Share

CHAPTER VI

Author: Kha Aang
last update Last Updated: 2021-07-27 05:13:23

     

Karena kesiangan, pagi ini aku gagal bertemu dengan kak Bima , beberapa ini keadaan cukup tenang entah kenapa Sabrina juga tidak pernah lagi bertanya-tanya lagi tentang orang yang dekat dengan ku. Hanya saja setiap kita makan siang bersama atau lagi ngobrol bersama sebisa mungkin aku tidak melihat handphone untuk membalas chat dengan kak Bima karena jika begitu , mereka pasti akan ricuh lagi. Aku juga sudah menceritakan ke kak Bima tentang bagaimana penasarannya teman-teman ku padanya , dia hanya tertawa dan menawarkan akan mentraktir kami suatu saat nanti. Kak Bima benar-benar baik, bagaimana dia bisa terpikir akan mentraktir kami , hati ku selalu senang dan tanpa sadar mulutku mengambang menjadi sebuah senyuman ketika memikirkannya.

“lagi-lagi kamu melamun sambil tersenyum sendiri.” Kata Sabrina menyadarkanku “segitu bahagianya ya.” Katanya lagi sambil menaruh nampan berisi 3 bakso pesanan kami di atas meja “kemana Karin ?” tanya nya sambil menarik kursi di depanku

“Lagi ke kamar mandi” jawabku , saat ini kami sedang jam istirahat kedua , istirahat kedua tepat pukul 1 siang pas sekali dengan jam makan siang.

“Kira-kira dia benar ke kamar mandi atau lagi diam-diam menemui seseorang tanpa kita tahu.” Katanya sambil tersenyum padaku

“Sabrina, maaf aku tidak pernah menceritakan kedekatan ku dengan kakak kelas.” Kata ku kemudian setelah sadar mungkin yang dia maksud adalah aku.

“Bukan hal penting kamu cerita atau tidak, yang penting kamu bahagia sekarang.” Jawabnya sambil menambahkan kecap dan sambal ke dalam bakso nya , setelah satu suapan dia mulai mengambil karet dan menguncir rambutnya yang sebahu. “makin hari kantin ini makin panas saja.” Katanya setelah selesai mengunyah

         Sabrina bisa dibilang sedikit tomboy , tapi meskipun dengan rambut pendek seperti itu pun dia tetap terlihat cantik. Kecantikan khas timur tengah , itu karena ayahnya adalah orang Palestina tapi Sabrina tidak pernah bercerita tentang ayahnya maupun tentang kenapa dia hanya tinggal berdua dengan ibunya. Terkadang aku ingin bertanya tapi aku takut itu akan melukai perasaannya , jadi aku hanya menunggu nya untuk bercerita sendiri pada waktunya , atau mungkin juga dia tidak akan pernah menceritakannya.

“kamu makan lebih dulu , tanpa menunggu ku” terdengar suara Karin yang sekarang sudah berada di samping ku, menarik kursi lalu duduk disampingku. Sabrina hanya nyengir menanggapi omelan Karin “lihatlah berapa banyak saos yang kamu masukkan , itu benar-benar bisa membuatmu sakit.” Omelnya

“kamu benar-benar tidak tahu bagaimana cara menikmati bakso jika tidak memakannya seperti ini.” Jawab Sabrina sambil terus menambahkan saos ke baksonya. ”lihatlah , Aya saja makannya juga pakai saos.”Katanya sambil melihatku, seperti mengadu mencari pembelaan

“iya tapi aku tidak menaruh sebanyak kamu menaruh saus di bakso punyamu.” Jawabku membela diri.

“hmm, dasar  penghianat.” Kata Sabrina menimpali ucapannku

“Aku setuju padamu kalau dia penghianat.” Kata Karin tiba-tiba sambil mengaduk mangkok baksonya agar tercampur dengan kecap “karena dia tidak pernah cerita tentang gebetannya setelah apa yang ku katakan padanya waktu itu sepulang sekolah.” Katanya lagi membuat ku hampir tersedak ketika baru saja memasukkan sesuap sendok ke mulutku.

“Kalian jalan berdua tanpa aku , aku benar-benar merasa tersakiti jika kalian seperti itu.” Sabrina menimpali dengan ekspresi lebay nya sambil memegang dada

“Bukan begitu bodoh, kita hanya pulang bersama , ingatkan rumah kita berdua berdekatan.” Kata Karin yang saat ini sedang melotot ke Sabrina

“waaah , kamu makin pintar berkata kasar ya Karin”

“Sudahlah, kapan akan kamu kenalkan ke kita gebetanmu itu.” Kata Karin kemudian tanpa menghiraukan Sabrina “Bahkan namanya saja kami tidak kamu beritahu.” Karin berbicara sambil menengok melihat kearahku.

“Begini, namanya Bimantara , biasanya aku panggil Kak Bima dia adalah anggota klub basket.” Kataku kemudian

“lalu bagaimana kalian bisa kenal ?” tanya Sabrina sambil memasukkan 1 sendok penuh ke mulutnya

“Waktu itu hujan deras, dan karena aku ga bawa payung jadi aku berdiri berteduh sambil menunggu hujan sedikit reda , lalu kak Bima tiba-tiba datang dan memberikan payung kepadaku.” Jawabku sambil memandangi mangkok bakso di depan ku

“lalu sejak saat itu kamu suka padanya ?” kali ini Karin yang gentian bertanya

“tidak , sejak saat itu kami hanya sebatas kenal saja , lalu suatu hari aku mengalami kecelakaan jadi kak Bima meminta nomor handphone ku dan kita akhirnya banyak ngobrol lewat chat dan telepon.”

“Jadi karena sering ngobrol jadi kamu makin suka padanya.” Kata Sabrina sambil mengangguk-angguk “tapi kecelakaan apa itu, kok kami ga tahu.”

“Waktu itu , aku sedang duduk di halaman dekat lapangan basket tempat anak-anak klub basket latihan , lalu tiba-tiba ada bola basket melayang ke arahku dan dengan keren dan begitu sigap kak Bima menepis bola nya dengan lengannya , lalu dia melihat kearahku sambil bertanya ”kamu gapapa?” melihat wajahnya saat itu aku merasa jantungku berdebar.” Jawabku sambil tersenyum sumringah mengingat kembali momen berharga itu.

“Sepertinya kamu benar-benar menyukainya ya” Karin berbicara sambil menatapku dengan kepalanya yang berada di atas punggung tangannya , aku hanya tersenyum malu dan menundukkan kepalaku.

“Sekarang mana yang lebih kamu sukai , kakak itu atau aku?” Tanya Sabrina menggoda ku

“Hentikan pertanyaan bodoh mu itu” kata Karin sambil menumpuk mangkok kosong bakso kami “jadi apa kalian sudah resmi pacaran sekarang ?” Tanya Karin setelah meminggirkan mangkok-mangkok kosong itu.

“belum sih, sebenarnya sabtu besok kami akan pergi nonton.” Kata ku ragu-ragu

“kalian akan kencan, mungkin saja kakak itu akan menyatakan perasaannya padamu.” Sabrina berbicara sambil menyenggol-nyenggol lengan ku menggoda

“Jadi apa rencanamu, mau aku bantu memilihkan baju yang pas agar makin terlihat menawan di hadapannya” saran Karin , aku benar-benar bersyukur mendengar Karin berbicara seperti itu padahal sebelumnya aku takut bagaimana pendapat mereka tapi ternyata mereka ikut merasakan kebahagiaanku

“ya kita bisa pergi berbelanja di hari Jumat, aku senggang kok kita bisa berjalan-jalan di sore hari sepulang sekolah.” Sabrina berkata dengan penuh antusias.

“siapa yang mau mengajakmu , aku akan pergi berdua dengan Aya karena kamu menyebalkan.” Kata Karin menimpali nya, aku hanya tertawa melihat mereka bertengkar

“sudahlah , ayo masuk kembali ke kelas , waktu istirahat sudah selesai berhentilah bertengkar.” Kata ku sambil tertawa dan berdiri.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta & Persahabatan   Awal yang Canggung

    Hari pertama Sabrina di sekolah baru di Australia adalah campuran antara harapan dan ketidakpastian. Setelah menjalani perjalanan panjang dari kota asalnya dan beradaptasi dengan rumah barunya, ia merasa tidak siap menghadapi tantangan baru di sekolah. Sekolah barunya adalah sebuah institusi besar dengan ribuan siswa, berbeda jauh dari sekolah kecil yang ia tinggalkan.Ketika Sabrina memasuki gerbang sekolah, dia merasa seolah-olah dia terlempar ke dalam dunia yang sama sekali baru. Gedung-gedung sekolah yang tinggi, koridor yang ramai, dan suara-suara yang bergema di seluruh area membuatnya merasa terasing. Bahkan, pengantar informasi tentang fasilitas sekolah dan jadwal pelajaran terdengar seperti bahasa asing bagi Sabrina.Di kelas pertama, Sabrina duduk dengan canggung di kursi barunya. Dia mencoba mendengarkan pelajaran, tetapi kata-kata gurunya terdengar cepat dan sulit dimengerti. Bahasa Inggris yang dia pelajari di sekolah sebelumnya sangat berbeda dari aksen d

  • Cinta & Persahabatan   Keputusan Besar

    Satu tahun telah berlalu sejak pembicaraan Sabrina dengan Ibu tentang perpindahan ke Australia. Setelah kenaikan kelas akhirnya Sabrina benar-benar tidak bisa lagi menunda kepergiannya dan harus menamatkan SMP di sekolah lain.Malam sebelum keberangkatan Sabrina ke Australia, suasana di rumah terasa tenang dan penuh kehangatan. Sabrina sudah menyiapkan semua barangnya dan melakukan segala persiapan akhir untuk perjalanan yang akan mengubah hidupnya. Meskipun dia merasa siap secara fisik, hatinya terasa berat karena harus meninggalkan Brian, sahabat terdekat yang telah mendampinginya selama ini.Sabrina duduk di kamarnya, mengatur pesan singkat terakhir yang akan dikirimkan kepada Brian. Pesan ini sangat penting baginya, karena merupakan bentuk perpisahan dan ungkapan terima kasihnya. Dia membuka aplikasi pesan di ponselnya dan mengetik dengan hati-hati:“Brian, besok pagi aku akan pergi ke Australia. Aku ingin mengucapkan terima kasih untuk semua dukunganmu selama ini. Kehadiranmu sel

  • Cinta & Persahabatan   Pertemuan Tak Terduga

    Hari pertama kursus memasak dimulai dengan suasana canggung. Sabrina merasa sedikit gugup di tengah banyak anak perempuan yang tampak saling mengenal satu sama lain. Namun, melihat Brian di antara mereka memberikan sedikit rasa lega.Instruktur, seorang wanita ramah bernama Ibu Maya, memulai dengan memperkenalkan diri dan menyambut para peserta kursus."Selamat datang di kursus memasak anak-anak! Hari ini kita akan belajar membuat kue sederhana. Mari kita mulai dengan mencuci tangan dan bersiap-siap di meja masing-masing."Sabrina dan Brian mengambil tempat di meja yang sama."Aku tidak menyangka akan bertemu kamu di sini," kata Brian dengan senyum lebar."Aku juga," jawab Sabrina, mencoba tersenyum meskipun hatinya masih berat.Saat kursus berlangsung, mereka belajar tentang bahan-bahan dasar dan cara mencampur adonan. Sabrina merasa kikuk, tapi Brian dengan sabar membantunya.“Ini seperti seni, kamu akan terbiasa,” katanya sambil menunjukkan cara mengaduk dengan benar.“Aku tidak ya

  • Cinta & Persahabatan   SABRINA

    Hari ini pun ibu memarahiku , seakan apapun yang kulakukan selalu salah dimatanya. Karena berlari keluar rumah sambil menangis tanpa sadar kini aku sudah ada di taman , untung saja taman ini begitu sepi jadi aku bisa menghabiskan waktu disini sendirian ‘dengan tenang’ pikirku. Tempat ini begitu tenang dan sejuk karena banyak pohon-pohon dengan ukuran besar yang seolah menjadi pagar pembatas antara taman dan jalan lebar di depannya. Aku mengayunkan tubuhku naik turun di sebuah ayunan sambil menatap langit , haruskah aku pergi ketempat ayah tapi sebenarnya datang ke tempat asing juga menakutkan buatku , aku juga tidak ingin meninggalkan ibu disini sendirian. Ketika sedang sibuk dengan pikiranku sendiri , lewat sudut mata aku melihat seorang anak lelaki yang usianya sepertinya tidak jauh berbeda denganku. Kuperhatikan dari kejauhan dia terlihat begitu murung , berjalan sambil tertunduk lesu sepertinya dia mulai menyadari jika aku terus saja memperhatikan

  • Cinta & Persahabatan   CHAPTER XXIII

    Kami masih menikmati suasana di dalam café bahkan setelah semua makanan dan minuman yang dihidangkan untuk kami telah sepenuhnya habis. Tapi itu tidak membuat kami mendapatkan masalah dari pemilik cafe karena café ini tergolong cukup sepi , mungkin juga karena baru saja dibuka. Setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya Brian datang menghampiri kami bertiga. Brian sangat tinggi dan cukup tampan dengan rahang yang terlihat begitu kokoh , rambut hitam rapi dan kulit yang sehat dan bersih. Gen keluarga besar Karin memang tidak main-main , mereka seperti hidup di dunia yang berbeda , aku merasa seperti lalat yang berhadapan dengan 2 kupu-kupu yang begitu cantik.“jadi kamu serius mau terus jadi pembuat kue.” Tanya Karin pada brian yang sekarang duduk disampingnya“Iya begitulah , aku ingin belajar lebih dalam lagi sekarang , sam

  • Cinta & Persahabatan   CHAPTER XXII

    Matahari bersinar dengan indah hari ini , sedikit awan dan udara yang tidak begitu panas membuat sabtu ini begitu cerah dan ceria. Seperti rencana sebelumnya , akhirnya aku , Karin dan Sabrina pergi ke toko aksesoris yang ditemukan lewat sosmed oleh Karin. Tempat ini mirip seperti sebuah toko antik yang terletak di pinggiran kota , ada seorang wanita muda berusia sekitar awal 30 tahunan menyambut kedatangan kami , bisa aku tebak dia adalah pemilik toko ini. Tentu saja dia sudah mengetahui kedatangan kami karena memang untuk kesini harus membuat janji temu terlebih dahulu dan itu yang sudah dilakukan Karin untuk kami. Setelah berkenalan kuketahui nama kakak pemilik toko tadi adalah Kak Nila , Kak Nila menunjukkan beberapa contoh yang sudah dipilih oleh Karin melalui website sebagai referensi , mulai dari gelang-gelang cantik juga cincin dan gantungan kunci.“Ini sangat indah ketika sudah dilihat langs

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status