Share

Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan
Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan
Author: Arta Pradjinta

Langit Sepia

last update Last Updated: 2025-01-07 12:07:47

“Gadis itu jelas-jelas datang dari keluarga yang miskin dan tidak jelas asal usulnya, Harlan!” bentak Wanita Tua itu pada seorang Pria yang berdiri mematung menatapnya. Kedua matanya melotot sembari menunjukkan secarik undangan di tangannya. “Kau malah berani-beraninya mau menikahi Perempuan itu!” murka Sang Wanita Tua.

“Ibu, Rigel wanita yang cerdas dan luar biasa, Ibu percayalah padaku jika dia wanita yang tepat untuk kunikahi,” ucap Pria itu memelas. “Siapa yang tak kenal dia? Rigel Seras Meil, dua kali menjadi ketua tim regu penyelamat ekspedisi dan aku salah satu orang yang ditolong olehnya.” Pria itu berucap kemudian menghela napas cukup panjang.

“Percuma kami menyekolahkanmu sampai jadi petinggi militer tapi jika kau masih bersikap bodoh dengan menikahi orang karena balas budi,” celetuk Sang Ibu. “Tinggalkan wanita itu dan jangan buat malu, kami sudah dari dulu menjodohkanmu dengan Julia, anak pewaris Violens Corporation.” Sang Ibu berucap sambil beranjak pergi.

Sebuah pintu tidak tertutup rapat. Pintu menyisakan sedikit celah untuk seseorang yang sedari tadi menguping pembicaraan itu. Seorang gadis muda berambut hitam panjang bergelombang hanya bisa tertunduk lemah. Setelah tahu kenyataan pahit itu. Dia segera beranjak pergi dengan isak tangisan.

Gadis itu terus berlari melintasi koridor hingga ia keluar dari sebuah gedung yang terletak di pusat kota. Gedung megah milik lembaga pemerintah yang bergerak di bidang hubungan antariksa. Gadis itu dengan tak sengaja menabrak seorang wanita. “Maaf, maaf, aku tidak melihatmu,” ucap Gadis itu.

“Apa kau tahu baru menabrak siapa?” tanya Wanita itu dengan angkuh.

Sang Gadis beralih menatap Wanita itu. Kedua matanya memandangi Wanita itu dengan pedih. “Tentu aku tahu Anda, Nona Violens,” ucap Gadis itu sambil mengangguk. Perasaannya masih sakit saat tahu kebenaran jika pernikahannya bisa saja kandas, kini Wanita lain yang akan menggantikan posisinya malah muncul di hadapan dirinya.

“Kau Gadis Meil itu bukan?” tanya Si Wanita sembari memandangi Gadis berambut hitam panjang bergelombang ini. Tatapannya berubah jadi remeh. “Jelek, udik, dan miskin, jika bukan modal otak Tikus Got seperti kau pasti modal beruntung saja karena pakai oleh orang pemerintahan,” cibir Si Wanita.

Sang Gadis mengepalkan kedua tangannya. Selalu saja seperti ini, orang-orang sejak dulu selalu merudungku, batinnya. Dia jadi murka namun segera meredam amarahnya sendiri dengan cara memilih untuk pergi. “Kalau begitu aku permisi,” ucap Si Gadis hendak beranjak pergi tapi dia langsung dihadang oleh Wanita itu.

“Kau merebut tunanganku dasar wanita murahan!” bentak Julia Violens. Tangannya segera melayang pada pipi Si Gadis untuk memberinya tamparan yang pedas. Semua orang yang sedang berlalu lalang memandangi keributan itu tapi Julia semakin tersenyum senang karena berhasil mempermalukan Sang Gadis.

"Kau bebas mengataiku, semua orang selalu seperti itu padaku tapi aku punya nama." Gadis itu menyahut. Kedua matanya menyalang marah. Sudah dipermalukan didepan umum sekaligus dihina oleh Wanita itu. “Namaku Rigel Seras Meil, aku punya nama, bukan julukan seperti itu,” ucap Sang Gadis sambil menyentuh pipinya yang memerah itu. Dia sadar jika mencintai Pria seperti Harlan maka cintanya hanya akan memiliki penghadang sebesar ini. 

“Rigel!” teriak Harlan yang baru saja tiba. Pria itu segera menegahi kedua Wanita itu. “Rigel, kau tidak apa-apa?” tanya Harlan sambil memandangi pipi merah Rigel. Ketika mau menyentuh Sang Gadis, tangan Harlan langsung ditepis oleh Rigel.

Rigel segera menghindar meski tatapannya tak sanggup jika memandangi Pria itu. Dia tak bisa berbohong jika perasaannya masih sama. “Aku baik-baik saja Kapten Zidane, sebaiknya aku juga akan pergi,” ucap Rigel sembari beranjak pergi. Beranjak pergi dari kehidupan sekarang dan cinta lamanya.

“Rigel tunggu!” teriak Harlan.

Rigel menghentikan langkahnya. Dia menoleh untuk menatap mantan kekasihnya itu dengan kedua mata berbinar akibat ulah dari air mata yang hendak mengalir derasnya itu. "Aku sudah tahu semuanya, tentang dirimu, dan tembok tinggi diantara kita berdua," ucap Rigel. 

Harlan membelalakkan kedua matanya. Dia menggeleng sambil hendak menggapai Sang Kekasih namun langkah Pria itu terhenti akibat tangan dari Julia Violens yang meraih lengannya itu. "Julia, hentikan semua sikapmu ini," ucap Harlan dengan tegas.

"Oh benarkah? coba saja hentikan aku jika kau berani." Julia berbisik pada Harlan sambil menyeringai tipis. "Satu langkahmu sama dengan ancaman pada keluarga Zidane, ingatlah Harlan ... kedua orang tuamu berhutang banyak pada keluargaku," ancam Julia. Ia memandang sinis Harlan yang masih memandangi Rigel yang mau beranjak itu. Kecemburuan dan kedengkiannya menjadi-jadi. Wanita itu diam-diam juga sudah mengepalkan kedua tangannya. 

Rigel tersenyum nanar. Pada akhirnya dia harus melepaskan Harlan meski sebenarnya berat bagi Rigel untuk melakukannya. “Selamat tinggal, Kak Harlan,” ucap Rigel yang beranjak pergi usai menatap Harlan yang mematung itu. 

Memang benar adanya jika pernikahan tidak hanya mempersatukan dua insan tapi juga kedua keluarga. Rigel menyadari tembok penghadang itu. Ia pun bergegas pulang kala langit sepia mulai menemani rasa sesak didadanya saat ini. “Hanya penduduk biasa, aku ini hanya rakyat jelata biasa  yang tak punya kuasa dan uang pada zaman ini,” ucap Rigel berbincang sendiri.

Tit ... Tit ...

Bunyi klakson mobil yang saling bersahut-sahutan di jalan raya. Jalan jadi macet karena Demonstran yang memaksa masuk ke dalam gedung Tyre. Gedung yang jadi saksi bisu hubungan asmaranya selama ini dengan Harlan. Padahal nyaris menikah tapi ternyata jadi kandas. 

“Tyre lembaga pengkhianat rakyat!” teriak Para Demonstran saling bersahutan. Sayangnya aksi seperti ini sudah bertahun-tahun terjadi karena bumi tempat kita tinggal tak lagi damai dan tua.

Rigel Seras Meil memandangi dalam diam aksi Para Demonstran yang mulai dihadang oleh pasukan keamanan. “Lebih baik aku bergegas pulang,” ucap Rigel sembari berlari menjauh dari Gedung itu.

Ketika Rigel sampai di rumah saat senja nyaris tenggelam oleh malam. Ia membuka pintu kemudian berjalan memasuki kamarnya tapi Rigel malah berpas-pasan dengan Sang Ibu yang memandanginya dengan sedih.

“Ibu tahu berita dari TV soal pernikahanmu dan Harlan yang gagal, dia sudah dijodohkan dengan Nona Violens,” beritahu Ibu. “Maafkan Ibu, Nak,” ucap Ibu bernada lesu.

“Cukup!” bentak Rigel. “Aku tidak menyesal hidup miskin seperti ini, aku berusaha Bu, aku berusaha!” teriak Rigel diiringi oleh isak tangisnya. “Memangnya apa alasanku sampai berani ambil resiko untuk ikut dalam misi sukarela penyelamatan itu?” tanya Rigel. Ia terbayang akan resiko pekerjaannya selama ini. 

“Ibu bangga padamu, Kamu jadi pahlawan karena hal itu.” Sang Ibu menjawab.

“Tapi itu semua tak cukup Bu, Rigel tetap dianggap sebelah mata,” sahut Rigel sambil membalikkan tubuhnya. “Semuanya telah usai, Rigel tak akan bisa menikah dengan Kak Harlan,” ucap Rigel sembari beranjak pergi.

Rigel masuk ke dalam kamarnya. Ia duduk di pinggir ranjang kasurnya sembari memeluk perutnya sendiri. “Tidak ada alasan lagi, maafkan aku,” ucap Rigel terisak sendiri. Inilah alasan mereka hendak melangsungkan pernikahan karena Rigel telah hamil tapi tampaknya ia tak bisa mendambakan dongeng seperti itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Semuanya Terasa Runtuh

    "Yang Mulia, aku tidak menemukan keberadaan Permaisuri di seluruh penjuru istana," ucap Kaelar bersama pasukan prajurit yang mendatangi Adriel. Adriel melotot murka. Ia tak terima dengan semua ini. "Cari sampai ketemu!" bentak Adriel menggelegar. Tak usai akan murkanya, ia merutuki semua orang karena wanita yang paling ia cintai lenyap dalam waktu satu malam. "Argh!" erang Adriel sembari menyibak rambut pirang emasnya itu. Ia pun berjalan tergesa-gesa hendak menuju ke gerbang istana. Kedua tatapan biru menyalang dan rahang yang keras. Adriel tak menggubris sapaan setiap orang yang memberi hormat saat ia melintas."Aku tahu dia pasti sengaja melakukan semua ini, Rigel sengaja meninggalkanku!" bentak Adriel yang dikuasai oleh murka dan amarah. Ia menduga usai pertikaian pendapatnya dengan Rigel membuat Wanita itu sengaja meninggalkannya. Ratu kala itu berpas-pasan dengan Adriel. Wanita paruh baya itu menggendong cucunya yang sama gelisah dengan anaknya. "Adriel, bagaimana?" tanya Rat

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Aku tidak Perduli Jika Ini Hanya Kegagalan

    "Terus saja omong kosong," celetuk Rigel."Hal seperti itu tidak bisa kau dapatkan di bumi, semuanya sudah rusak, aku memahami cintamu pada tanah kelahiranmu tapi bisakah kau memikirkan masa depan Cassiel?" tanya Adriel yang membuat Rigel tertohok. "Apa ... apa yang sedang kau coba katakan?" tanya Rigel menatap langsung wajah Adriel yang ada disebelahnya. Rigel tertegun, biasanya Adriel hanya menatap dingi atau biasa saja. Jarang sekali wajah rupawan itu memasang ekspresi emosionalnya.Berbanding terbalik dengan Adriel yang menatap Rigel. "Aku berusaha memikirkan anak kita sebagai orang tua," ucap Adriel lagi."Kau coba mengatakan jika, lebih baik aku meninggalkan bumi dan membiarkan bumi semakin hancur?" tanya Rigel. Adriel tak bergeming. Percuma menyembunyikan niatan aslinya karena memang itulah kehendak Adriel. Ia mau anak dan istrinya bersamanya. "Benar, itulah yang aku mau." Adriel menjawab dengan tegas. Ia tak perduli jika harus bertikai lagi dengan Rigel. "Beri aku waktu," p

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Selalu Disalahkan Keberadaannya

    "Tapi aku Si Penawar ada di sana!" teriak Rigel cukup keras. Ia muncul di tengah-tengah pintu yang terbuka lebar. Dia memakai gaun biru tua panjang dengan rambut perak yang tergerai sempurna seolah sengaja menguarkan energi.Tatapan Rigel kala itu menajam menatap suaminya. Ia berjalan mendekati rapat itu kemudian sengaja menancapkan sebuah belati bergagang perak. "Ingatkan pada kekejian leluhurmu," ucap Rigel sinis pada Adriel yang berada diseberang bagian sisi meja yang berlawanan. tatapan Adriel tertuju pada gagang belati itu. Sebuah batu permata merah jadi hiasan gagang itu. Adriel mengenal belati itu. "Kehadiranmu saat ini tidak perlukan dalam rapat, Permaisuriku." Adriel berucap dengan nada lembut. Ia tak mau Rigel dianggap jadi pengkhianat atau ancaman bagi New Neoma karena saat ini para bangsawan juga hadir dalam makan malam. "Kau egois, aku kecewa padamu," ucap Rigel dengan tatapan kecewanya. Rigel pun beranjak meninggalkan ruang makan. Ia berjalan gopoh meninggalkan ruangan

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Lily Of The Valley

    Wanita itu mulai gelisah. "Ampuni Hamba, Hamba sudah mengetuk pintu sedari tadi ... Perdana Menteri memberi izin kemari, Hamba ini ... Hamba Putri dari Earl Mahara, mewakilkan ayah yang sudah tiada untuk memenuhi panggilan Anda Yang Mulia," ucap Wanita itu.Adriel terdiam tampak mengingat sejenak. "Kenapa Earl Mahara tiada?" tanya Adriel yang bahkan tidak tahu."Ayah terkena penyakit, dia tewas karena penyakit itu." jawab Si Wanita."Earl Mahara ... tujuh hari lalu tampak bugar menghadiri rapat panen," celetuk Adriel mulai heran."Ampuni Hamba ... Ayah sudah tiada Yang Mulia." Si Wanita menjawab dengan nada yang pilu. Adriel tak berucap panjang lagi. Ia memberikan sebuah map cokelat berisi lembaran-lembaran yang cukup tebal. Adriel tak berucap kala memberikan map itu. "Kembali setelah kau membaca seluruh isi dari map ini," suruh Adriel. "Baik Yang Mulia," sahut Si Wanita."Dan karena kau sudah jadi pengganti ayahmu, malam nanti rapat diadakan bersamaan dengan makan malam di Istana,

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Penipu Mendekati Raja

    "Woah!" Adriel berdecak kagum usai melihat rekaman Rigel yang sedang menjalankan misi untuk memberantas yang terinfeksi tahap akhir. Adriel menyempatkan diri untuk memantai istrinya disela-sela sibuknya itu karena ia sendiri kesulitan menghubungi Rigel dari New Neoma. Rigel yang menolak akses komunikasi karena sedang sibuk dengan berbagai misi. Adriel menduduki kursi kerjanya. Ia bersandar memandangi langit-langit kantor istana. "Kupikir selesai selama seminggu tapi ini sudah tiga bulan, sial ... penjabat-penjabat kerajaan ini benar-benar sulit dikendalikan karena korup," ucap Adriel tampak lelah. Jenggot tipis sudah tumbuh didagu tirusnya, rambut pirangnya terurai panjang sampai bahu, tampak lesu dan bau. Pria tampan itu sejak kemarin belum kembali hanya untuk tidur dan mandi. "Aku mendengar keluhanmu Yang Mulia," sahut Kaelar dari sambungan komunikasi. Ajudannya itu lah yang jadi penghubung dengan istrinya bahkan rekaman Rigel itu berasal dari Kaelar. "Cassiel, bagaimana?" tanya

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Aksi

    "Ayolah aku tak bisa lama-lama karena rasa kesalku ini bisa membuatku memburu apapun," gertak Rigel berwajah seram.Corrie menaikkan kedua bahunya kemudian menyerahkan koper itu pada Aki. "Nak, aku percayakan benda ini pada kalian, dipakai untuk keselamatan kalian ya," ucap Corrie. Aki meraih koper itu. Ia memasuki helikopter usai Rigel masuk lebih dulu. Aki bisa melihat raut kekesalan Rigel. Jadi Pria itu memilih diam sambil membuka isi koper saat kedua temannya menyusul masuk. Aki menghela napas karena isinya hanya seragam militer biasa dan senjata-senjata api. "Kita tidak akan memakai itu bukan?" sahut Kendrick bertanya. "Kalian memerlukan alat-alat itu karena pasukan team Beta yang seharusnya di lokasi saat ini hilang kabar," jawab Corrie sembari mengendarai helikopter. Saat tiba di sebuah tanda pendaratan. Ia langsung menoleh pada Rigel yang diam waspada. Rigel keluar lebih dulu. "Aki, Kendrick di depan bersamaku, Anna diam di heli bersama Corrie ... jika sesuatu mendekatiku,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status