Share

Ketahuan?

Auteur: Tetey
last update Dernière mise à jour: 2022-12-07 22:11:05

Malam hari, Reyna dibuat resah oleh pesan dari grup kantornya. Ia merasa jika saat ini, dunia seolah menertawakan dirinya yang sangat malang karena ayah dari jabang bayinya, akan menikahi wanita lain. Padahal, tidak ada satu orang pun yang tahu jika dirinya tengah mengandung darah daging Adrian.

Ia pun bangun dari posisi tidurnya, kemudian meraih laptop dan membuang napas perlahan. Keputusannya sudah bulat, jika ia akan mengundurkan diri dari perusahaan milik Adrian. Masalah hutang pada temannya, ia akan mencari cara, namun untuk saat ini dirinya tidak mau terus-menerus berada di dalam lingkungan yang ada sangkut pautnya dengan Adrian. Keputusan dirinya yang memohon untuk bekerja di perusahaan itu, membuat dirinya tak tenang hidup.

Keesokan paginya, Reyna sudah berjalan menuju ruang kerja wakil direktur. Namun, kakinya harus terhenti ketika mendengar suara seorang pria yang berteriak dari dalam ruangan tersebut. Pemilik suara itu adalah Alexander, ayah dari Adrian.

Reyna pun hanya bisa berdiri di depan pintu, hingga Evan yang tiba-tiba ke luar dari ruangan itu menyuruhnya untuk kembali, dan untuk sementara waktu jangan menemui Adrian.

“Kamu kenapa menjadi bodoh seperti ini, hah? Apa maksudnya, kerja sama dengan perusahaan milik Erlangga harus dibatalkan? Kita akan menjadi keluarga, sebentar lagi kamu dan Sonya akan menikah,” ucap Alexander sambil melonggarkan dasinya yang tiba-tiba terasa sesak.

Sedangkan Adrian hanya memijat pelipisnya, sejak tadi ia hanya duduk di kursi kerjanya tanpa menatap mata ayahnya yang saat ini terlihat merah.

“Kenapa diam? Kamu punya mulut gunanya untuk apa?” teriak Alexander lagi.

Adrian pun membuang napas kasar, ia pun kemudian memberanikan diri menatap ayahnya.

“Ayah, lupakan tentang perusahaan dan pernikahan ini. Cukup, dengarkan saja ucapanku,” jawab Adrian.

“Ya, tapi apa alasannya? Kamu bicara tidak jelas pagi-pagi begini,” ujar Alexander.

Adrian meremas wajahnya, kemudian ia memilih untuk berdiri dan menjauh dari ayahnya. Menatap langit yang tenang, dan tak setenang hatinya saat ini.

“Dia hamil, Sonya mengandung darah daging orang lain,” jawab Adrian.

Seketika, raut wajah Alexander begitu terkejut. Ia benar-benar tak percaya dengan ucapan dari Adrian.

“Apa? Jangan ngaco kamu!” tunjuk Alexander pada putranya itu.

Adrian pun membalikkan tubuhnya menghadap Alexander.

“Aku pun tidak percaya, Ayah pikir aku akan percaya begitu saja? Aku menangis sepanjang malam karena memikirkan masalah ini, aku terluka karena sudah dikhianati oleh wanita yang sangat aku cintai. Rasanya sesak, bahkan hatiku tak tahu bagaimana bentuknya saat ini,” jelas Adrian.

Alexander semakin melonggarkan dasinya, ia tak habis pikir jika itu benar-benar terjadi.

“Kemarin, Sonya meminta bertemu denganku, dan aku pikir dia akan membahas tentang pernikahan kami. Bahkan, aku belum sempat memperlihatkan cincin pernikahan yang aku pilih. Dia dengan tiba-tiba meminta membatalkan pernikahan, aku terkejut. Jujur saja, awalnya aku menganggap jika dia sedang bercanda. Namun, hasil tes kehamilan dan USGnya menjadi bukti jika ia tidak main-main. Aku dibuat terdiam, dia sudah mempunyai kekasih sebelumnya. Hubungan mereka sudah berjalan lima tahun, dan dia tidak pernah mencintaiku. Alasan Sonya menerima pernikahan ini karena terpaksa. Ayahnya, terus saja mengancam akan menghancurkan keluarga kekasihnya jika ia tidak menikah denganku. Namun, aku tidak mau menikahinya jika Sonya sudah mengandung darah daging orang lain,” jelas Adrian dengan wajah yang masih tak percaya akan hal itu.

Seketika, Alexander terlihat lemas. Ia pun memilih duduk di atas sofa, sambil menstabilkan napasnya.

Sungguh, hal ini benar-benar akan memalukan. Namun, apa daya jika semuanya sudah terjadi, Adrian pun tidak bisa menikahi Sonya.

“Ayah kecewa, tapi tidak apa-apa. Walaupun harus malu karena membatalkan pernikahan, tetapi wajah kita tetap aman, karena hal ini bukan kesalahan kamu,” jelas Alexander.

Adrian pun hanya diam, perasaannya belum baik-baik saja saat ini. Ia masih bingung dan merasa jika ini hanyalah mimpi, seorang Sonya yang sangat ia cintai, rupanya tak pernah terpesona oleh ketampanan seorang Adrian, baik dulu maupun saat ini.

Sore hari, ketika semua orang sudah kembali ke rumah masing-masing. Reyna terlihat masih berada di kantor, ia pun saat ini berdiri di depan pintu ruangan wakil direktur.

Sejak tadi, Adrian belum ke luar. Ia pun tidak mengerjakan apa-apa hari ini, karena pikirannya masih kacau.

Dengan memberanikan diri, Reyna pun mengetuk pintu kemudian masuk setelah Adrian mempersilakannya.

Reyna berdiri di depan meja kerja Adrian, dan menatap bosnya itu hanya melamun menatap komputer yang tidak menyala.

“Pak, saya mau memberikan ini,” ucap Reyna sambil memberikan amplop berwarna cokelat.

Adrian pun menatapnya sekilas, “apa ini?”

“Surat pengunduran diri saya,” ucap Reyna dengan yakin.

Pria itu pun mengalihkan tatapannya pada Reyna, namun sedetik kemudian ia menatap layar komputer kembali. Sikap dingin yang tidak pernah ia perlihatkan pada Reyna, sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya.

“Baik, silakan pergi. Karena tugas kamu sudah selesai, saya tidak akan memberikan jaminan tutup mulut lagi. Kinerja kamu juga masih tetap buruk,” ucap Adrian.

Karena Reyna sudah kebal, ia tidak lagi sakit hati mendengar ucapan dari Adrian. Saat ini, dirinya sangat yakin jika memilih pergi dari perusahaan itu adalah jalan terbaik.

Namun, mengapa tugasnya tiba-tiba selesai. Apakah, Adrian tidak takut jika suatu saat Reyna membocorkan tentang malam itu.

“Kenapa diam? Sudah mengundurkan diri, bukan lagi karyawan di sini, cepat pergi. Saya tidak ingin diganggu saat ini,” usir Adrian.

Reyna pun mengangguk, “baik, saya permisi.”

Reyna membalikkan tubuhnya, dan berjalan menuju pintu. Sedangkan Adrian hanya menatap punggung Reyna, entah mengapa ada rasa kehilangan di dalam hatinya ketika langkah demi langkah jarak yang dibuat Reyna semakin menjauh.

Perasaan yang tak bisa ia artikan, debaran jantung yang tak biasa. Ada apakah ini, mengapa dirinya menjadi sangat lemah gara-gara masalah Sonya.

Ia pun menatap surat pengunduran itu, tangannya tiba-tiba meraihnya dan merobek kertas itu menjadi dua bagian.

Adrian pun bangkit dari tempat duduknya, kemudian ke luar dari dalam ruangan itu. Ia menatap ke semua arah, mencari keberadaan Reyna. Entah apa yang membuat ia ingin mengejar Reyna, perasaan bodoh itu membuat Adrian lupa diri.

Rupanya, saat ini Reyna baru saja masuk ke dalam lift. Dengan langkah cepat, Adrian menahan pintu lift itu agar kembali terbuka.

Hal itu pun membuat Reyna terkejut, tiba-tiba saja ia masuk dan menghampiri Reyna. Tak lama, tangannya meraih tengkuk kepala Reyna, dan mencium bibir mantan karyawannya itu.

Reyna yang terkejut, dibuat diam. Ia hanya mengerjapkan matanya beberapa kali, karena terkejut dengan apa yang tengah terjadi. Sedangkan CCTV memantau lift tersebut, sialnya saat ini aksi Adrian mencium Reyna terpantau jelas oleh ayahnya di ruangan pemantau.

Tangan Alexander mengepal, sudah menjadi kebiasaannya setiap sore sebelum kembali ke rumah. Ia akan memantau CCTV agar di perusahaannya tetap aman terkendali.

“Cari tahu tentang wanita itu, jangan sampai nama Adrian tercoreng,” ucap Alexander pada sekretarisnya yang juga tengah melihat kejadian itu.

Alexander pun membuang napas perlahan. “Jika dia merupakan seorang karyawan, pecat dia segera!” sambung Alexander.

“Baik, Pak,” ucap sekretaris itu.

Sedangkan Reyna tiba-tiba mendorong dada Adrian agar melepaskan ciumannya, hal itu bertepatan dengan pintu lift yang sudah terbuka.

“Pak Adrian mengapa melakukan hal ini?” tanya Reyna, sedikit kesal.

Adrian pun tetap bersikap dingin dan seolah tak terjadi sesuatu. “Entah, mungkin pikiran saya sedang kacau.”

Ucapannya sangat melukai hati Reyna, ia pun terlihat mengepalkan ke dua tangannya. Ciuman itu bukan ia yang memulainya, akan tetapi entah mengapa justru ia yang merasa tidak nyaman. Justru pria yang memulainya, tak terlihat merasa bersalah sedikitpun.

“Ini sangat melukai harga diri saya,” ucap Reyna sambil melengos pergi.

Adrian pun tersenyum miring sambil berjalan mengikuti Reyna. “Harga diri? Apa dengan sebuah ciuman harga diri kamu terluka? Lalu bagaimana dengan kejadian malam itu? Kita sudah tidur bersama satu bulan yang lalu.”

“Apa, kamu bilang?” tiba-tiba terdengar suara Alexander dari arah belakang tempat Adrian berdiri.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Cinta Satu Malam dengan Bos   Dia hanya teman satu malam

    “Ayah, apa yang barusan Ayah katakan? Bagaimana bisa—““Adrian, apa kamu tetap ingin menjadi direktur?” Alexander melangkah maju mendekati putranya itu.Adrian pun mengangguk cepat. “Ya, tentu. Aku sangat ingin menjadi seorang direktur.”“Kalau begitu, jangan sampai Reyna mengandung anakmu. Lakukan cara apa pun, agar tidak ada hal yang mencoreng namamu,” ujar Alexander.Adrian terdiam, sejenak. Namun, tak lama ia pun mengangguk.Melihat putranya yang sudah paham, Alexander pun menepuk pelan pundak Adrian, kemudian pergi dari hadapannya.Sementara Adrian masih diam di tempat, betapa bodohnya ia malam itu, karena sudah tergoda oleh Reyna. Seharusnya, ia biarkan saja wanita itu mabuk sendirian di klub tersebut, pikirnya.“Aku harus memaksa Reyna untuk menggugurkan kandungan itu,” ucapnya pelan.Keesokan harinya, setelah Adrian selesai mengurus pekerjaan. Ia pun pergi ke desa tanpa diketahui oleh sopir yang biasa mengantarnya, karena ia tahu jika pria itu sudah menjadi mata-mata untuk aya

  • Cinta Satu Malam dengan Bos   Ya, aku memang hamil

    Reyna pun berhasil pulang ke rumahnya, namun ia tiba-tiba terkejut ketika Aldo sudah berdiri di depan pintu rumah tersebut. Sedikit ngos-ngosan karena berjalan cepat untuk menghindari Adrian. Ia pun memilih duduk di atas kursi yang ada di depan rumah tersebut, sambil mengibas-ibaskan tangannya karena merasa gerah. Aldo pun berjalan menghampiri Reyna, ia menatap lekat wanita yang sudah mengusik hatinya itu. Entah apa yang saat ini tengah pria itu pikirkan, karena tak biasanya ia berekspresi seperti saat ini. "Rey, aku mau tanya sesuatu," ucap Aldo. Reyna pun menatap ke arah pria itu, sambil membuang napas perlahan. "Tanya apa?" ujar Reyna. Aldo pun sedikit menggeser tempat duduknya untuk lebih dekat dengan Reyna, sebelum melanjutkan pertanyaannya. "Apa benar, saat ini kamu tengah mengandung?" tanya Aldo lagi. Sontak saja, mata Reyna pun membulat. Ia yakin, jika gosip sudah menyebar di desa itu. Ia pun belum menjawab pertanyaan dari Aldo, Reyna hanya membuang tatapannya ke arah

  • Cinta Satu Malam dengan Bos   Gosip di desa

    "A-aku ... tidak menemuinya," jawab Adrian.Alexander pun memegangi bahu putranya itu. "Jangan berpikir hanya kamu saja yang punya mata-mata. Lupakanlah wanita itu, dia sudah mengambil uangnya. Kenapa kamu masih sibuk menemui dia?" "Tidak, Ayah. Aku hanya memastikan sesuatu," jawab Adian.Alexander pun menggeleng. "Jangan memastikan apa-apa. Fokus bekerja, jangan memikirkan ini dan itu lagi, jika kamu ingin menjadi direktur."Sebelumnya, Adrian pun memang tidak peduli pada Reyna. Akan tetapi, ia takut jika ayahnya memastikan sendiri kepada Reyna dan mendapati wanita itu tengah mengandung darah dagingnya. Walaupun, Reyna tidak mengatakan tentang kehamilannya itu.***Pagi harinya, Reyna pun tengah membeli sayuran di pedagang kaki lima. Namun, tiba-tiba wanita yang bertemu dengannya di puskesmas kemarin pun bertemu dengannya lagi hari ini."Rey, kamu kemarin ke luar dari ruangan poli kandungan, ya?" tanya wanita itu.Sontak saja, semua orang yang ada di sana pun menatap ke arah Reyna.

  • Cinta Satu Malam dengan Bos   Jadi, ayah tahu?

    Keesokan paginya, Reyna dengan terburu-buru ke luar dari dalam rumah dan akan mengunjungi bidan desa.Lebih tepatnya, ia akan datang ke puskesmas yang ada di desa tersebut. Namun, Reyna memakai masker penutup wajah, agar tidak ada yang mengenalinya di sana.Tak lama, ia pun sudah sampai di tempat tersebut. Menatap ke semua arah, takut ada tetangga yang mengenalinya. Karena hal itu sudah pasti akan membuat dirinya jadi bahan gosip di desa tersebut.Ketika sudah masuk ke dalam ruangan periksa, Reyna pun harus tersenyum bahagia, ketika tahu kondisi bayinya sehat. Namun, ia disarankan untuk tidak banyak pikiran dan harus selalu bahagia.Reyna pun diberi vitamin agar kandungannya semakin sehat. "Reyna? Kamu benar Reyna bukan? Ponakannya Bu Maria?" ucap seorang wanita yang tiba-tiba menunjuk ke arah Reyna.Sontak saja, Reyna terkejut. Karena ia baru ke luar dari ruangan poli kandungan.Reyna pun tidak menjawab, ia hanya melangkahkan kakinya untuk menjauh dari wanita tersebut."Itu benar Re

  • Cinta Satu Malam dengan Bos   Kamu kenapa?

    Semenjak tahu, jika cinta pertamanya ada di desa. Aldo pun semakin intens berkunjung ke rumah Maria, ia selalu bersikap baik dan membawa oleh-oleh ketika berkunjung. Namun, Reyna merasa tidak nyaman dengan kehadiran Aldo, ia sangat tahu apa yang ada di dalam pikiran Aldo ketika intens mengunjunginya.Seperti saat ini, Reyna merasa risi ketika Aldo sudah tiga jam lamanya berada di rumah itu. Padahal, banyak yang harus Reyna lakukan hari ini. Termasuk mengunjungi bidan desa untuk mengecek kondisi kandungannya. Ya, walaupun ia harus lebih waspada ketika datang ke sana, dikhawatirkan ada tetangga yang melihat dirinya berada di sana.Akan tetapi, saat ini Reyna tidak bisa bergerak sedikit pun karena Aldo terlihat masih betah saja."Rey, kamu tidak ada keinginan untuk berkunjung ke sungai yang dulu sering kita datangi?" tanya Aldo.Reyna pun menggeleng. "Aku rasa, itu tidak perlu. Karena kita sudah dewasa dan tidak perlu ke sungai itu.""Tidak untuk berenang, lagi pula aku tidak akan melaku

  • Cinta Satu Malam dengan Bos   Aldo

    “Sudahlah, tidak perlu ke Dokter. Sudah jelas, jika aku tidak mengandung darah dagingmu, sekarang buka pintu mobilnya,” pinta Reyna sambil meraih kembali handle pintu.Namun, Adrian terlihat melonggarkan dasinya. Kemudian menatap Reyna kembali.“Baiklah, jika kamu sudah yakin. Maka jangan pernah mengatakan apa pun lagi, jika faktanya tak sama jangan pernah meminta apa pun dariku,” pekik Adrian.Reyna pun menyunggingkan bibirnya. “Maaf, Anda siapa? Hanya mantan bos, saya tidak akan pernah meminta apa pun. Jadi, buka pintunya saya harus pulang.”Adrian pun mengangguk, kemudian mengetuk kaca mobil. Tak lama, seorang pria pun masuk dan duduk di kursi kemudi.“Aku akan mengantarmu kembali ke rumah, setidaknya aku berbaik hati sedikit,” ucap Adrian.Mendengar hal itu, Reyna pun berucap di dalam hati. Jika anaknya jangan sampai mewarisi sifat menyebalkan dari Adrian. Cukup sudah ia menahan napas ketika tengah bersama pria itu.Tak lama kemudian, Reyna sudah sampai di depan rumah Maria. Mobil

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status