepadaku.” Jawabku sambil memandangi mangkok bakso di depan ku

“lalu sejak saat itu kamu suka padanya ?” kali ini Karin yang gentian bertanya

“tidak , sejak saat itu kami hanya sebatas kenal saja , lalu suatu hari aku mengalami kecelakaan jadi kak Bima meminta nomor handphone ku dan kita akhirnya banyak ngobrol lewat chat dan telepon.”

“Jadi karena sering ngobrol jadi kamu makin suka padanya.” Kata Sabrina sambil mengangguk-angguk “tapi kecelakaan apa itu, kok kami ga tahu.”

“Waktu itu , aku sedang duduk di halaman dekat lapangan basket tempat anak-anak klub basket latihan , lalu tiba-tiba ada bola basket melayang ke arahku dan dengan keren dan begitu sigap kak Bima menepis bola nya dengan lengannya , lalu dia melihat kearahku sambil bertanya ”kamu gapapa?” melihat wajahnya saat itu aku merasa jantungku berdebar.” Jawabku sambil tersenyum sumringah mengingat kembali momen berharga itu.

“Sepertinya kamu benar-benar menyukainya ya” Karin berbicara sambil menatapku dengan kepalanya yang berada di atas punggung tangannya , aku hanya tersenyum malu dan menundukkan kepalaku.

“Sekarang mana yang lebih kamu sukai , kakak itu atau aku?” Tanya Sabrina menggoda ku

“Hentikan pertanyaan bodoh mu itu” kata Karin sambil menumpuk mangkok kosong bakso kami “jadi apa kalian sudah resmi pacaran sekarang ?” Tanya Karin setelah meminggirkan mangkok-mangkok kosong itu.

“belum sih, sebenarnya sabtu besok kami akan pergi nonton.” Kata ku ragu-ragu

“kalian akan kencan, mungkin saja kakak itu akan menyatakan perasaannya padamu.” Sabrina berbicara sambil menyenggol-nyenggol lengan ku menggoda

“Jadi apa rencanamu, mau aku bantu memilihkan baju yang pas agar makin terlihat menawan di hadapannya” saran Karin , aku benar-benar bersyukur mendengar Karin berbicara seperti itu padahal sebelumnya aku takut bagaimana pendapat mereka tapi ternyata mereka ikut merasakan kebahagiaanku

“ya kita bisa pergi berbelanja di hari Jumat, aku senggang kok kita bisa berjalan-jalan di sore hari sepulang sekolah.” Sabrina berkata dengan penuh antusias.

“siapa yang mau mengajakmu , aku akan pergi berdua dengan Aya karena kamu menyebalkan.” Kata Karin menimpali nya, aku hanya tertawa melihat mereka bertengkar

“sudahlah , ayo masuk kembali ke kelas , waktu istirahat sudah selesai berhentilah bertengkar.” Kata ku sambil tertawa dan berdiri.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status