Share

3. Sudah Insyaf

“Ya, gak lah, Ri! Kan aku sudah sering cerita pada kamu kalau aku selalu nolak ajakannya Pak Dani.” Nisa menjawab dengan sedikit kikuk.

“Lalu mengenai video call itu? Katanya kamu sering melakukan video call dengan Pak Dani, kan?” tanya Riri lagi dengan wajah yang masih saja penasaran.

Nisa terkejut, wajahnya kini pias, ia tidak ingin sahabatnya itu tahu bahwa ia sering melakukan video call dengan Dani dalam keadaan pakaian minim, bahkan Dani sering kali meminta dirinya untuk berphoto sexy, bahkan tanpa baju. Virtual sex.

“Gak kok, biasa aja, aku hanya sebatas melapas kerudung saja, he he. Tidak lebih,” jawab Nisa kepada Riri, berbohong, bahwa Nisa sudah melakukan lebih dari hanya sekadar buka kerudung.

“HAH? KAMU MELEPAS KERUDUNG?” tanya Riri terkejut, entahlah bagaimana jadinya jika Riri tahu bahwa ia melakukan hal lebih dari sekadar buka kerudung.

“Iya, kan hanya buka kerudung aja, gak ngapa-ngapain kok, kan udah umum, gak lebih,” sahut Nisa mencoba untuk meyakinkan sahabatnya itu bahwa apa yang ia lakukan kepada Dani bukanlah dosa besar.

“Astaga! Memangnya kamu gak sayang, Nisa? Kan kamu sudah menutup semuanya selama 8 tahun ini, Ingat, Nisa! Kamu masuk pesantren sejak lulus SMP di kampung selama 4 tahun, lalu dilanjut lagi dengan pengabdian selama 4 tahun di sana sekaligus kuliah, astaga! Rambut juga aurat! Jangan sampai terlihat oleh orang lain. Kemarin kamu sendiri yang buat postingan di sosmed, katanya sehelai rambut aja adalah aurat kalau terlihat oleh orang lain, dan kini kamu malah menjilat ludah sendiri?”

Riri bersungut-sungut kepada Nisa dengan mata yang seperti akan keluar dari sarangnya, terbelalak dan penuh kedongkolan dalam hatinya karena sahabat yang ia anggap sangat baik dan alim, ternyata sudah melakukan hal yang melenceng dari agamanya.

“Iya, iya, aku gak akan mengulanginya lagi. Aku khilaf, namanya juga manusia, kan, tempatnya salah dan khilaf.” Nisa terpaksa mengalah, meski pada faktanya, ia pun belum tahu akan menghentikannya atau tidak selama menjalin hubungan dengan Dani.

Riri masih menatap Nisa dengan tatapan tajam, tidak suka jika sahabatnya itu melakukan hal terlarang, apalagi jika semakin jauh, tentunya sebagai sahabat pun, Riri wajib untuk mengingatkan Nisa kembali.

“Awas aja kalau kamu ketahuan melakukan hal lebih dari itu, Nis! Aku gak mau lagi temanan sama kamu!” Riri kini mengancam, Nisa berusaha untuk tetap bersikap biasa saja, meski di dalam hatinya ketar-ketir atas ancaman Riri.

‘Ah, biarkan aja! Aku masih punya banyak teman kok, kalau nanti Riri gak mau temanan lagi denganku,’ ucap Nisa dalam hati, menghibur dirinya sendiri.

***

“Aku minta maaf, sayang! Aku janji tidak akan lagi melakukan kesalahan ini, tolong maafkan aku!” Dani memelas kepada istrinya, Rika, bersimpuh di kakinya yang saat ini sedang duduk di sofa, dan Dani ada di bawahnya, seolah lelaki itu memang benar-benar sudah menyesali apa yang telah ia lakukan.

Yaa, Rika tahu bahwa suaminya itu sudah berulang kali melakukan kesalahan yang sama. Akan tetapi sudah berulang kali juga ia memaafkannya, karena memang cinta yang ia miliki kepada lelaki itu sangatlah besar.

“Sudah berapa kali kamu mengatakan hal ini kepadaku, Mas? Berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama, buktinya mana? Kamu masih saja genit dan menggoda wanita di luar sana!” sejenak Rika menoleh kepada suaminya, menatapnya dengan tatapan tajam penuh kekesalan.

“Iya, sayang, aku janji, bahwa ini adalah yang terakhir kalinya, aku tidak akan pernah lagi mengulang kembali kesalahan ini.” Dani masih memelas, menciumi punggung tangan wanita yang saat ini ada di hadapannya, dan sudah memalingkan mukanya lagi.

“Aku sudah memblokir kontak Nisa, jika memang kamu tidak percaya, cek saja sendiri, bahkan aku pun akan ganti nomor bila memang perlu!” Dani mencoba untuk memakai segala jurus untuk membuat istrinya itu percaya lagi kepadanya.

“Dan mana mungkin juga aku serius dengan wanita bernawa Nisa itu, sayang! Meskipun muda, tapi penampilannya itu norak sekali, sangat jauh jika dibandingkan dengan kamu yang memang sangat modis dan juga terawat!” Dani memuji Rika, bahkan membandingkan Rika dengan Nisa.

Sontak saja, wanita yang memang umumnya suka dipuji, langsung saja luluh, termasuk dengan Rika saat ini, ia mulai lunak hatinya.

Dani sendiri tahu bahwa memang istrinya itu sangat mencintai dirinya, bahkan dulu ketika kedua orang tua Rika tidak merestuinya, Rika malah tetap nekat akan kawin lari jika tetap tidak diberi restu, sehingga dengan terpaksa kedua orang tua Rika pun merestui hubungan keduanya.

Rika sendiri pun tahu jika sikap buruk suaminya itu yang suka genit kepada wanita muda di luar sana sulit sekali diubah, akan tetapi ia yakin bahwa hubungannya itu hanya sebatas untuk permainan saja, sebab bagaimana pun lelaki itu tidak akan pernah berani meninggalkan dirinya.

Karena orang tua Rika adalah orang yang cukup berpengaruh dan seorang pejabat di dinas pendidikan, bahkan Dani bisa menjadi seorang guru PNS pun atas jasa mertuanya itu. maka sudah dapat dipastikan bahwa Dani tidak akan bisa berulah.

“Okey, aku pegang janji kamu, Mas!” Rika akhirnya kembali menatap Dani dengan tatapan hangat lagi, layaknya seorang suami dan istri pada umumnya, terlebih keduanya sudah menghabiskan waktu bersama selama 12 tahun lamanya.

Dani dan Rika sudah menikah selama 10 tahun dan sudah dikaruniai dua orang anak juga yang kini baru duduk di kelas 3 SD dan TK. Rika yang memang saat itu menikah muda, pada 19 tahun setelah ia baru saja menyelesaikan sekolah menengah atas di yayasan milik orang tuanya sendiri.

“Terima kasih, sayang! Aku sungguh sangat beruntung sekali karena mempunyai istri yang secantik dan sebaik kamu. Kamu sangat sempurna di mataku, dan aku tentulah bodoh sekali jika menyia-nyiakan istri seperti kamu.” Dani yang memang mudah sekali membual dan memuji wanita, mengagungkan hati wanita itu sehingga terbang tinggi ke angkasa.

Dani merasa lega atas Rika yang kini sudah mulai luluh lagi hatinya, bahkan tangan lelaki itu kini sudah meraba tangan istrinya, yang terus menyusuri, memberikan sentuhan sensual kepada Rika, sampai sentuhannya itu berada pada bagian sensitive Rika.

“Mas…” Rika melenguh, mencoba menahan desahannya agar tidak lolos dari mulutnya, ketika tangan suaminya itu membelai lembut bagian sensitive tubuh Rika, yang masih terbungkus rapi oleh baju dengan begitu mesranya.

Tahu bahwa istrinya menyambut hangat sentuhan Dani, maka lelaki itu kini semakin jauh lagi, ia mulai merapatkan tubuhnya pada tubuh Rika, lalu menikmati bibir merah merona milik Rika.

“Mas!” Rika melepaskan dengan paksa ciuman dari Dani, karena ia butuh pasokan oksigen setelah beberapa menit tadi terlibat dalam ciuman panas. Wanita itu kini menatap dengan tatapan sayu, seolah ia pun sudah berada pada tingkat birahinya yang tak tertahankan lagi.

“Kamu mau, sayang?” tanya Dani kepada Rika menawararkan untuk mengayuh lautan asmara, berhubungan badan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status