Share

Bab 4

Penulis: Ayu Azalea
Hana memeluk piala itu, tetapi tidak ada kebahagiaan di wajahnya atas kemenangan Wenny. Dia juga tidak menyerahkan piala tersebut.

Dia malah menggigit bibirnya dan berkata dengan wajah sedih, "Kak Wenny, Direktur menyuruhku mengantarkan piala ini untukmu. Penghargaan ini sangat bergengsi, kamu hebat sekali."

"Aku mau meminta sesuatu, meski terdengar agak memalukan. Aku belum pernah menerima penghargaan ini, bisakah piala ini aku pinjam beberapa hari?"

Meminjam piala ini beberapa hari?

Ini pertama kalinya Wenny mendengar permintaan yang begitu konyol.

Dia mengernyitkan dahi, lalu tersenyum dingin seraya berkata, "Kalau sudah tahu agak memalukan, sebaiknya jangan ajukan permintaan seperti itu. Kalau kamu benar-benar mau, ikut saja kompetisi itu dan menangkan sendiri."

Setelah itu, dia mengulurkan tangannya untuk mengambil pialanya dari pelukan Hana.

Tidak menyangka sikap Wenny begitu dingin, wajah Hana langsung pucat, tampak seperti sangat tertekan. "Kak Wenny, kenapa kamu bicara seperti itu? Aku bukan mau mengambil milikmu, hanya menyimpannya di rumah sebagai motivasi untuk diriku sendiri, apa itu nggak boleh?"

Melihat Wenny berusaha mengambilnya, Hana memeluk piala itu dengan makin erat, tidak mau melepaskannya.

Di tengah perebutan itu, piala kristal tersebut jatuh ke tanah dengan suara keras dan seketika hancur berkeping-keping.

Yoga dan Sandro yang saat itu kebetulan lewat dan melihat kejadian tersebut, segera berlari mendekat dan langsung melindungi Hana dalam pelukan mereka.

"Hana!"

Keduanya mengelilingi Hana dengan wajah penuh kecemasan, dengan hati-hati memeriksa apakah dia terluka.

Yoga mengangkat rok Hana sedikit dan melihat kakinya berdarah akibat pecahan kaca. Dia meringis, menunjukkan rasa sakit dan kekhawatiran yang mendalam.

"Aku akan membawamu ke rumah sakit!"

Tanpa menghiraukan keberatan Hana, Yoga langsung menggendongnya dan pergi.

Sementara itu, melihat pecahan kaca yang berserakan di lantai, ekspresi Sandro berubah muram. Lalu, dia bertanya dengan nada menuduh, "Wenny, kamu sudah punya segalanya. Kenapa kamu masih harus berebut barang dengan Hana?"

Berebut?

Mendengar kata itu, Wenny hampir tertawa karena marah.

Piala ini milikku. Aku berjuang selama tiga bulan untuk meraihnya. Ini adalah penghargaanku. Dia memeluknya seperti orang paling malang dan nggak mau melepaskannya. Tapi, sekarang kamu bilang aku yang merebutnya dari dia?

Dengan tubuh yang sedikit bergetar karena marah, dia menunjuk pecahan kaca di lantai dan berbicara dengan suara sedingin es.

"Sekarang dia bahkan sudah menghancurkan pialanya. Aku ingin Hana minta maaf padaku."

Wenny berpikir beberapa kata itu sudah cukup untuk menjelaskan siapa yang salah dan siapa yang benar. Namun, tidak disangka Sandro justru tambah marah dan suaranya makin tinggi. "Aku pikir ada masalah besar, ternyata hanya sebuah piala. Mau berapa banyak pun bisa kamu dapatkan! Bagaimana mungkin itu lebih penting daripada Hana? Dia terluka karena kamu. Bukan dia yang harus minta maaf, tapi kamu yang harus minta maaf padanya!"

Setelah mengatakan itu, tanpa memedulikan reaksi Wenny, Sandro segera pergi untuk merawat Hana.

Melihat pecahan kaca yang berserakan di lantai, Wenny tertegun sejenak. Kata-kata Sandro terus terngiang di kepalanya.

Dia benar-benar menyuruhku meminta maaf kepada Hana?

Meminta korban untuk minta maaf kepada pelakunya?

Sandro, kamu benar-benar hebat! batinku.

Hatinya terasa sangat sakit, dan akhirnya dia menyadari bahwa kakinya sendiri juga terluka cukup parah.

Dia baru menyadari ada luka yang panjang dan dalam di kakinya, bahkan lebih parah dibandingkan Hana.

Wenny menggigit bibirnya sambil menahan rasa sakit, membersihkan pecahan di lantai, sebelum berbalik untuk mengobati lukanya sendiri.

Malam harinya, Wenny menerima pesan dari ibunya. Bu Maya mengirimkan lebih dari sepuluh model gaun pengantin dan memintanya memilih mana yang dia suka.

Wenny melihat semua model itu satu per satu sebelum menelepon ibunya.

Setelah berbicara sebentar, ibunya segera menyadari nada lelah di suara Wenny dan bertanya dengan cemas apakah ada sesuatu yang terjadi.

Mengingat semua hal yang dialaminya hari itu, mata Wenny terasa panas, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, malah mengalihkan pembicaraan. "Ibu, urusanku di sini mungkin akan selesai dalam seminggu. Bagaimana persiapan pernikahannya?"

Saat itu, Yoga dan Sandro baru saja pulang ke rumah.

Mendengar kalimat terakhir dari Wenny, mereka berseru bersamaan.

"Pernikahan? Pernikahan apa?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
goblok sih milik sendiri gak bisa dipertahankan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cinta Rumit Tiga Sekawan   Bab 29

    Yoga melihat pernikahan megah Wenny di berbagai berita.Dia menatap foto Cakra di ponselnya dengan penuh kemarahan yang terus bergolak dalam hati."Pasti ini ulah Cakra, 'kan?"Pasti begitu!Setelah memikirkan itu, tanpa peduli pada larangan Bu Fanny dan Bu Shinta, dia bergegas keluar dari rumah sakit.Di kediaman Keluarga Gunawan.Hari ini adalah hari pertama pernikahan Cakra dan Wenny.Cakra, yang jarang bersantai, memeluk Wenny di ranjang, menikmati momen kebersamaan.Cahaya matahari lembut dan udara segar di luar jendela tidak lagi menarik perhatian mereka.Namun, suasana tenang itu tiba-tiba pecah oleh dering bel pintu yang keras.Cakra mengernyit, tidak menyangka ada yang mengganggu mereka di saat seperti ini.Dia mengenakan pakaian tidur seadanya dan berjalan ke pintu.Begitu pintu dibuka, tinju Yoga langsung melayang ke arahnya.Cakra dengan gesit menghindar ke samping dan menangkap tangan Yoga dengan erat."Kenapa kamu begitu gila?"Yoga kini tampak kacau dengan mata yang gela

  • Cinta Rumit Tiga Sekawan   Bab 28

    Setelah tayangan ucapan selamat selesai, dilanjutkan dengan siaran langsung pernikahan sesungguhnya antara Wenny dan Cakra.Saat itu juga, mereka berada di bekas kediaman pangeran di Kota Jintara, mengadakan pernikahan dengan gaya tradisional.Seluruh istana dengan ukiran indah di kediaman itu dihiasi kain sutra. Suara seruling dan musik perayaan menyelimuti hati setiap orang yang hadir.Di bawah tatapan semua orang, Cakra mengenakan pakaian pengantin tradisional, menunggang kuda gagah, diikuti tandu pernikahan di belakangnya.Dengan iringan suara tabuhan gong dan gendang, rombongan pengantin melemparkan koin emas murni dan berbagai permen serta makanan ringan perayaan ke arah kerumunan.Banyak orang berbondong-bondong mengumpulkan koin emas dan permen itu sambil mengucapkan berbagai doa selamat.Di saat yang sama, para tamu di dalam taman juga menerima hadiah berupa emas batangan kecil dan aneka permen serta kue.Kemewahan pernikahan ini membuat semua orang tertegun.Yoga dan Sandro m

  • Cinta Rumit Tiga Sekawan   Bab 27

    Jika menyerah begitu saja, lalu apa arti cinta yang mereka pertahankan selama bertahun-tahun ini?Apa sebenarnya arti dua puluh tahun lebih kebersamaan ini?Apakah cinta yang terjalin selama bertahun-tahun itu kalah dengan seseorang yang baru dikenal selama dua puluh hari?Mata Yoga dan Sandro dipenuhi dengan kobaran tekad.Mereka serempak berkata pada satu sama lain, "Kita bekerja sama. Setelah itu, kita bertindak sesuai kemampuan masing-masing!"Hampir tanpa perlu berkomunikasi, mereka segera mengatur rencana masing-masing.Sandro meminta foto-foto lama yang tersisa di rumah dari Bu Fanny dan Bu Shinta, yang mencatat masa lalu mereka selama lebih dari dua puluh tahun.Sayangnya, tidak banyak foto bersama yang tersisa, sebagian besar telah dibakar oleh Wenny.Foto yang bisa ditemukan kebanyakan hanya foto mereka saat masih kecil, seorang diri.Meski begitu, mereka merasa cukup puas.Setidaknya, itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali.Sementara itu, Yoga menyusupkan orang ke dal

  • Cinta Rumit Tiga Sekawan   Bab 26

    Mata Sandro memerah hingga terlihat seperti penuh darah, kedua tangannya mengepal erat, lalu dengan keras dia melayangkan pukulan ke arah Cakra."Kenapa harus dia? Aku nggak terima! Wenny, asalkan kamu nggak menikah, aku akan membawamu kabur! Ke luar negeri, atau kembali ke Kota Hanis, ke mana pun yang kamu mau, akan kuturuti!"Namun, Cakra bisa dengan mudah menghindari pukulan Sandro, dia hanya memiringkan wajahnya sedikit, membiarkan tinju itu meleset dan hanya menyapu wajahnya.Lukanya tidak terlalu parah, tetapi tetap meninggalkan bekas merah yang mencolok."Sss … "Cakra menutupi pipinya yang sedikit terluka, menarik napas pelan, dan wajahnya meringis karena kesakitan.Meski begitu, ketampanannya sama sekali tidak luntur.Melihat Cakra terluka, Wenny merasa sangat kasihan. Dia memegang tangan Cakra, berusaha untuk melihat lukanya lebih dekat."Nggak apa-apa, aku nggak terluka, nggak sakit kok."Cakra berpura-pura santai dan tersenyum.Namun, makin dia berusaha tersenyum, makin Wen

  • Cinta Rumit Tiga Sekawan   Bab 25

    Wenny dan Cakra saling menggenggam tangan, menatap Yoga dan Sandro dengan agak waspada.Melihat tatapan itu, Sandro merasa sangat terluka."Wenny, kita ini sahabat sejak kecil. Kenapa kamu memandangku seperti itu?"Wenny mengerutkan alisnya, tidak ingin membuang waktu membahas hal-hal tidak berguna.Lagi pula, bukankah mereka sendiri yang memutuskan hubungan bertahun-tahun itu sejak awal?Dengan pandangan datar, dia menatap kedua pria itu dan berkata dengan tenang."Nggak perlu mengatakan hal-hal seperti itu. Aku harus pulang. Kalau ada yang mau kalian katakan, cepatlah."Mendengar itu, Sandro ingin bicara, tetapi Yoga segera memotongnya.Yoga berdiri di depan Wenny dengan tatapan penuh tekad di mata dinginnya."Wenny, dulu kami memang salah. Kami nggak pernah benar-benar menyukai Hana. Kami hanya memanfaatkan dia untuk membuatmu cemburu, agar kamu sadar siapa yang sebenarnya ada di hatimu. Kami nggak menyangka … "Dia pun menjelaskan nasib Hana dan alasan mereka memperlakukan Wenny se

  • Cinta Rumit Tiga Sekawan   Bab 24

    Cakra sengaja memberi instruksi kepada anak buahnya untuk mengendurkan pengawasan terhadap Yoga dan Sandro.Bukan berarti dia lengah, melainkan dia sengaja memberikan peluang agar mereka masuk jebakan. Dengan begitu, dia bisa bersiap lebih dulu.Setelah menerima perintah itu, anak-anak buahnya segera melaksanakan tugas.Pada saat yang sama, Cakra sengaja memberitahukan kabar kedatangan Yoga dan Sandro ke Kota Jintara kepada orang tua Wenny, Pak Haris dan Bu Maya."Apa? Mereka sudah memperlakukan Wenny seperti itu, tapi masih berani datang ke pernikahannya?"Bu Maya langsung naik pitam begitu mendengar kabar itu.Dulu, dia selalu memuji Yoga dan Sandro.Dia bahkan menganggap mereka calon menantu yang ideal.Namun kini, mereka benar-benar tidak seharusnya bermain-main dengan nyawa Wenny!Waktu Hana menyakiti Wenny, bagaimana perasaan Wenny saat itu?Terlebih lagi, sahabat masa kecilnya yang selalu berada di sisinya sejak kecil justru bersikap dingin hanya karena bunga yang diberikan wani

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status