Share

Pengantin Bulan

last update Last Updated: 2025-01-07 12:09:22

“Benda itu datang,” ucap Adriel yang telah berada dalam kokpitnya.

“Vetle beri aku visir agar bisa mulai membidik,” perintah Adriel yang telah bersiap akan membidik.

Adriel kala itu tidak memerdulikan apa pun selain keamanan Rigel. Padahal ia baru bertemu dengan Rigel tapi dirinya yakin jika Rigel merupakan orang yang selama ini dia cari.

“Mendeteksi akan adanya ledakan, koordinat mendekati Pengantin Bulan.” Vetle memberikan pemberitahuan dari panel yang muncul pada monitor. Berkat pemberitahuan itu membuat Adriel membelalakkan kedua matanya. Pria itu segera melompat keluar dari kokpit setelah berhasil menembak hancur objek yang nyari mengenai kota itu.

Kaelar menatap Adriel yang kembali bergegas. “Yang Mulia, Anda hendak kemana?” tanya Kaelar heran. Meski begitu dia tetap mengekori Sang Pangeran. Kecemasannya karena mereka berada di tempat yang asing dan baru pertama kali memijak dunia ini.

“Yang Mulia Anda harus ingat jika bumi bukanlah New Neoma, Anda harus hati-hati,” ucap Kaelar memperingati Pria itu lagi karena pertanyaannya tak digubris oleh Pangeran Mahkota itu.

“Aku tahu tapi jika sesuatu menimpa Wanita itu maka aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri,” sahut Adriel sembari menatap Kaelar. Kedua mata birunya jadi berbinar menyalang.

“Tunggu Yang Mulia ...,” Kaelar belum usai berucap tapi Sang Pangeran sudah lebih dulu melesat. Kaelar hanya bisa menghela napas sembari mengusak rambut hitamnya sendiri. “Tidakkah dia berpikir jika aku tak punya kemampuan super semacam itu?” celetuk Kaelar sembari berjalan kaki menyusul Sang Pangeran.

Biru yang terang berkilau memancarkan energi yang tabu. Raut wajah Pria itu bahkan berubah serius. Adriel sudah lebih dulu melesat dengan kekuatannya itu. Kecepatan bagaikan angin dan kilauan seperti perlip bintang, Pria itu sudah tiba tepat di depan Rigel saat Gadis itu nyaris saja terhantam oleh ledakan.

“Bertahanlah, kumohon,” ucap Adriel sembari meraih tubuh Rigel yang terkulai lemas itu. Adriel segera menggendong Rigel setelah mereka tiba di sebuah Rumah Sakit. Semua itu berkat kemampuan Sang Pangeran ini. Adriel yang tidak mengerti mengenai sistem kehidupan di bumi memilih mematung seraya menggendong Rigel seperti pengantinnya.

“T-tuan ... apa yang terjadi dengan Nona ini?” tanya Seorang Perawat mendatangi Adriel yang mematung itu.

“Ah, berikan bantuan padanya,” ucap Adriel setelah itu memilih untuk meninggalkan Rigel di Unit Gawat Darurat, meski salah seorang perawat sempat menanyainya. Adriel hanya tersenyum manis sembari menggaruk tengguknya yang tak gatal. “Teman lamanya Nona ini,” jawab Adriel saat ditanyai hubungan kerabatnya. Setelah itu Adriel buru-buru meninggalkan Rumah Sakit ini karena khawatir jika identitas dirinya akan terbongkar.

Saat Adriel tengah berjalan di sebuah trotoar. Dia langsung menjumpai Kaelar yang baru tiba dengan napas tersenggal. “Maaf, aku buru-buru,” ucap Adriel dengan datar. Dia bisa tahu jika Kaelar kelelahan karena menyusul dirinya itu. “Kita cari tempat tinggal sementara,” ajak Adriel.

“Tunggu Yang Mulia, semua ini tidak mungkin kebetulan,” ucap Kaelar seraya memengangi bahu Adriel. “Seseorang bisa saja sudah mengincar Pengantin Bulan lebih dulu.” Kaelar sejak tadi menahan ucapannya karena dirinya sendiri sudah menerka peristiwa ini lebih dulu.

Adriel mengangguk. “Kita akan selidiki nanti tapi setelah mendapatkan tempat istirahat,” sahut Adriel membalas dengan menepuk-nepuk pundak Kaelar. Adriel memandangi hiruk-pikuk sekitarnya. “Manusia di sini mirip seperti penduduk di New Neoma tapi kurasa mereka tidak punya Valeas bukan?” tanya Adriel pada ajudannya itu.

“Seperti itulah seperti yang aku tahu, yang mulia,” jawab Kaelar. Vaelas adalah sihir atau bakat alamiah yang dimiliki orang-orang terpilih dari Bangsa Keturunan Kerajaan Neoma. Kaelar yang terlahir sebagai manusia biasa sudah dilatih terampil sejak kecil oleh ayahnya meski begitu Kaelar senantiasa terpukau setiap kali Adriel menunjukkan kemampuannya. “Anda ... sebaiknya lain kali tidak gegabah,” ucap Kaelar.

Adriel mengangguk patuh. “Baiklah Kaelar,” ucap Adriel singkat. Adriel bukan Pria yang banyak bicara, pendiam dan dingin tapi saat tahu jika Rigel dalam bahaya. Dia mendadak banyak bicara karena khawatir. Lagi-lagi Adriel mengingat Rigel meski pertemuan mereka pertama kali tidak diketahui oleh Rigel.

Pagi-pagi sekali Adriel terbangun dari ranjang kasur. Dia merengangkan kedua tangan kekarnya, tubuh atletis yang tidak mengenakan kaos namun hanya celana piyama. Pria Muda itu berjalan membuka jendela. Bunyi kipas angin dan suara kendaraan terdengar berisik di pagi hari, berbanding terbalik dengan Kerajaan tempat tinggal sebelumnya.

“Yang Mulia, Anda sudah bangun?” Kaelar tiba sembari menyediakan nampan berisi kopi panas dan roti panggang. “Mata uang negara ini berbeda dengan New Neoma, butuh semalaman untuk mempelajari kehidupan penduduk biasa di sini,” celetuk Kaelar.

Adriel menoleh pada Kaelar. “Masa waktuku hanya tiga bulan sampai bisa memboyong Sang Pengantin Bulan untuk kembali ke New Neoma, lantas pengetahuan kita mengenai dunia ini masih terbatas,” ucap Adriel sembari mengangguk setuju. Adriel menghela napas sembari menduduki salah satu kursi reot itu. “Aku berencana mengunjungi pengantin bulan.” Adriel berucap seraya menegak secangkir kopi panasnya dengan nikmat.

“Apa?” Kaeral terkejut karena Adriel dengan santai pada sesuatu yang beresiko. “Itu agaknya terburu-buru, soal wanita kita itu harus bersabar,” ucap Kaelar sambil terkekeh. Setidaknya dia lebih tua dari Adriel dan pengalaman kencannya lumayan berkesan baik.

Adriel memiringkan kepalanya dengan kedua alis tebalnya yang mengkerut. “Bersabar seperti apa?” tanya Adriel datar nan polos. Sang Pangeran Mahkota dari Kerajaan New Neoma pada Planet Neoma rupanya tidak mengerti sama sekali karena ia hidup dengan hukum dan tata krama tertulis. Dia hanya tumbuh dan didik sebagai pemimpin jadi jarang bersenang-senang seperti anak-anak pada umumnya.

Kaelar menepuk dahinya sendiri karena lupa pada kenyataan itu. “Demi Dewa aku lupa jika Anda hidup sangat disiplin,” celetuk Kaelar.

“Katakan lagi, aku tidak tahu maksud dari perkataanmu Kaelar,” ucap Adriel. Pria Muda itu beranjak berdiri sembari meraih handuk. “Tadi malam aku mencari informasi melalui Vetle, jika wanita suka dengan mawar merah.” Adriel beranjak masuk dalam kamar mandi untuk membasuh dirinya.

Kaelar berjalan ke dapur untuk mengemasi peralatan makan. “Jika begitu belikan bunga mawar tapi jangan memunculkan dirimu secara tiba-tiba yang mulia,” sahut Kaelar seraya membasuh piring di westafel.

“Kenapa memangnya?” tanya Adriel yang sudah selesai membasuh diri dan sudah berpakaian dengan rapi.

“Anda akan menakutkannya jika tiba-tiba muncul tapi coba dekati perlahan,”

 “Jika begitu belikan bunga mawar tapi jangan memunculkan dirimu secara tiba-tiba yang mulia,” sahut Kaelar seraya membasuh piring di westafel.

“Kenapa memangnya?” tanya Adriel yang sudah selesai membasuh diri dan sudah berpakaian dengan rapi.

“Anda akan menakutkannya jika tiba-tiba muncul tapi coba dekati perlahan,” ucap Kaelar memberi nasehat pada Pangeran itu.

Adriel mengangguk patuh. “Baiklah, aku akan pergi.” Adriel berucap sambil beranjak pergi.

Pria Muda ini memulai debutnya sebagai pencari cinta dari Pengantin Bulan. Pengantin Bulan adalah gelar kehormatan untuk seorang wanita yang terpilih untuk jadi permaisuri seorang pangeran dari Kekaisaran New Neoma. Para petinggi dan leluhurnya yang telah menentukan Rigel Seras Meil sebagai pendampingnya untuk itu Adriel kini tengah berusaha untuk mendekati calon permaisurinya yang berasal dari tempat yang jauh darinya itu.

Adriel punya tampang yang tampan sekaligus manis, terutama saat dia tersenyum. Seperti saat ini Adriel tersenyum-senyum sendiri karena tengah membayangkan Rigel yang akan menerima seikat bunga mawar yang tengah dibawanya itu.

“Kira-kira bagaimana ya reaksinya?” gumam Adriel seorang diri kala ia sudah berdiri di depan ruang perawatan milik Rigel. Dia dengan perlahan melangkah masuk. Dia mendapati Rigel yang tengah terlelap pulas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Awan Mendung, Hujan Sediakala

    "Kalian belum lihat jika dia berbicara dengan Cassiel, itu lebih lucu lagi," ledek Rigel.Adriel memerah. "I-itu karena Cassiel bayi, jadi aku harus bertingkah seperti bayi juga," sahut Adriel. Adriel segera mendeham untuk menjaga martabatnya sebagai Raja. Sebenarnya malu mengakui sikapnya jika bersama istri. "Jadi, kebetulan karena aku juga menjeguk kalian, aku ingin membicarakan sesuatu dengan tim kecil kita ini," ucap Adriel."Kalau begitu, mari kita masuk dulu, Sayang." Rigel menggandeng lengan Adriel sembari membawanya masuk ke dalam markas. Sikap keduanya membuat Anna terkekeh kecil sembari berlari menyusul Adriel dan Rigel. Kendrick semula hendak berjalan masuk juga namun sejenak ia menoleh mendapati Aki yang masih berdiam diri seolah memikirkan sesuatu."Kenapa? apa kau tidak mau masuk?" tanya Kendrick.Aki menggeleng. "Kenapa rumor miring mengenai Permaisuri seperti mencuci otak Master agar menjadi Permaisuri? kupikir dia bukanlah wanita seburuk itu," jawab Aki.Kendrick ter

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Jadi yang Terbaik

    Adriel menaikkan sebelah alisnya. “Kenapa kau tiba-tiba bilang begitu?”“Karena ... kau tanpa sadar juga sudah jadi sosok ayah untuk mereka, melihatmu melindungi mereka dengan caramu bahkan dengan sengaja memmbebaskan Aki dari kebingungannya, merekrut Kendrick dan Anna yang berasal dari satu keluarga bangsawan yang sama, kurasa kau punya alasanmu sendiri,” ucap Rigel sambil tersenyum.Adriel mengangguk. “Jadi kau sudah mulai mengenal mereka,” ucap Adriel sambil senyum-senyum sendiri. Adriel kini menanggah menatap langit malam yang gelap namun perlip-perlip bintang bertaburan cerah. Tatapan kedua mata birunya menyendu tiba-tiba ketika menanggah menatap langit.Rigel menyadari tatapan itu. Ia langsung berdiri disebelah Adriel kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu Adriel. "Kau melihat pantulan dirimu pada anak-anak itu, alasanmu menolong mereka adalah hal itu bukan?" terka Rigel. "Seperti biasa instingmu, intuisimu, ketepatan analisamu senantiasa benar," kekeh Adriel. Rigel tak mer

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Sosok Ayah

    "Pedang itu memiliki pola corak yang sama dengan belati milik Kaelar dan seingatku Calen ... Pelayan Setia Aquilina memiliki sarung tangan dengan pola corak yang sama, bunga amarilis, jadi aku hanya menerkanya saja," jawab Rigel sembari terkekeh."Jika bukan karena Yang Mulia, aku mungkin sudah tewas pada sidang penghakiman," ucap Aki.Rigel giliran tertegun. "Kenapa?" tanya Rigel."Akulah yang menghabisi nyawa ibuku, Kakak dari paman-pamanku," jawab Aki seraya menunduk.Rigel tertegun sejenak. Kisah ini pernah ia dengar dari Kaelar. Ketika tahu jika Aki adalah keponakan dari Kaelar dan Calen Si Pelayan Aquilina. Rigel terdiam sambil memandangi Aki. Anak-anak ini memiliki latar belakang yang berbeda sekaligus memiliki alasan untuk Adriel dengan sengaja mengumpulkannya. "Apakah kalian memiliki tempat tinggal selama disini?" tanya Rigel.Kendrick menggeleng. "Tidak, yang kami tahu jika kami akan menjalankan misi dari asosiasi sekaligus tetap berada di markas," jawab Kendrick. "Kalau b

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Anak-Anak Ajaib

    "Kau jadi pengasuh anak-anak anjing lucu ini, kuharap kau bisa memenuhi harapan Tyre karena jika tidak ... kerja sama ini akan usai, antara Tyre dan New Neoma," ucap Harlan pada Rigel."Aku tahu itu." Rigel menyahut dengan dingin. "Pergilah, kau bisa kemari dilain hari karena moodku sedang buruk," usir Rigel sambil berjalan masuk ke dalam Markas. Ia mengabaikan Harlan saat itu. "Ayo, kita masuk, biarkan saja Pria itu," suruh Rigel pada ketiganya. Rigel berjalan masuk ke dalam Markas. Tangannya menekan tombol saklar. Seisi gedung bekas bengkel pesawat itu jadi hunian sederhana. Ada dua pasang sofa panjang, dua kasur tidur, meja, papan tulis, tiga unit komputer, perkakas, dan meja rapat. Rigel berjalan ke arah nakas meja untuk menghidupkan televisi. Di ujung sudut ruangan ada dapur sederhana. Dahulu, Rigel sering membuatkan teman-temannya susu hangat dengan tambahan madu. "Kuakui, markas ini sangat hidup dan nyaman," komentar Aki yang menduduki sofa.Anna langsung melemparkan dirinya

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Suram

    "Baiklah Yang Mulia, namaku Aki Arianrhod berasal dari Squad Ksatria Suci Kerajaan New Neoma, kebetulan ... akulah pemimpin dari squad ini," ucap Aki lebih tenang dan kalem itu bahkan sepasang mata emas Aki menatap tenang Rigel saat itu. "Yang banyak bicara ini Anna Chryshantos dan Kendrick Chyshantos," ucap Aki.Anna langsung menggerutu. "Tidak ya, aku tidak banyak bicara kok," celetuk Anna.Kendrick memutar kedua bola mata hijaunya. "Salam kenal Permaisuri, semoga kedepannya bisa bekerja sama," ucap Kendrick.Rigel tersenyum simpul. "Baiklah, kurasa ini sudah sempurna," Rigel berucap dengan senyum sumringannya. "Kuharap kalian bisa membantuku, seperti tim laluku," ujar Rigel teringat dengan Alex, Nico dan Corrie. Sayangnya kini dia ada di tim dengan visi dan misi yang beda yakni penompang keamanan atau bahkan jadi pembersih dari sisa-sisa yang terinfeksi saat ini. "Menekan angka kejadian wabah jadi prioritas kita bukan?" tanya Kendrick. Rigel mengangguk. "Itulah yang kami inginkan

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Tim Baru

    "Apakah dia salah satu Aria di Kuil Bulan? lihat parasnya cantik dan mahir memainkan piano," ucap bisik-bisik suara tamu undangan yang sebagian besar berasal dari Bangsawan New Neoma dan Pejabat dari Tyre. Semua mata memandangi Rigel yang memainkan piano dengan mahir untuk jadi penghibur dari Pesta Makan Malam saat ini. Sepasang tangan dengan jemari lentiknya dengan mahir memainkan piano. Sepasang mata merah rubynya juga tak kalah indah saat itu. Usai memainkan satu lagu, Rigel mendengar tepukan tangan membanjiri suasana ruangan aula saat ini."Istrimu bukan sembarangan orang, ingatlah itu," ucap Ratu yang duduk disamping Adriel. Adriel mengangguk setuju. Ia tak akan membantah ucapan Mantan Ratu itu karena kekuatan ibunya adalah sepasang pandangan mata yang bijaksana. Ia bisa melihat seseorang berdasarkan peniliannya. "Maka dari itu aku juga ragu untuk melibatkan Rigel dalam asosiasi baru ini Bu," sahut Adriel sembari menegak segelas anggurnya. "Itulah yang harus dihadapinya Nak, bia

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Yang Tidak Diketahui

    Kemeja putih dibalut oleh jaket mantel hitam beserta celana kain berwarna senada. Rigel sedang memasang dasi sembari menatap pantulan dirinya dari cermin. Rigel sempat menghela napas pelan setelah itu mengikat ekor kuda rambut hitam panjangnya. "Wow, kau seperti seorang ksatria!" Adriel berdecak kagum melihat penampilan Rigel yang akan debut diasosiasi. "Tapi kenapa kau berpakaian seperti itu untuk makan malam?" tanya Adriel heran saat itu juga. Rigel menaikkan sebelah alisnya. "Kupikir kau tahu?" celetuk Rigel. "Bukannya, aku akan pergi ke markas asosiasi ya setelah makan malam? kurasa pakaian seperti ini lebih efisien tanpa harus mengganti pakaian lagi," ucap Rigel.Adriel tersenyum lembut. "Selagi itu membuatmu nyaman jadi tak masalah," sahut Adriel. Tangan lebarnya menyentuh puncak kepala Rigel kemudian membelainya. Usai membelai kini tangan itu meraih dagu Rigel kemudian Adriel mendaratkan ciuman kecil pada bibir yang masih mengatup itu."Ad-Adriel!" jerit Rigel memerah sempurn

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Terkasih, Tak Pernah Terima

    "... mengutamakan kepentingan dari keselamatan, perlindungan dan keamanan sehingga New Neoma mengusulkan program yang bergerak di garda depan untuk memerangi yang terinfeksi, kami mengutus tiga orang letnan terbaik kami dengan masing-masing kekuatan lahir yang memumpuni ... untuk itu," ucap Adriel ketika berbicara terjeda usai melihat Rigel yang tersenyum-senyum menatapnya. Adriel sampai harus mendeham pelan. "Ehem, kami memilih Rigel Seras Neoma sebagai pemimpin dari program dan asosiasi ini," ujar Adriel. Harlan hanya memandangi Raja Muda itu berbicara. Disebelahnya, Menteri Ekonomi mulai mendekatinya kemudian berbisik pada Harlan. "Idealis anak muda, omongan Raja Muda dari Planet Alien itu pasti banyak ditentang," ucap Menteri itu.Harlan masih mengamati jalannya pertemuan. Dia sendiri sebenarnya sudah tahu akan hasil dari pertemuan ini jika Adriel pasti akan ditentang. Harlan langsung memutarkan kedua bola matanya dengan malas saat para penjabat langsung beranjak berdiri untuk me

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Okay, Honey

    Yang Mulia Adriel, silahkan menduduki kursi di depan yang sejajar dengan Pak Pressiden," ucap Seketaris. Adriel langsung melirik Rigel. "Kau tidak apa-apa Sayang?" tanya Adriel."Tenang, aku baik-baik saja, pergilah ke sana," suruh Rigel. Adriel beranjak berdiri meski dengan berat hati meninggalkan permaisurinya duduk seorang diri di deretan para partisipasi hari ini. Adriel mengingat dirinya seorang raja yang harus menunjukkan martabatnya. Kini dialah yang membuka rapat pertemuan hari ini. Adriel memulai rancangan program-progam yang akan ia lakukan."... mengutamakan kepentingan dari keselamatan, perlindungan dan keamanan sehingga New Neoma mengusulkan program yang bergerak di garda depan untuk memerangi yang terinfeksi, kami mengutus tiga orang letnan terbaik kami dengan masing-masing kekuatan lahir yang memumpuni ... untuk itu," ucap Adriel ketika berbicara terjeda usai melihat Rigel yang tersenyum-senyum menatapnya. Adriel sampai harus mendeham pelan. "Ehem, kami memilih Rigel

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status