Share

Chaos

last update Last Updated: 2025-01-07 12:08:07

“Rigel, Rigel," ucap Harlan mencoba menghentikan langkah Gadis itu. Harlan langsung menarik pergelangan tangannya. "Kumohon cobalah untuk memikirkannya lebih dulu karena ini bukanlah hal yang baik untuk diputuskan begitu saja." Harlan memandangi Gadis itu. Tangan besarnya bahkan mencoba memengang permukaan wajah Rigel. Semula Harlan takut jika Rigel akan bereaksi keras menolaknya tapi Rigel hanya terdiam saat dia membelai wajahnya.

“Aku tak bisa meninggalkan kalian ,” bujuk Harlan. 

"Oh, Kak Harlan ...," ucap Rigel penuh kelembutan terutama kala Dia merasakan hangat dari tangan Harlan membelainya. Aku rindu dengan semua yang ada padanya tapi semua ini sudah usai, batin Rigel. Harlan Zidane, pria sempurna yang ia cintai. Dada Rigel seketika sakit menderu kala menatap Harlan yang memelas padanya. "Aku tidak tahu apakah kau masih mencintaiku?" tanya Rigel. Dia menatap langsung kedua mata hijau zambrud milik Harlan. 

Harlan tak langsung menjawab tapi kini beralih untuk menyentuh pelan tangan dari Rigel. "Tentu, aku mencintaimu." Harlan tegas menjawab.

Sayangnya Rigel. Dia tak mau berurusan dengan cibiran dari keluarga Pria itu. “Tenanglah Kak, aku akan resign dan pergi dari hadapanmu,” sahut Rigel.

"Apa maksudmu Rigel? jangan bercanda!" Harlan tanpa sadar telah membentak Rigel.

Rigel menggeleng kepala sambil tertawa hambar. "Lihatlah, kau mau bersamaku tapi tak berani memperjuangkanku!" bentak Rigel tak mau mengalah.

"Maafkan aku, hanya saja aku tidak bisa membiarkanmu berhenti dari pekerjaan ini. Bagaimana nanti hidupmu?" Harlan memelas.

"Kenapa kau harus perduli padaku? lebih baik kau urusi saja tunanganmu itu," celetuk Rigel sambil beranjak pergi.

“Tidak, aku sudah janji akan bertanggung jawab, aku cinta padamu Rig.” Pria bermata hijau itu menghadang Rigel. 

Rigel memandangi Pria itu. Karirnya cemerlang, berasal dari keluarga terpandang dan dia jadi satu-satunya Pria menjanjikan pada masa yang chaos ini. “Meski kau berbicara begitu tapi aku juga terlanjur tak sanggup dengan keluargamu,” ucap Rigel dengan jujur. “Karena aku sudah mendengar semuanya kemarin.” Rigel langsung berjalan melintasi Pria itu.

Pria itu membelalakkan kedua mata hijau cerahnya. “Jadi kau dengar semuanya?” Pria itu tetap berjalan menyamai langkahnya dengan Rigel. 

“Rakyat jelata sepertiku tak pantas bersanding dengan Letnan sepertimu,” celetuk Rigel tertawa kecil. “Ibumu Politisi dan ayahmu Presiden, aku hanyalah Tikus Got,” ucap Rigel mengulang ejekan Julia Violens kemarin padanya.

Harlan menarik pergelangan tangan Rigel. “Aku mencintaimu dan kau akan jadi Ibu dari anakku,” ucap Harlan tegas.

“Tidak dengan resiko aku akan dipisahkan dengan anakku sendiri, jika ibumu tahu hal ini,” ketus Rigel. Gadis itu langsung menepis tangan Harlan. Rigel memang cerdas karena sudah menduga semua keburukan yang akan menimpanya. Dia pun memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya ini. Rigel meninggalkan Harlan yang saat itu masih berdiri mematung.

Pagi itu Rigel langsung menghadap atasannya. Ia sudah memberikan berkas pengunduran dirinya kemarin. Saat Rigel membuka pintu ruangan dari Sang Atasan. Rigel terkejut mendapati Pria Botak itu tengah memandangi berkasnya.

“Ehem ... Maaf Pak, saya mengundurkan diri,” ucap Rigel ragu.

“Masuklah Nak,” suruh Pria itu.

Rigel mengangguk sembari melangkah masuk. “Saya tak bisa melanjutkan pekerjaan ini,” ucap Rigel.

“Kau bisa ceritakan masalahmu tapi untuk mengundurkan diri pada krisis saat ini, itu sulit.” Pria Botak itu berucap dengan tenang.

Rigel sudah lelah karena dianggap hanya karena jasanya. Padahal Rigel sendiri tak mau mengingat peristiwa menyakitkan dua tahun lalu itu. Gagalnya pernikahan Rigel hanya jadi bom waktu karena sebenarnya Rigel sudah muak dengan pekerjaannya ini. “Aku sedang hamil dan tidak akan bisa melakukan misi penyelamatan lagi,” ucap Rigel.

“Apa?” Pria Botak itu terkejut dengan ucapan Rigel. Salah satu anak emasnya yang berhasil mengharumkan Tim dari Regu Penyelamatan. “Itu kabar bagus ... tapi kenapa?” tanya Pria itu.

“Anakku dengan Kapten Zidane, aku memang tidak akan menikah dengannya karena aku hanya jadi aib bagi keluarga Zidane maka dari itu aku akan berhenti kemudian pergi dari sini,” jawab Rigel sembari menundukkan kepalanya.

“Kalau begitu, kau akan kuperkerjakan di klinik kecil bagaimana?” tanya Pria Botak itu.

Rigel menaikkan pandangannya menatap Pria Botak itu. “Pak Hamza serius?” tanya Rigel terharu. Pria itu selain telah jadi mentornya tapi juga sudah dianggap seperti ayahnya sendiri.

Pak Hamza mengangguk. “Tentu Nak, meski gantinya kau akan ditempatkan di Kota Terpencil yang jauh dari Benteng tapi kau bisa melahirkan dan membesarkan anakmu di sana,” jawab Pak Hamza seraya tersenyum.

Brak ...

Pintu terbuka menampaki Gadis berhijab yang tergesa-gesa menerobos masuk. “Pak jangan pecat Rigel!” jerit Wanita itu sembari memeluk Rigel. “Kumohon Rigel, jika kau pergi maka tim kita akan sepi,” ucap Wanita itu memelas.

“Corrie, aku harus pergi,” sahut Rigel.

“Tidak, aku tidak rela sahabatku pergi,” celetuk Corrie.

“Aku hamil dan tidak bisa melanjutkan misi bersama kalian lagi,” ucap Rigel.

Corrie membelalakkan kedua matanya. “Apa? Bukannya kau belum menikah dengan Kapten Zidane?” Corrie terkejut mendapati sahabatnya hamil. “Jangan bilang jika dia tak mau tanggung jawab!” bentak Corrie yang tahu hubungan asmara ini.

“Ini salahku, sudah seharusnya aku yang mengalah,” sahut Rigel dengan senyum nanarnya.

Pak Hamza mendekati Corrie kemudian menyentil dahinya. “Anak Nakal, bukannya bertanya dulu dengan orang tua,” omel Pak Hamza pada putrinya itu. “Rigel tidak akan dipecat atau diberhentikan tapi dia akan dipindah tugaskan untuk membantu Kota Lima,” ucap Pak Hamza.

“Aku ikut bersamamu,” sahut Corrie.

Rigel langsung menggeleng. “Tetaplah di sini bersama Kak Alex dan Nico,” ucap Rigel masih mengingat dengan timnya. Kenangan perjuangan bersama akan selalu ia ingat karena Rigel juga menyayangi teman-temannya. “Berawal dari hanya jadi perawat tertindas di pihak swasta sampai jadi tenaga suka rela, terima kasih atas semuanya.” Rigel berucap sambil memeluk Corrie.

“Rigel ... kau masih bisa di sini,” sahut Corrie yang masih memeluk Rigel.

“Tidak bisa, aku mau anakku selamat karena jika tetap di sini maka aku akan jadi aib bagi Kak Harlan.” Rigel melepaskan pelukkannya. “Jaga rahasia ini ya,” pinta Rigel sembari berpamitan.

Kehamilan ini bahkan tidak diketahui oleh keluarga Rigel sendiri. Rigel jadi tidak terbuka dengan ibunya sejak Sang Ibu menikah lagi dengan Pria lain. Rigel berencana akan pergi besok hari setelah mengemasi barang-barangnya. Saat setelah memasukkan beberapa berkas ke dalam tas ranselnya kemudian keluar dari Gedung Tyre. Ia berpas-pasan dengan seorang pria bermata biru. Pria Misterius itu memandangi Rigel dengan terkejut tapi Rigel segera mengabaikan Pria itu.

“Rigel biarkan aku mengantarmu pulang untuk terakhir kalinya,” ucap Harlan yang telah berdiri di hadapan Rigel.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Season II : Permaisuri Hilang Ingatan

    ''Guru Ella, mengapa kau terharu?'' tanya Cassiel heran. Pria itu mendekati Cassiel kemudian mengusap puncak kepalanya. ''Selama ini aku jadi guru rahasiamu untuk mengendalikan kekuatanmu, Nak, dan aku juga selama ini merahasiakan kebenaran dari semuanya ... Aku bisa dibilang saudara dari Ibumu, namaku Ascella Shadows,'' ucap Pria itu tersenyum lembut. Sorot kedua mata dan senyumannya seiras dengan Rigel dan Cassiel baru menyadari hal ini."Apa lagi yang tak kuketahui?" tanya Cassiel yang mulai frustasi. Tak begitu lama setelahnya Cassiel mulai tertawa nanar sembari mengusak-usak rambutnya. Ascella terkejut dengan reaksi ambigu dari Cassiel namun ia memahaminya. Ascella pernah mengalami hal serupa, ia bahkan jadi orang yang keji karena ambigu itu. Semua itu lahir dari rasa tak adil, rahasia teramat kelam dan kesepian. Ascella yang sudah bertahun-tahun hidup ditengah hutan karena hukumannya itu pun mengusap puncak kepala Cassiel. "Cass jangan menyalahkan dirimu," ucap Ascella lirih

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Season II : Pria Bayangan

    ''Yang Mulia, aku bertanggung jawab atas ini semua ... Dokter yang membuat serum itu akan dipanggil kemari,'' ucap Harlan hendak beranjak. ''Kau tak bisa selancang itu membawa istriku pergi,'' cegah Adriel dengan dingin. ''Aku paham tapi saat ini Rigel hanya mengingatku,'' sahut Harlan membalas tatapan Adriel yang tajam itu. ''Maaf yang Mulia, aku membawa Permaisurimu ke kamar ... setelah ini aku berjanji akan membawa Alex untuk memeriksa kekeliruan ini.'' Harlan menggendong tubuh Rigel melesat dari hadapan Adriel. Adriel mengepalkan kedua tangannya. Ia memukul kehampaan yang sekilas menguarkan energi void karena murka. Sekilas sekeliling reruntuhan Kuil ikut menderu oleh getaran kecil namun Adriel segera menghela napasnya lagi usai sebuah tangan meraih lengannya. Adriel kira jika Cassiel pergi namun ternyata Pemuda itu kembali lagi untuk berdiri disamping Sang Ayah. ''Aku tak pandai menenangkan amarahmu, jadi kumohon ... jangan hancurkan kuil ini karena aku sudah melakukan sebag

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Season II : Tidak Ingat

    "Hentikan itu!" bentak Cassiel dengan kedua mata merah yang sudah berubah.Harlan langsung berdiri menyaksikan perubahan Pangeran Muda itu. Kedua mata merah dan rambut perak. Harlan terkagum-kagum sendiri. "Jika jiwamu tak ingin pulang maka ada wadah yang sama denganmu, Rigel," ucap Harlan sembari memandangi Rigel yang terpejam dalam peti itu. Harlan memang sudah gila. Ia dengan nekat meraih tangan Rigel. Hal itu memicu kemarahan Cassiel. Melihat Sang Ibu dipandangi dengan penuh cinta oleh lelaki selain ayahnya. Ia lantas murka, seperti bakat yang ia miliki. Cassiel menggerakkan seluruh benda disekitarnya untuk menghantam Harlan. Harlan itu seorang petarung yang berpengalaman, dahulu lawannya tak hanya manusia. Harlan bisa membaca pergerakan Cassiel maka dari itu ia langsung mengelak dengan cepat. Berkat serangan supranatural dari Cassiel membuat Kuil hancur sebagian. Harlan langsung menoleh menatap tubuh Rigel. Ia langsung bergerak cepat menggendong tubuh itu sebelum sebagian kuil

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Season II : Izinkan untuk Hidup

    ''Sekalian pun aku tak pernah menyangka jika Paman itu mantan kekasihnya Ibu?'' Cassiel bertanya setengah menjerit. Usai satu jam mendengar kisah dari Sang Ayah didalam kantor pribadinya di Istana. Cassiel yang selama ini tak tahu menahu perkara ibunya kini hanya termangun usai tahu semuanya. Kini giliran Adriel yang terdiam sendiri. Ia meragukan dirinya yang sudah menceritakan seluruh kisah dari Rigel. Adriel menenguk wine dari cangkir gelas kaca itu dalam sekali tegak setelah itu menghela napas cukup panjang. ''Sebisa mungkin jauhi perbincangan dari Harlan Zidane itu, dia memang manusia yang kuat dari Bumi, prajurit terbaik, dan tertangguh ... meski dia bisa dibilang pamanmu namun Cass, Ayah ingin melindungimu dari obsesinya yang tak pernah usai mengenai ibumu.'' Adriel usai berucap dengan tegas namun bernada lembut. Cassiel mengangguk. Ia meniup lilin yang ada di atas meja diantara mereka setelah itu beranjak berdiri. ''Lekaslah tidur Ayah,'' ujar Cassiel sembari beranjak pergi.

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Season II : Cairan Kehidupan

    ''Ah, pasti Anda Pangeran Mahkota Cassiel, oh ya? Anda membaca buku dari Socrates juga,'' ucap Pria berseragam serba hitam itu.''Siapa Kau?'' tanya Cassiel terperanjat terkejut. Pemuda itu entah mengapa, bisa merasakan cekaman dari Pria Paruh Baya itu. Cassiel beranjak berdiri meski saat itu Anna menghadang Si Pria. Cassiel mau melihatnya dari dekat. Anna gugup dan cemas. Ia sempat meraih tangan Cassiel. ''Itu bukan ide yang bagus Yang Mulia,'' ucap Anna mencegah Cassiel.''tenanglah Bibi, aku hanya ingin tahu siapa dia?'' sahut Cassiel. ''Halo, Nak, aku bukanlah orang lain ... aku mengenal ibumu dengan baik.'' Harlan, Pria itu. Dia menyerahkan sebuah bingkai foto lama berisi dirinya bersama Regu Penyelamat. Salah satunya, Rigel ada dalam potret foto itu. Cassiel meraih bingkai foto kecil itu. Kedua matanya membelalak menatap Foto berisi ibunya itu. ''Ibuku ... ada bersamamu,'' ucap Cassiel haru. Harlan mengangguk pelan. Ia lihat Pemuda itu. Parasnya mirip seperti Rigel yang mani

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Season II : Ibu Kedua

    ''Yang Mulia Cassiel adalah Sang Cahaya Rapuh,'' ucap Kaelar berkomentar. ''Itu tak salah, usia muda dengan hati yang rapuh, apalagi dia pemilik kekuatan yang sama dengan Yang Mulia Rigel malahan ... Yang Mulia Cassiel bisa mempengaruhi seluruh mahluk hidup,'' sambung Aki. Adriel yang diikat ekor kuda dengan jenggot tipis didagunya sedang memijit pelipisnya yang terasa sakit. Di ruang rapat ini hanya ia dan orang-orang terpercayanya membahas kejadian kemarin. Cassiel menangkap seorang penyusup dan membunuhnya. ''Yang aku sayangkan dia malah mewarisi sifatku, Rigel tak akan tega pada siapapun, dia terlampau lembut namun anakku, Cassiel ... ini salahku,'' ucap Adriel menghela napas berat.Kendrick membuka sarung tangannya. Ia menjentikkan api dari tangannya itu. ''Izinkan aku mengomentari kekuatan energi dari Yang Mulia Cassiel sebagai sesama pengguna elemen alam,'' ujar Kendrick. ''Apa?! Anakku Cassiel bisa menggunakan elemen alam?!'' Adriel menjerit sampai beranjak berdiri dari kur

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status