Kirana merasa ada yang menyentuh tubuhnya, ia terbangun, menyalakan lampu, matanya mengarah ke sosok pria berwajah tampah bertubuh tinggi di samping ranjangnya, dia terlihat gelagapan saat Kirana terjaga dari tidurnya.
"Anda sedang apa tuan?" Kirana mengucek mata berusaha bangun dari tidurnya.
"Sudah aku bilang panggil saja aku kakak, aku hanya memastikan kamu istirahat dengan benar, oh iya apakah benar bulan ini perkiraan lahir keponakanku?"
Sandra sudah seperti keluarga sendiri bagi Kirana, ia senang mendapat seorang kakak yang perhatian padanyaz tidak ada perasaan lebih di dalam hati Kirana selain menganggap Sandra sebagai seorang Keluarga.
"Terima kasih, telah bersusah payah merawatku di sini, sampai detik ini," Kirana tersenyum lebar ke arah Sandra.
"Kamu sudah aku anggap seperti adikku sendiri," wajah Sandra memerah menatap Kirana.
San
Kirana belum kepikiran nama bayi laki laki miliknya, ia masih mencoba menyusui dan melihat secara seksama sekilas wajahnya mirip sekali dengan Sabian, yah bagaimanapun memang benar dia benih dan darah daging dari Sabian Alexander. "Apa kau sudah selesai menyusuinya biar ku gendong dia," Sandra menggendong keponakannya. "Kak Sandra terima kasih telah merawatku sembilan bulan ini, aku serahkan nama anak ini padamu," Kirana memberikan senyuman bahagianya kepada Sandra Alexander. Sandra menimang bayi mungil itu, wajah tampannya mewarisi wajah Sabian, hidung mancung, mata lebar, rambut yang berwarna hitam legam serta lebat, membuat bayi yang masih merah ini tidak bisa lepas dari sosok sang ayah. "Namamu adalah Bima Alexander, Bima yang berarti kuat, kamu akan tumbuh menjadi pria yang kuat, hebat dapat melindungi ibu mu kelak," Sandra menimang keponakan yang berasa anaknya sendiri.
Sandra menerima tagihan yang di klinik yang di berikan oleh asisten Doni, setelah mengecek total tagihan ia menyerahkan kartu debit kepada Doni untuk pembayaran ke Klinik. "Baik tuan akan saya bayarkan, dengan begitu nona Karina dan bayinya bisa kita bawa pulang," Doni keluar ruangan untuk membayar ke admin. "Oke aku tunggu kabar darimu," Sandra masih menimang bayi tampan keponakannya. Sandra berdiskusi dengan Kirana apakah ingin menyewa baby sister atau merawat anaknya sendiri, jika ingin menggunakan baby sister Sandra akan segera membuka lowongan kerja, dan menyeleksi calon baby sister untuk keponakannya. "Tidak usah kak, aku akan merawatnya sendiri," Kirana tidak tega melihat bayi tampan miliknya ditinggal kerja. "Baiklah kalau begitu, jadi kamu mau berhenti kerja, jika merawat anak ini?" Sandra bertanya sekali lagi. Kirana menjelaskan masa cut
Sandra mengangkat telepon dari kediaman utama, ia mendapat kabar bahwa tuan besar Alexander sakit, Sandra kaget karena mendengar ayahnya sakit. "Apa, ayah sakit, sejak kapan dan sakit apa?" Sandra kelihatan panik. "Tuan muda pertama lebih baik menyempatkan diri untuk pulang ke kediaman beberapa saat," Kepala pelayan meminta Sandra untuk mengunjungi ayahnya, mungkin sang ayah kangen padanya. Sandra menyetujui apa yang dinasehatkan pelayan kepadanya, setelah selesai berbincang dengan kepala pelayan Sandra menyimpan kembali ponselnya, melihat tuan mudanya mondar mandir dengan raut wajah gelisah, Doni memberanikan diri mendekat serta bertanya ada apakah gerangan. "Tuan muda pertama, ada apakah gerangan yang membuatmu gelisah seperti ini?" Doni membungkukkan badan di hadapan tuan muda Sandra. "Ayah sakit, sementara aku tidak dapat meninggalkaan Karin yang baru saja melahirka
Pengasuh bayi Bima menjawab bahwa bayi Bima selesai dijemur di pagi hari, bayi menangis karena ingin menyusu kepda ibunya. "Aku yang akan mengantar Bima ke Karin untuk sekalian berpamitan," Sandra menggendong Bima ke kamar Kirana. "Baik tuan muda, saya akan kembali bekerja," Pelayan mengikuti Sandra dari belakang karena ia di tugaskan untuk. mengurus bayi dan Kirana. Sandra sampai di kamar Kirana karena ia menggendong Bima ia kesulitan membuka pintu, beruntung ada pelayan yang mengikutinya dari belakang, pekayan itu meembantu Sandra membuka pintu kamar Kirana dan Bima. "Kirana anakmu menangis sehabis di jemur di matahari pagi, tolong susui dia sebentar, mungkin dia sudah lapar," Sandra memberikan bayi pada Kirana. "Baik kak, apa kakak jadi pergi ke Jakarta hari ini, untuk menjenguk tuan besar?" Kirana mengambil Bima dari gendongan Sandra. Sandra b
Doni memarahi satpam yang bertugas tidak tahukan bahwa yang berada di dalam mobil adalah tuan muda pertama keluarga Alexander, menagpa ia berani tidak membukakan pintu untuk tuan muda Sandra."Tuan muda pertama, banyak yang mengaju sebagai tuan muda pertama keluarga ini, maaf aku tidak bisa membuka pintu gerbang ini," Satpam itu bersih keras."Apa kamu mau bertengkar dengan ku?" Doni emosi turun dari mobil menantang satpam.Mike yang melihat kejadian itu segera berlari ke gerbang, ia memberitahu satpam bahwa benar yang ada di mobil itu adalah tuan muda pertama keluarga alexander."Maafkan saya tuan muda pertama, saya orang baru, kebetulan akhir-akhir ini banyak yang mengaku sebagai putra tertua keluarga Alexander," satpam membungkukkan badannya."Tak apa, aku tahu posisimu, Doni masuk mobil, Mike terima kasih atas bantuannya," Sandra melambaikan tangan.Sandra lebih sant
Lusi tampak gelagapan mendengar pernyaran dari kakaknya, ia tak tahu harus menjawab apa, akhirnya Lusi memberanikan diri mengatakan sesuatu."Kalau aku naksir kakak Sandra apa kakak akan mengijinkan ku untuk menjalin hubungan dengannya?" Lusi asal berbicara untuk mencairkan suasana."Bocah kecil kamu dan Sandra terpaut usia cukup jauh sekitar lima tahun mana mungkin Sandra mau menikahimu," Jay mengatakan hal pahit agar Lusi tidak menginginkan berada di sisi Sandra.Sandra tersenyum melihat percakapan kakak beradik itu, Sandra mencuri kesempatan mengambil rambut Sabian dengan membisikkan kalimat bahwa ia juga tertarik dengan adiknya Jay."Apa aku tidak salah dengar kak, jadi kriteria kakak sudah berubah bukan seperti dulu lagi?" Sabian tersentak Kaget."Hati orang sekian lama akan berubah, termasuk standar selera orang tergantung dimana ia bergaul Sabian," Sandra mengeles sedikit agar tak ketahuan ia langsung mema
"Wajar kamu curiga terhadapku, perlu kau ingat aku ini selalu menjaga kesucianku sebagai perjaka," Sandra merapikan kerah kemejanya. --- Sabian meminta maaf kepada kakaknya atas kecurigaannya tetapi di dalam hatinya masih saja ada yang mengganjal, baru kali ini Sabian merasa ada yang aneh dari gelagat sang kakak. "Ya sudahlah, jika kakak ingin berada di kamarku pakai saja, aku ada perlu untuk menemui seseorang hari ini, aku pamit dulu ya kak," Sabian menepuk pundak kakaknya. "Hati hati di jalan adikku, aku pinjam ruangan pribadimu sebentar," Sandra menyandarkan punggungnya di sofa. Sandra mencuri kesempatan ia harus memastikan adiknya audah pergi jauh dari rumah, agar lebih leluasa menjalankan aksinya. Sandra melihat ke bantal yang di gunakan tidur Sabian, ia melihat ada rambut rontok yang menempel di sana, kesempatan bagi Sandra untuk mengambil dan menyimpan rambut itu, kemudian ia menghubungi Jay.
Lusi menshare lokeasi dimana ia berada saat ini, karena ia di hadang oleh Tania dan juga Han yang menginginkan informasi dimana Kirana berada, karena Tania butuh tanda tangan Kirana untuk menaglihkan saham, ternyata almarhum ibu Kirana membuat surat wasiat seluruh hartanya jatuh ke tangan Kirana, bukan jatuh ke tangan suaminya Dani Wijaya."Cepat katakan dimana wanita sialan itu berada, aku tahu kamu bersekongkol menyembunyikannya di kota ini?" Tania menggertak Lusi yang tak tahu apa apa."Aku juga tak tahu dimana kirana berada, aku juga sedang mencarinya, untuk apa kalian bertanya kepada orang yang tahu sepertiku ini," Lusi berkata dengan jujur."Jangan bohong kamu, sebagai seorang sahabat masa iya tidak mengerti dimana sahabatnya berada," Tania mendorong Lusi karena tidak mau mengatakan dimana keberadaan Kirana sang adik tiri.Lusi terjatuh karena tidak ada persiapan sama sekali, Tania kembali melontarkan