Share

3. Sudah Insyaf

Penulis: Hujan Aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-30 21:32:26

“Ya, gak lah, Ri! Kan aku sudah sering cerita pada kamu kalau aku selalu nolak ajakannya Pak Dani.” Nisa menjawab dengan sedikit kikuk.

“Lalu mengenai video call itu? Katanya kamu sering melakukan video call dengan Pak Dani, kan?” tanya Riri lagi dengan wajah yang masih saja penasaran.

Nisa terkejut, wajahnya kini pias, ia tidak ingin sahabatnya itu tahu bahwa ia sering melakukan video call dengan Dani dalam keadaan pakaian minim, bahkan Dani sering kali meminta dirinya untuk berphoto sexy, bahkan tanpa baju. Virtual sex.

“Gak kok, biasa aja, aku hanya sebatas melapas kerudung saja, he he. Tidak lebih,” jawab Nisa kepada Riri, berbohong, bahwa Nisa sudah melakukan lebih dari hanya sekadar buka kerudung.

“HAH? KAMU MELEPAS KERUDUNG?” tanya Riri terkejut, entahlah bagaimana jadinya jika Riri tahu bahwa ia melakukan hal lebih dari sekadar buka kerudung.

“Iya, kan hanya buka kerudung aja, gak ngapa-ngapain kok, kan udah umum, gak lebih,” sahut Nisa mencoba untuk meyakinkan sahabatnya itu bahwa apa yang ia lakukan kepada Dani bukanlah dosa besar.

“Astaga! Memangnya kamu gak sayang, Nisa? Kan kamu sudah menutup semuanya selama 8 tahun ini, Ingat, Nisa! Kamu masuk pesantren sejak lulus SMP di kampung selama 4 tahun, lalu dilanjut lagi dengan pengabdian selama 4 tahun di sana sekaligus kuliah, astaga! Rambut juga aurat! Jangan sampai terlihat oleh orang lain. Kemarin kamu sendiri yang buat postingan di sosmed, katanya sehelai rambut aja adalah aurat kalau terlihat oleh orang lain, dan kini kamu malah menjilat ludah sendiri?”

Riri bersungut-sungut kepada Nisa dengan mata yang seperti akan keluar dari sarangnya, terbelalak dan penuh kedongkolan dalam hatinya karena sahabat yang ia anggap sangat baik dan alim, ternyata sudah melakukan hal yang melenceng dari agamanya.

“Iya, iya, aku gak akan mengulanginya lagi. Aku khilaf, namanya juga manusia, kan, tempatnya salah dan khilaf.” Nisa terpaksa mengalah, meski pada faktanya, ia pun belum tahu akan menghentikannya atau tidak selama menjalin hubungan dengan Dani.

Riri masih menatap Nisa dengan tatapan tajam, tidak suka jika sahabatnya itu melakukan hal terlarang, apalagi jika semakin jauh, tentunya sebagai sahabat pun, Riri wajib untuk mengingatkan Nisa kembali.

“Awas aja kalau kamu ketahuan melakukan hal lebih dari itu, Nis! Aku gak mau lagi temanan sama kamu!” Riri kini mengancam, Nisa berusaha untuk tetap bersikap biasa saja, meski di dalam hatinya ketar-ketir atas ancaman Riri.

‘Ah, biarkan aja! Aku masih punya banyak teman kok, kalau nanti Riri gak mau temanan lagi denganku,’ ucap Nisa dalam hati, menghibur dirinya sendiri.

***

“Aku minta maaf, sayang! Aku janji tidak akan lagi melakukan kesalahan ini, tolong maafkan aku!” Dani memelas kepada istrinya, Rika, bersimpuh di kakinya yang saat ini sedang duduk di sofa, dan Dani ada di bawahnya, seolah lelaki itu memang benar-benar sudah menyesali apa yang telah ia lakukan.

Yaa, Rika tahu bahwa suaminya itu sudah berulang kali melakukan kesalahan yang sama. Akan tetapi sudah berulang kali juga ia memaafkannya, karena memang cinta yang ia miliki kepada lelaki itu sangatlah besar.

“Sudah berapa kali kamu mengatakan hal ini kepadaku, Mas? Berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama, buktinya mana? Kamu masih saja genit dan menggoda wanita di luar sana!” sejenak Rika menoleh kepada suaminya, menatapnya dengan tatapan tajam penuh kekesalan.

“Iya, sayang, aku janji, bahwa ini adalah yang terakhir kalinya, aku tidak akan pernah lagi mengulang kembali kesalahan ini.” Dani masih memelas, menciumi punggung tangan wanita yang saat ini ada di hadapannya, dan sudah memalingkan mukanya lagi.

“Aku sudah memblokir kontak Nisa, jika memang kamu tidak percaya, cek saja sendiri, bahkan aku pun akan ganti nomor bila memang perlu!” Dani mencoba untuk memakai segala jurus untuk membuat istrinya itu percaya lagi kepadanya.

“Dan mana mungkin juga aku serius dengan wanita bernawa Nisa itu, sayang! Meskipun muda, tapi penampilannya itu norak sekali, sangat jauh jika dibandingkan dengan kamu yang memang sangat modis dan juga terawat!” Dani memuji Rika, bahkan membandingkan Rika dengan Nisa.

Sontak saja, wanita yang memang umumnya suka dipuji, langsung saja luluh, termasuk dengan Rika saat ini, ia mulai lunak hatinya.

Dani sendiri tahu bahwa memang istrinya itu sangat mencintai dirinya, bahkan dulu ketika kedua orang tua Rika tidak merestuinya, Rika malah tetap nekat akan kawin lari jika tetap tidak diberi restu, sehingga dengan terpaksa kedua orang tua Rika pun merestui hubungan keduanya.

Rika sendiri pun tahu jika sikap buruk suaminya itu yang suka genit kepada wanita muda di luar sana sulit sekali diubah, akan tetapi ia yakin bahwa hubungannya itu hanya sebatas untuk permainan saja, sebab bagaimana pun lelaki itu tidak akan pernah berani meninggalkan dirinya.

Karena orang tua Rika adalah orang yang cukup berpengaruh dan seorang pejabat di dinas pendidikan, bahkan Dani bisa menjadi seorang guru PNS pun atas jasa mertuanya itu. maka sudah dapat dipastikan bahwa Dani tidak akan bisa berulah.

“Okey, aku pegang janji kamu, Mas!” Rika akhirnya kembali menatap Dani dengan tatapan hangat lagi, layaknya seorang suami dan istri pada umumnya, terlebih keduanya sudah menghabiskan waktu bersama selama 12 tahun lamanya.

Dani dan Rika sudah menikah selama 10 tahun dan sudah dikaruniai dua orang anak juga yang kini baru duduk di kelas 3 SD dan TK. Rika yang memang saat itu menikah muda, pada 19 tahun setelah ia baru saja menyelesaikan sekolah menengah atas di yayasan milik orang tuanya sendiri.

“Terima kasih, sayang! Aku sungguh sangat beruntung sekali karena mempunyai istri yang secantik dan sebaik kamu. Kamu sangat sempurna di mataku, dan aku tentulah bodoh sekali jika menyia-nyiakan istri seperti kamu.” Dani yang memang mudah sekali membual dan memuji wanita, mengagungkan hati wanita itu sehingga terbang tinggi ke angkasa.

Dani merasa lega atas Rika yang kini sudah mulai luluh lagi hatinya, bahkan tangan lelaki itu kini sudah meraba tangan istrinya, yang terus menyusuri, memberikan sentuhan sensual kepada Rika, sampai sentuhannya itu berada pada bagian sensitive Rika.

“Mas…” Rika melenguh, mencoba menahan desahannya agar tidak lolos dari mulutnya, ketika tangan suaminya itu membelai lembut bagian sensitive tubuh Rika, yang masih terbungkus rapi oleh baju dengan begitu mesranya.

Tahu bahwa istrinya menyambut hangat sentuhan Dani, maka lelaki itu kini semakin jauh lagi, ia mulai merapatkan tubuhnya pada tubuh Rika, lalu menikmati bibir merah merona milik Rika.

“Mas!” Rika melepaskan dengan paksa ciuman dari Dani, karena ia butuh pasokan oksigen setelah beberapa menit tadi terlibat dalam ciuman panas. Wanita itu kini menatap dengan tatapan sayu, seolah ia pun sudah berada pada tingkat birahinya yang tak tertahankan lagi.

“Kamu mau, sayang?” tanya Dani kepada Rika menawararkan untuk mengayuh lautan asmara, berhubungan badan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   115. Sudah sadar

    “Nisa menolak, Neng. Dan kedua orang tuanya pun sudah tidak bisa lagi membujuknya, karena Nisa sudah memberikan peringatan kepada kedua orang tuanya untuk tidak lagi ikut campur dengan urusannya, apa lagi yang menyangkut masa depannya, bahkan Nisa akan meninggalkan rumah jika bapak dan ibunya tetap memaksakan kehendak.”Bu Wawat panjang lebar memberikan penjelasan kepada Eneng dan suaminya yang ada di sana, termasuk Reza, seketika wajah ketiganya pun kini berubah menjadi muram, hanya kekecewaan saja yang terpancar.“Kamu yang sabar, ya Reza! mungkin memang sudah sebaiknya kita harus introspeksi diri atas apa yang pernah kita lakukan pada Nisa, Bunda juga menyesal, Za, sungguh menyesal, gak kebayang jika anak perempuan bunda pun akan diperlakukan seperti Nisa oleh ibu mertuanya…“Yang jelas Bunda sebagai orang tua, akan membawa kembali si Anggi ke rumah jika ia diperlakukan tidak baik oleh suami dan mertuanya.” Eneng panjang lebar, ia kini sudah sadar, ya sepenuhnya, sudah menga

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   114. Ditolak juga

    “Eh, Bu Wawat,” seru Bu Aisyah ketika tahu bahwa yang bertamu ke rumahnya itu adalah Bu Wawat, entah mau apa? Apa mungkin ada kaitannya dengan pesan yang dikirimkan oleh Erma kepada Nisa tadi malam? Begitu pikir Bu Aisyah di dalam hatinya. “Ayok silakan masuk, Bu!” Bu Aisyah mempersilakan Bu Wawat untuk masuk ke dalam rumahnya. Duduk di ruang tamu dengan sofa yang sudah pudar warnanya, kusam, akan tetapi di atas meja itu sudah ada air mineral gelas dan toples berisi kue kering, sehingga Bu Aisyah tidak pelru repot-repot lagi membuatkan minum untuk tamu yang datang. “Mohn maaf nih, Bu, kalau pagi-pagi udah ke sini, he he.” Bu Wawat basa-basi kepada bu Aisyah, sebelum akhirnya mengatakan tujuan dan maksudnya datang ke rumahnya. “Gak apa-apa, Bu. Saya sudah beres semuanya kok, Nisa juga udah berangkat sekolah,” sahut Bu Aisyah seraya masih tersenyum juga. “Sebenarnya saya datang ke sini untuk minta maaf, dengan kabar dua hari lalu yang saya berikan, mengenai pernikahan Reza, terny

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   113. Nisa Menolak

    “Nis, saya mau tanya sama kamu, boleh?” Erma mengirimkan pesan kepada Nisa atas permintaan ibunya sendiri, Bu Wawat, bahkan wanita paruh baya itu pun masih di sana menunggu balasan Nisa.“Gimana, Er? Udah ada balasan dari Nisa belum?” tanya Bu Wawat tidak sadar kepada anaknya itu,yang masih setia menunggu.“Belum, Mah. Sabar dulu, kan baru dikirim tadi pesannya juga,” jawab Erma kepada Mamahnya yang memang sudah tidak sabaran lagi, lalu kini Bu Wawat hanya diam saja, seraya matanya kini focus kembali pada TV, karena ia sedang menonton acara sinetron kesukaannya.“Tapi kalau Nisa nolak, kenapa Mamah gak bujuk orang tuanya aja kayak kemarin, aku rasa Nisa akan nurut aja kalau orang tuanya yang minta,” celetuk Erma memberikan saran jika memang nanti Nisa menolak untuk diajak rujuk oleh Reza.Bu Wawat terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh anaknya itu, mengenai saran untuk membujuk orang tuanya Nisa saja, yang menurut Erma lebih efektive.“Eh, iya juga, ya.

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   112. Minta tolong

    “Iya, Teh, rujuk, Reza ingin rujuk dengan Nisa, dan Neng pun kini sadar dengan kesalahan Neng, bahwa gak ada lagi memang yang bisa menerima Reza selain Nisa, makanya Neng ingin agar Reza kembali rujuk dengan Nisa.” Eneng menjelaskan lagi.Bu Wawat hanya menghela nafasnya saja pelan ketika mendengar penjelasan dari adiknya itu, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak menyangka bahwa adiknya saat ini bisa mengakui kesalahan dirinya sendiri, tidak seperti biasanya, yang selalu keras kepala.“Tapi kalau Nisa menolak gimana? Kok kalian bisa sih semudah itu berpikir kalau Nisa mau menerima begitu aja setelah apa yang kalian lakukan?” Bu Wawat tidak mengerti dengan jalan pikiran adiknya itu, ya meskipun Eneng itu adalah adiknya sendiri, akan tetapi setelah tahu dengan kejadian yang sebenarnya terjadi, seperti apa yang Nisa katakan pada Bu Rini dan Bu Ineu pada beberapa bulan lalu, maka ia faham dan mengerti bahwa adik dan keponakannya itu salah.“Ya, siapa tahu, karena setahu Neng

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   111. Ajakan rujuk

    “Tuh, kan Bun! benar apa kataku juga, gak ada wanita yang mau menerimaku selain Nisa,” keluh Reza atas nasib yang menimpanya, ya selama satu tahun perceraian ini, sudah 3 kali ia dikenalkan dengan anak dari teman Ayah dan Bundanya.Akan tetapi, pada pertemuan kedua atau ketiga setelah perkenalan, sang wanita akan mundur dengan teratur, karena menganggap bahwa Reza bukanlah lelaki yang baik untuk dijadikan suami.Ya meskipun pengakuan Eneng dan Toni adalah bahwa Reza bercerai karena ditinggalkan oleh istrinya yang tidak bertanggung jawab. Akan tetapi ternyata perlahan, semuanya terbuka, siapa yang sebenarnya bersalah dalam perceraian tersebut.“Sabar, Reza! teman Ayah dan Bunda masih banyak yang punya anak single, kamu tenang aja dulu, ya. Baru juga nyoba tiga kali, kamu jangan bosan!” Eneng meyakinkan anaknya itu bahwa suatu saat nanti akan ada wanita yang mau menerimanya sebagai suami.“Tapi, Bun, aku yakin gak akan mudah, coba aja dulu kalau aku gak bercerai dengan Nisa, k

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   110. Pamer

    Hari berganti menjadi minggu, begiut pula dengan minggu kini sudah berganti menjadi bulan, kondisi Nisa saat ini sudah jauh lebih baik, tidak ada lagi penyerangan yang terjadi dari keluarga mantan suaminya. Mungkin sudah bosan juga.“Nisa belum menikah lagi, Bu Aisyah? Kalau Reza Alhamdulillah udah menikah lagi, dapat istri PNS (pegawai negeri sispil)” ungkap Bu Wawat ketika bertemu dengan ibunya Nisa, ya lebih tepatnya sengaja mendatangi rumahnya Nisa ketika Nisa sedang di sekolah, entah untuk apa, hanya sekadar untuk memberikan informasi tidak jelas saja.“Oh begitu, ya syukur kalau Reza sudah menikah lagi, kalau Nisa belum, kayaknya dia masih belum siap juga,” jawab Bu Asiyah kikuk, meski di dalam hatinya menggerutu, ‘untuk apa juga bilang itu ke saya? Apa Cuma mau pamer aja kalau setelah lepas dari Nisa bisa langsung nikah lagi?’Bu Wawat mangguk-mangguk saja ketika mendengar jawaban dari Bu Aisyah itu mengenai responnya kepada Reza.“Ya sudah kalau begitu, saya pamit dul

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status