Share

Supernova

last update Last Updated: 2025-01-07 12:08:33

“Rigel biarkan aku mengantarmu pulang untuk terakhir kalinya,” ucap Harlan yang telah berdiri di hadapan Rigel.

Rigel hendak menolak ajakan dari Harlan namun Pria itu menatap Rigel dengan kedua mata hijau terangnya. “Terserah kau saja,” sahut Rigel sambil berjalan lebih dulu. Rigel akan terus menolak Harlan. Padahal dua tahun lalu, Harlan jadi Pria yang paling ia cintai.

Saat Rigel terdiam menatap Harlan yang membukakan pintu mobil untuknya. Rigel langsung membelalakkan kedua matanya saat melihat mobil lain berhenti. “Ini buruk,” ucap Rigel sembari menatap kedatangan Nyonya Zidane yang keluar dari mobil bersama pengawalnya.

“Kau membawa pengaruh buruk untuk keluarga terhormat kami,” cibir Nyonya Zidane. “Harlan sudah berapa kali Ibu bilang untuk jauhi Wanita ini.” Nyonya Zidane menatap Rigel dengan jijik.

“Ibu aku tidak bisa meninggalkan Rigel,” sahut Harlan. “Dia hamil anakku, sudah seharusnya aku bertanggung jawab.” Harlan berucap dengan tegas. Ia menghadang Sang Ibu yang tengah melototi Rigel.

Rigel mendadak melangkah mundur karena sadar jika kebenaran yang Harlan ucapkan hanya akan membuatnya dalam masalah. Nyonya Zidane tidak akan pernah merestui hubungan ini. Rigel yang panik memilih kembali berlari masuk ke dalam gedung Tyre. Setelah Rigel telah melangkah masuk suara keributan terdengar dari pagar gedung karena masa telah berhasil menerobos masuk.

Duarrrrr ... bommm ...

“Rigel!” teriak Harlan segera berlari hendak meraih Rigel, namun Gadis itu hanya terdiam dengan kedua mata membelalak karena ia sendiri bisa melihat ledakan dahsyat yang ada di depan matanya.

Rigel memejamkan kedua matanya pasrah. Dia seolah tahu jika ledakan bersamaan dengan api itu akan melahap tubuhnya hidup-hidup namun Rigel sempat merasakan jika tubuhnya berada dalam dekapan seseorang. Setelah itu Rigel tidak sadarkan diri selain kedua pandang matanya yang mendadak jadi gelap.

Mentari pagi yang menyapa hari dalam sebuah ruangan yang serba putih. Gorden putih bergerak lembut kala angin sejuk dari jendela yang dibiarkan terbuka menerpanya. Seorang wanita terbaring dengan perban dikepalanya. Kecelakaan ledakan tempo hari lalu membuatnya berminggu-minggu tak sadarkan diri.

Tak lama pintu berdecit terbuka menampaki sosok pria berambut pirang memasuki kamar perawatan. Kedua mata biru Pria itu menyala tajam karena menatap Rigel yang masih berbaring tidur itu. Tubuhnya besar, tinggi, tegap dan atletis. Mengenakan setelan jas dan mantel hitam dengan tatapan dingin seperti predator yang sudah menandai mangsanya.

“Kau ... orangnya,” ucap Pria itu sembari memandangi Rigel.

Kedua mata Rigel terbuka dengan membelalak. Rigel langsung terduduk bangun. Ia mendapati dirinya berada dalam ruang perawatan. “Tidak ada seorang pun di sini, padahal tadi aku merasa ada orang yang sedang memerhatikanku.” Rigel berucap seorang diri sembari melihat kiri dan kanannya.

“Omong-omong, aku ada di mana?” Rigel memandangi ruangan putih ini. Ia juga melihat tangan kanannya yang terpasang sebuah infus set. Usai mengingat-ingat lagi, Rigel sadar jika ia sedang ada di Rumah Sakit. Terakhir kalinya ia sadar karena ledakan di Gedung Tyre.

Rigel terperanjat terkejut. Ia buru-buru bangkit dari tempat tidur untuk beranjak ke kamar mandi. Rigel mencari-cari cermin kemudian melihat pantulan dirinya. “Sial, kedua mataku tidak mengenakan contact lensa lagi, aku yakin seseorang sudah melepaskannya,” celetuk Rigel.

“Aku yang melepaskannya, jadi tenanglah,” ucap seorang wanita. Dia sudah berdiri di ambang pintu kamar mandi sembari memandangi Rigel. “Bagaimana keadaanmu, Nak?” tanya Wanita itu.

Rigel tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Dia menghela napas cukup panjang. “Siapa yang membawaku kemari?” tanya Rigel.

“Seorang Pria kenalanmu katanya, dia juga baru saja keluar dari sini tapi dia sempat menitipkan seikat bunga mawar untukmu,” jawab Wanita itu.

“Bukan Kapten Zidane?” terka Rigel.

Wanita itu menggeleng. “Ibu tidak kenal Pria itu tapi dia bilang kenalanmu.” Sang Ibu menjawab. “Kenapa tidak katakan padaku jika kamu sedang hamil?” Sang Ibu membuka pembicaraan yang sangat Rigel benci.

Rigel melototkan kedua mata lembayungnya. “Setelah tahu jika keluarganya tidak mau menerimaku, kehamilan ini tak sudi kuakui,” ketus Rigel sembari keluar dari kamar mandi. “Siapa Dokter yang mengurusi masalahku? Aku mau bicara dengannya,” ucap Rigel seraya duduk di pinggir ranjang kasurnya.

“Rigel sebenarnya ... kandunganmu sudah tiada lagi,” sahut Sang Ibu dengan nada yang lirih. Dia tidak mau melukai anaknya dengan kabar ini karena Rigel sudah beberapa minggu terbaring usai kecelakaan akibat ledakan itu. Dia memang selamat tapi setelah terpental serta alami cedera dan juga benturan membuat kehamilan mudanya tidak bisa diselamatkan.

Rigel sontak menyentuh perut ratanya. Dia memang membenci kehamilan ini usai tahu jika cinta yang ia elukan tak dapat ia raih. Rigel justru merasa terluka mendengar kabar ini. “Aku ... tidak sungguh-sungguh dengan ucapanku,” ucap Rigel menangis.

“Rigel, ini pasti berat untukmu.” Sang Ibu berucap sembari mendekati Rigel kemudian memeluknya. Tubuh gemetar Rigel serta suara isak tangisnya bisa Wanita itu rasakan. Dia tahu jika Rigel menyayangi kehamilannya tapi karena murka sesaat membutakannya.

Pintu berdecit lagi terbuka tapi kali ini menampaki Corrie bersama dua orang pria muda. “Maaf apa kedatangan kami menganggu?” tanya Corrie sembari membawakan buah-buahan untuk Rigel.

Rigel yang mendapati kedatangan teman-temannya segera menyeka air matanya. “Corrie, Kak Alex dan Nico juga, kemarilah,” suruh Rigel yang memaksakan senyumnya. Ia juga melepaskan pelukan Sang Ibu. “Terima kasih sudah datang tapi hentikan wajah cemasmu Corrie, apakah kau mau menyampaikan sesuatu?” tanya Rigel tak berbasa-basi.

“Kami juga hendak memberi kabar jika ledakan kemarin bukan berasal dari bom atau ulah teroris seperti berita-berita yang beredar namun karena serpihan supernova yang berhasil lolos ke bumi,” jawab Corrie.

“Tak mungkin, tidak ada hal mustahil seperti itu,” sahut Rigel terkejut.

Corrie lantas mengangguk. “Itulah hasil investigasi resmi dari Tyre,” ucap Corrie sembari menyiku Pria berkacamata disebelahnya. “Kak Alex ... katakan sesuatu,” ucap Corrie berbisik.

“Kau ada di tempat kejadian tapi setelah evakuasi tubuhmu dengan cepat berpindah di Unit Gawat Darurat dari Rumah Sakit ini, aku yang diutus Tyre untuk melakukan penyelidikan dan wawancara padamu ... itu pun jika kau tidak keberatan, Rig,” ucap Pria itu.

Seketika denyut kepala Rigel jadi semakin sakit. Masalah dan kemalangan datang padanya secara bertubi-tubi. “Oh Tuhan, apa yang harus aku katakan?” Rigel menghela napas sekaligus menatap sendu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Medan Perang

    Byurrr ...Air mengguyur tubuh Pria itu karena seorang Prajurit dengan sengaja melempar ember berisi air pada Pemuda itu. Ia terbangun dari tidur akibat kelelahan pasca pertarungan lampau itu. Sang Pemuda menatap dendam Prajurit itu. Kini tubuhnya basah kuyup meski hendak sekedar mengeringkan badan pun percuma karena kedua tangannya terikat oleh rantai dan menyambung pada dinding sel tahanan. "Keparat, kau pikir siapa kau bisa mengguyurku!" bentak Ascella murka.Si Prajurit hanya menaikkan kedua bahunya tak perduli. Ia berdiri disamping Seorang Ajudan Pribadi Raja, Kaelar yang menatap dingin Si Pemuda dari luar sel. "Tuan Kaelar, saya sudah melakukan perintah Anda," ucap Prajurit sembari menatap Sang Ajudan."Tinggalkan kami berdua," perintah Kaelar. Seketika Prajurit meninggalkan Sel Tahanan usai menerima perintah dari Kaelar. Kini tugas Kaelar adalah melanjutkan interogasi sebagai perwakilan dari Raja Adriel yang tidak bisa hadir. Kaelar sudah jadi tangan kanan Adriel menerima tug

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Selagi Masih Bersama

    "Jadi kau coba katakan jika Pengkhianat ini adalah saudaramu rahasiamu?" celetuk Adriel bertanya sambil melipat kedua tangan di depan dadanya. Rigel beranjak berdiri sembari mengulurkan tangannya pada Ascella. "Seperti itulah katanya," jawab Rigel. "Psycho satu ini tak lebih dibentuk karena kegilaan ayahku sendiri jadi meski perbuatannya tercela dan tak termaafkan, kurasa sebaiknya mengurung dia lebih dulu saja," saran Rigel sembari melirik Suaminya itu. Adriel menghela napas cukup panjang. "Void, rengkuhan aktif." Adriel berucap sembari mengarahkan tangannya pada Ascella seketika membuat Pemuda itu terikat oleh rantai hitam. "Lepaskan aku! kau monster sialan!" bentak Ascella yang mencoba memberontak. "Hentikan, itu sia-sia Ascella ... lebih baik kau renungkan kesalahanmu dan ideologi sesat dari ayah kita," ujar Rigel menyela Ascella. Rigel menghampiri Adriel kemudian merentangkan kedua tangannya untuk memeluk tubuh kekar nan besar itu. "Ah, aku sangat merindukanmu," ucap Rigel m

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Tetaplah Saudara

    "Engh ... aku, aku harus menyelamatkan dia," ucap Rigel yang tiba-tiba saja sadar dari pingsannya. Ia berada dalam gendongan Harlan yang hendak membawanya pergi. "Hentikan, Harlan ... Ascella bisa mati jika berhadapan dengan Adriel yang sedang mengamuk," ujar Rigel sembari meremat mantel jas milik Harlan. Tidakkah ia tahu jika Harlan sedang mencoba menculiknya juga? Rigel tak memerdulikan dirinya lagi. Ia memelas pada Harlan agar menurunkannya. Semua itu karena hati milik Rigel yang secerah bintang. Harlan sempat terdiam padahal satu langkah lagi mereka akan masuk ke dalam pesawat tempur yang sudah ia siapkan sejak awal. "Apakah aku harus melepaskanmu lagi?" tanya Harlan lirih. Rigel mengangguk sembari meraih wajah Harlan kemudian membelainya. "Berkali-kali kau coba untuk menjauhkanku dari Adriel, maka berkali-kali juga Adriel akan mengejarku." Rigel menjawab sembari melingkarkan kedua tangannya pada leher Harlan untuk memeluk Pria Malang itu. "Aku ... menganggapmu sebagai kakakku,

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Kau Merampas Semua Milikku!

    "Namun dia tak pernah lelah untuk belajar memahami," sahut Rigel. Brakkkkkk! Pintu mansion seketika terbuka lebar menampaki sosok Pria berambut pirang berdiri dengan murka. Satu jentikan tangannya langsung membuat seluruh benda-benda di mansion melayang-layang. Ascella yang tahu jika akan terjadi ancaman langsung menguarkan bayangannya. "Kembalikan istriku!" bentak Adriel menggelegar ke seluruh penjuru mansion. Rigel langsung membelalakkan kedua matanya menatap hadirnya Sang Suami yang sangat ia rindukan. "Adriel!" teriak Rigel sembari hendak berlari menghampiri Adriel bahkan tangan kanannya sudah menjulur untuk meraih Sang Suami. Seketika saat itu pula seluruh isi mansion dipenuhi oleh kabut hitam yang tebal. Kabut tebal itu menutupi pandangan Rigel terhadap Adriel. Sosok suaminya itu juga perlahan-lahan terhalang kabut dan Rigel terus meneriaki namanya dengan frustasi. Belum lagi sepasang lengan kekar Harlan memeluknya dari belakang atau bahkan sengaja menahan tubuhnya. "Rigel

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Cahaya yang Tak Bisa Disangkal

    "Omong kosong apa lagi itu?" celetuk Rigel.Pria itu tertawa terbahak-bahak. "Nak, maafkan semua dosa yang kuperbuat ... kau adalah masa cemerlangku dan saudaramu adalah masa tergelapku, kuharap kau bisa memaafkan perbuatannya padamu." Pria itu berucap dengan lembut. "Itu tidak ... tidak mungkin," sahut Rigel dengan kedua mata membelalak terkejut. "Ascella lahir dari ketidak sengajaanku bahkan ibunya mati bunuh diri usai melahirkannya, jadi ... dia bayangan tergelapku, sementara kau adalah permata paling cerah ... sangat cerah bahkan tak bisa disangkal," ucap Pria itu sembari melangkah mendekati Rigel kemudian memeluk Rigel dengan erat. "Tidak ada yang bisa menyangkal cahayamu, jika kau mau bahkan kau bisa membuat kegelapan itu sendiri, percayakan semuanya pada hatimu, Nak." Rigel mengepalkan kedua tangannya karena menahan perasaan yang berkecamuk. "Lahir dari ketidaksengajaan katamu, ha? jangan konyol!" bentak Rigel sembari berteriak. Seketika seluruh energinya menguar membuat hem

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Buah Delima

    Malam pun telah tiba tepat pukul dua belas malam Rigel terbangun dari tidurnya. Ia memandangi kedua tangan yang masih dirantai. Rigel sudah kehilangan kekuatannya selama satu bulan ini tepat saat ia tiba dikediaman itu. Rigel masih tidak tahu alasan dari hilangnya kekuatan miliknya. Jika saja masih memiliki kekuatan, Rigel pasti dengan mudah kabur melarikan diri dari Mansion ini. "Aku benar-benar tak berguna," ucap Rigel merutuki dirinya sendiri. Rigel yang malang, tak pernah lagi tersenyum melainkan murung. Ia masih cantik namun tak lagi bersinar. Ketika tengah termangun melamuni nasibnya yang lara belum lagi merindukan sosok anak dan suaminya. Pintu berdecit terbuka menampaki sosok Ascella yang datang membawa segelas jus buah delima. Rigel tidak mengerti alasan Ascella terus memberinya jus serupa setiap malam tapi untuk menolak pun sulit karena Ascella tidak akan segan untuk memaksa Rigel meminumnya. Rigel memalingkan wajahnya. "Pergi! kau hanya bedebah bajingan yang menjual kebeb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status