Lusi berteriak kesakitan karena terjatuh ke lantai, Sandra sengaja mendorongnya karena sudah muak dengan perilaku Lusi, beruntung tadi ia mencium aroma kopi yang tidak biasa, sehingga bisa meminimalisir kemungkinan yang terjadi.
"Sungguh menjijikkan jika ada seorang wanita yang menggunakan trik kotor seperti ini, Lusi aku kecewa padamu," Sandra berdiri mengambil baju untuk ia kenakan.
"Kakak maafkan aku, semua ini aku lakuakn agar bisa terus bersamamu," Lusi bangun dari jatuhnya.
Sandra sudah terlanjut kecewa, ia tak menyangka bahwa lusi yang awalnya berbeda dari nona muda lainnya, hari ini berubah menjadi seorang wanita liar yang haus akan belaian lelaki.
"Lusi aku sudah tidak bisa menjadikan mu partner kerja lagi, kemasi barang mu, lapor ke bagian personalia pindah divisi," Sandra meninggalkan Lusi yang sedang menangis.
"Tidak kakak, aku mohon jangan hukum aku seperti
Sandra mengatakan ada perubahan sikap dari lusi ia bahkan berani mencampur obat ke kopi yang di seduh untuk Sandra."Kamu tahu kan aku tidak suka dengan wanita yang licik seperti itu," Sandra mengungkapkan kenapa ia pergi ke bar untuk mabuk."Aku rasa masalahnya tidak sesederhana itu, apakah kakak sedang menyembunyikan sesuatu kak?" Sabian berfirasat kakaknya sedang menyembunyikan sebuah rahasia besar.Sandra terdiam sejenak, ia tampak ragu untuk menjawab apakah ia harus berterus terang kalau Kirana ada bersamanya, tapi Sandra tahu karakter Sabian tidak pernah puas dengan jawaban yang tidak masuk akal."Sabian aku harap kamu mempercayaiku, aku hanya merasa Lusi tidak sepolos yang aku kira," Sandra merebahkan tubuh ke sofa."Istirahatlah, aku akan kembali ke kamarku," Sabian meninggalkan kakaknya.Krieettt!Sabian menutup pintu kamar Sandra, di depan ia
"Maafkan saya tuan muda kedua, saya tidak sengaja menabrak anda," Asisten Santi menundukkan badannya. Sabian mengatakan tidak apa-apa, ia mengatakan kepada Santi jangan ganggu ayahnya dahulu karena beliau sedang istirahat, jika ada sesuatu yang penting lebih baik menginformasikan besok pagi saja. "Kamu mau kemana Santi, jika ingin menemui ayah lebih baik besok pagi saja, aku sudah menyuruh ayah untuk istirahat," Sabian menginformasikan kepada Santi. "Baik tuan muda kedua," Asisten Santi kembali ke tempat istirahatnya, Sabian masuk ke kamarnya, melepas baju yang ia kenakan, berendam di kamar mandi dengan air hangat, pikirannya melayang ke beberapa saat yang lalu. "Siapa bayi Bima itu, apa hubungannya dengan dia denganku?" Sabian terus memikirkannya. Selama lima belas menit ia berendam di air hangat, Sabian keluar dari bak mandi membalutkan handuk p
Lusi menundukkan kepalanya saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut Sabian, ditambah dengan tatapan sinis dari wajah Sabian membuatnya takut untuk bertindak, sudah terlanjur ia melangkah jadi Lusi mencoba menguatkan dirinya."Kak Sabian, jika kamu sudah menemukan orang yang pas di hati, apakah yang akan kamu lakukan?" Lusi mencoba mendekatkan diri."Aku akan mengejarnya, tetapi tidak memaksakan kehendakku, aku takut jika aku menggenggamnya erat, perlahan dia akan menghilang dari genggamanku untuk selamanya," Sabian menekankan sekali lagi kepada Lusi.Sabian kengibaratkan dengan pasir yang ia ambil dari kandang kucing, ia memperlihatkan kepada Lusi, pasir yang di genggam terlalu erat, sedikit demi sedikit keluar dari sela jarinya kemudian habis tak tersisa, begitu dengan cinta atau rasa ingin memiliki, jika terus di genggam terlalu erat akan hilang dengan cepat."Apa kamu paham Lusi, aku tahu ras
Brummmm... Sabian mengendarai mobilnya seceat kilat, Tiinn... Dia tak peduli di jalanan yang sangat ramai, ia tetap mengendarai mobil dengan cepat, banyak orang mengumpat. "Hai hati-hati jika mengendarai mobil," teriak pengendara lain. "Jangan pikir bawa mobil mewah bisa berbuat seenaknya di jalanan," pengendara lain juga merasa kesal dengan ulah Sabian. Sabian tak ada waktu untuk meladeni para pengendara rewel itu, ia hanya ingin cepat sampai rumah untuk memastikan ayahnya baik-baik saja. Ckiittt! Sabian meninggalkan begitu saja mobilnya di depan pintu gerbang, ia menyerahkan kunci mobil pada satpam rumah. "Ayaahhhh," Hoss...Hoss... Sabian membuka pintu ruang kerja ayahnya dengan nafas tersengal-sengal. "Putraku, kenapa kamu sampai berkeringat seperti itu?" Tuan besar sedang asyik memainkan ponsel di ruang kerja.
Lusi terpana melihat roti sobek di tubuh Sandra tentu saja ia hanya ingin menjalin hubungan yang lebih dekat dengannya ia terus mengusili Sandra yang berada di kamar mandi, Lusi masuk kamar mandi karena sudah kebelet buang air."Wanita yang merepotkan, bagaimana aku menjauhkan diri padanya?" Sandra duduk di sofa."Kakak kamu jangan berpikir untuk meninggalkan aku, karena kita sudah menjadi satu," Lusi meraba perut Sandra yang di penuhi roti sobek.Sandra melirik jijik wajah Lusi bisa-bisanya ia terjerat oleh wanita ular seperti Lusi, ia meminta Lusi untuk menjauh darinya karena perasaan tak bisa dipaksakan."Menjauhlah dariku," kata Sandra dengan sinis."Aku tidak mau menjauh darimu jika kamu nekat, rahasia terbesarmu akan aku bongkar," Lusi memasih memainkan tangan di atas perut roti sobek Sandra.Sandra sudah tak tahan lagi dengan gairah yang tiba-tiba memu
Tuan Alexander bahkan tidak mempercayai perkataan Sabian tadi pagi yang mengatakan ia mendengar suara dari kamar Sandra sedang memadu kasih. "Jawab pertanyaan ayah, apakah benar kamu dan Lusi sudah melakukan hal yang tak terpuji di rumah ini?" Tuan Alexander membentak Sandra. "Ayah, semua itu bukan kemauanku sendiri Lusi yang menjebakku, aku sudah punya wanita pilihanku, tetapi dia terus memaksaku," jawab Sandra dengan emosi. Plaaakkk! Tuan Alexander menampar wajah Sandra beliau kecewa karena perbuatan tak terpuji yang di lakukan oleh putra sulungnya. "Sandra ayah kecewa terhadapmu, sudah menyembuhkan seorang putra dari ayah, sekarang berbuat tak senonoh dengan wanita lain, kami harus bertanggung jawab," tuan Alexander berkata tegas. "Apa seorang putra, maksud ayah apa?" Sandra ketakutan tuan Alexander mengetahui semua rahasia yang ia simpan rapat.  
Sandra melirik Jay yang bertanya seolah adiknya adalah korban yang teraniaya, ia memalingkan mukanya lagi, hingga akhirnya Sabian meminta Jay untuk memanggil adiknya ke kamar Sandra agar permasalahan jelas adanya. "Mike tolong panggil Lusi untuk ke kamar Sandra," Sabian meminta tolong Mike. "Baik tuan muda, akan saya laksanakan perintah tuan," Mike keluar mencari Lusi. Jay protes kenapa harus memanggil Lusi karwn adiknya adalah korban dari tindak asusila yang di lakukan oleh Sandra, Jay masih menganggap adiknya gadis lugu dan polos sama seperti dulu. "Jay tenanglah, kita akan tahu setelah mendengar dari pihak adikmu," Sabian menenangkan hati Dokter Jay. "Tidak bisa adikku adalah korban, Sandra harus mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan menikahi Lusi," Jay tetap keras kepala. Mike membawa Lusi ke kamar Sandra ia duduk di sebelah Dokter Jay,
Sandra menggunakan kesempatan untuk menyelinap keluar saat semua orang di rumahnya merencanakan persiapan lamaran ke rumah Lusi."Akhirnya rencanaku untuk mengelabuhi ayah berhasil," Sandra mengendarai mobil menuju rumah sederhana yang di siapkan untuk Kirana."Tuan muda aku sarankan untuk tidak meninggalkan rumah terlalu lama, karena bisa membuat tuan Alexander menyadari bahwa anda tidak ada di rumah," Doni me girim pesan kepada tuan mudanya.Sandra melempar ponsel ke bangku sebelahnya, ia menggerutu karena Doni ikut berbicara tentang Sandra yang keluar rumah sebentar untuk menemui Kirana yang sudah sampai Jakarta."Kirana akhirnya aku bisa bertemu denganmu," Sandra memeluk Kirana."Padahal aku menutup pintunya kenapa kamu bisa masuk?" Kirana melepas pelukan Sandra.Sandra sedikit kecewa dengan penolakan dari Kirana ladahal ia sangat merindukannya, Kirana me