Home / Romansa / Cinta Si Mantan Sugar Baby / BAB 2| Haruskah Aku membahasnya?

Share

BAB 2| Haruskah Aku membahasnya?

Author: Bella
last update Last Updated: 2021-08-04 13:45:16

Rasanya duniaku selalu saja dilanda kesialan. Seperti tak bisa menghirup ketenangan saja, selalu saja kesialan datang menghampiriku tanpa ada undangan sebelumnya, tanpa ada peringatan terlebih dahulu.

Aku menatap pria dewasa yang ada di depanku dengan sendu. Pria ini adalah salah satu dosenku, umurnya sudah menginjak kepala tiga dan sudah memiliki seorang putra tampan dan pintar. Aku pernah bertemu dengan anak kecil itu dan rasanya sangat menyenangkan.

Jemari kekar itu melingkari pinggangku yang ramping di tengah koridor yang sepi, aku mendongak dan memandangi dosenku dengan wajah yang memelas. Aku berkata dengan pelan, “Pak, tolong lepas … saya adalah murid bapak ….”

Namun, pria dewasa ini tak memberikan respon apapun, justru lebih mendekatiku dan mengelus wajahku dengan tak tahu malu. “Saya tahu, Alice tapi kamu terlalu cantik untuk dilepaskan begitu saja. Andai saya belum menikah, saya akan memperistri kamu, sayang.”

Aku memejamkan mata merasa muak, tak tersanjung sedikit pun mendengarkan respon dari Dosen ini. Hatiku sangat menyesal karena berani berjalan di tengah suasana kampus yang sudah sepi. Dan sialnya, aku harus bertemu dengan Dosen Tua ini yang menjadi kekasih gelapku.

“Pak, tolong … saya harus pulang sekarang.” Ucapku kembali dengan nada ketakutan.

Dean menatapku dengan mata mesumnya, ia berucap dengan santai dan menampilkan seringaian mesum di bibirnya, “Ke Hotel dulu ya, Alice. Kamu tahu ‘kan saya sudah bosan jika berhubungan badan dengan istri saya, rasanya tak senikmat dulu setelah bertemu dengan kamu, Alice. Saya suka badan kamu, sayang.”

 “Pak, saya mohon … tolong lepaskan saya kali ini. Saya harus pulang, Pak Dean ….” Ucapku kembali. Aku menatap ujung sepatuku, rasanya tak mungkin jika aku dilepaskan oleh Dean. Aku pasti akan berakhir di Hotel dan disetubuhi dengan kasar bak hewan liar. Lalu paginya, saldo rekeningku akan terisi penuh.

“Ck, kenapa kamu nolak, Alice? Uang kamu pasti sudah habis, ‘kan, sayang? Saya sudah ngasih kamu rumah buat kamu tinggali jadi tidak usah tinggal di kosan murah itu lagi. Kamu dengar itu, Alice?” aku hanya menjawab dengan gelengan kepala.

“Pak Dean, saya nggak bisa hidup kayak gini lagi. Saya akan kembalikan semua uang bapak, tapi tolong lepaskan saya, Pak Dean. Saya capek ….”

Dean buru-buru memeriksa tubuhku, namun aku menepisnya dengan kasar. Aku berkata pelan, “Lepasin saya, Pak Dean ….”

Beliau menggelengkan kepalanya dan berkata pelan, “Kenapa kamu capek, Alice? Ayo istirahat, saya tidak akan melakukannya jika kamu capek, tapi, tolong jangan pergi, Alice. Saya sayang kamu …”

Aku tertawa sinis memandang wajahnya, “Saya capek selalu berhubungan dengan bapak. Dan saya nyesal harus terikat dengan Anda, Pak Dean.”

Aku kembali berkata, “Ayo akhiri semuanya, Pak Dean. Saya lelah ….”

Tatapan Dean berubah tajam, beliau melepaskan cekalan dari tubuhku dan meninggalkanku begitu saja. Tanpa kata, tanpa usapan-usapan lembut di kepalaku seperti sebelum-sebelumnya.

Aku memandangi tubuh Dean yang kian menjauh dan menghilang dari pandanganku. Aku menunduk, jemari tanganku meremas ujung kemeja yang kukenakan. Air mataku mengalir begitu saja, pelan-pelan aku melangkahkan kakiku dan pergi menuju tempat tinggalku.

Di sana, aku memeluk tubuhku sendiri. Rasa kehilangan tetap ada di dalam hatiku begitu Dean benar-benar meninggalkanku. Aku masih menangisi beliau, kenangan yang aku dan Dean ciptakan tidak sedikit. Kami sering bersama dan menghabiskan waktu berdua di Ranjang. Menghangatkan tubuh satu sama lain.

Awalnya aku memang dipaksa oleh Dean saat kali pertama aku masuk di kelas yang beliau ajar atau sebagai dosen pembimbing di Organisasi yang kuikuti. Namun, rayuan manis dan sentuhan lembut yang beliau berikan padaku membuatku terbuai dan akhirnya menikmati setiap sentuhannya.

Aku tahu jika Dean sudah memiliki istri yang cantik dan seorang putra yang tampan. Tak jarang, putra Dean yang bernama Kenzo pun ikut bersama saat kami kencan di Pantai.

Awalnya aku menyukai kebersamaan itu, namun tidak lagi saat Alma—istri dari Dean—menemuiku dan mengancam akan menyebarkan identitasku ke publik jika tak mengakhiri hubunganku dengan Dean.

Aku tak akan mengacaukan masa depanku demi Dean saja, namun di hatiku yang paling dalam perasaan bersalah hadir. Saat pertemuanku dengan istri Dean, Alma memang terlihat sedikit ketus padaku, namun matanya tak bisa berbohong jika wanita itu sedang terluka.

Aku seorang wanita, mengapa aku tak bisa memahami perasaan sesama wanita? Aku bahkan menikmati setiap sentuhan dari Dean padahal aku tahu jika pria yang itu sudah memiliki keluarga. Aku sesungguhnya … adalah pelacur yang sebenarnya.

Di sisi lain … bagaimana denganku. Maksudku, bagamana dengan janin yang sedang kukandung? Haruskah aku membahasnya bersama Dean?

Sepertinya hukum alam tengah bekerja untuk menghukum para penjahat. Dan kali ini, giliranku telah tiba.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Si Mantan Sugar Baby   BAB 113| Jadilah Keluargaku

    MATAKU berkaca-kaca ketika berdiri tepat di depan makam diva. Aku memejamkan kedua mataku dengan tangan yang bergetar.“Alice ….” Suara lirih itu terdengar membuatku mendongak menatap Naka.Aku mengusahakan diri untuk tersenyum tipis. “Aku tidak apa, Naka.” ujarku pelan.Naka mengangguk tipis, ia jongkok di depan makam dengan kedua tangannya menaruh bunga yang sudah ia persiapkan sebelumnya.“Diva, kunjungan kali ini … aku datang bersama Alice. Bukankah kamu merindukan temanmu, hm?” Naka terkekeh setelah mengatakan itu.“Sudah lama, ya … Gavin sekarang sudah bisa memukul keningku. Putramu itu sepertinya memiliki dendam pribadi, setiap bertemu pasti tangannya menuju keningku.” Naka menggerutu sambil tertawa.Aku meliriknya, sikap Naka sekarang terlihat jelas jika ia sedang sedih. Aku jongkok tepat di sampingnya. “Maaf … seharusnya aku menemuimu sejak dulu. Sekarang … kita tidak bisa mengobrol seperti dulu lagi.”Aku membasahi bibir bawahku, tanganku memainkan bunga baru yang tersebar d

  • Cinta Si Mantan Sugar Baby   BAB 112| Benar atau Tidak?

    Aku tertegun mendengarkan perkataannya. Jadi aku memberanikan diri untuk menatap kedua bola matanya dalam-dalam. “Apa maksudmu?”Naka terkekeh singkat. “Aku membayangkan jika kita bisa bersama seperti dulu.”“Berhentilah berkhayal, itu tidak akan pernah terjadi.” Ujarku ketus.“Bagaimana jika itu bisa terjadi?” suara bisikan Naka terasa hangat menyapu bagian leherku. Ia mulai mengecupi disepanjang leherku. Sedang mataku terpejam dengan kedua tangan terkepal kuat-kuat.“Alice, kamu bahkan tidak menolakku.” Ucapnya setelah lima menit berlalu.Aku langsung mendorongnya menjauh. “Menjauh dariku!” ujarku dingin, aku menunduk menyembunyikan wajahku yang terasa memanas.“Jangan seperti ini lagi, aku tidak menyukainya!”Setelah mengatakan itu, aku membalikkan badanku segera. Lenganku dicekal cukup kuat, tubuhku ditarik untuk lebih dekat dengannya. Ia langsung saja menyatukan bibir, tanganku bergetar dengan kepalan yang kuat.Aku ingin sekali mendorong tubuhnya, tetapi tanganku tak bisa digera

  • Cinta Si Mantan Sugar Baby   BAB 111| Memuja

    Setelah Naka mengatakan ada tempat yang harus kukunjungi, rasa penasaranku meningkat. Jadi, aku menyetujuinya.Naka membawaku menuju sebuah kamar yang letaknya sedikit di belakang, dekat dengan gudang. Melihatnya, aku sedikit bingung dan was-was apa yang akan Naka lakukan.Begitu pintu terbuka, suasana ruangan yang Naka tunjukkan padaku terasa begitu familiar. Aku mengamatinya dengan pandangan yang berbinar.“Kamar ini ….” Ucapku dengan suara tertahan, aku cukup kagum dengan nuansa kamar ini. Pasalnya, beberapa barang di kamar ini terasa manis bila dilihat.“Alice, apakah kamu merasakan sesuatu?” tanya Naka pelan.Aku mengangguk semangat. “Kamarnya terasa hangat, siapa pemilik kamar ini?”Naka berjalan mendekatiku, ia memegang pergelangan tanganku lalu menuntunku untuk mendatangi sebuah lemari kaca yang di dalamnya dipenuhi oleh boneka. Aku sangat mengenali boneka itu, jadi aku menatapnya dan berkata. “Boneka ini, bukankah ini adalah milikku?”Aku membuka lemari kaca lalu memeriksanya

  • Cinta Si Mantan Sugar Baby   BAB 110| Kebiasaan yang Masih Diingat

    Seperti ucapannya, Naka benar-benar tidak mengizinkanku untuk pergi dari rumahnya. Pada akhirnya, aku bermalam di rumahnya dengan perasaan setengah kesal.“Aku mengerti, aku akan bermalam di rumahmu.” Ucapku dengan penuh kekesalan.Setelah aku mengatakan itu, Naka tertawa bahagia. Ia mendekatkan tubuhnya ke arahku lalu berbisik tepat di telinga. “Kamu sendiri yang mengatakannya, jadi jangan menyesal.”Ia mengedipkan matanya dengan genit, aku bergidik ngeri melihatnya. “Aku tidak mau tidur sekamar denganmu!”“Eh, aku tidak mengatakan itu. Tapi jika kamu menginginkan untuk tidur bersamaku, yah aku tidak akan menolaknya, Alice.” Ia berkata sambil tertawa mengejek.“Apa-apaan, aku tahu isi kepalamu. Sudahlah, lebih baik aku pulang sekarang.” Ucapku dengan kesal.Naka menghentikan langkahku, ia berjalan semakin mendekatiku. “Aku hanya menggodamu. Baiklah, kamu tidurlah di kamarku, aku akan tidur di kamar lain. Di rumahku ada banyak kamar kosong, jadi tidak perlu menginap di tempat lain.” I

  • Cinta Si Mantan Sugar Baby   BAB 109| Keputusannya

    Aku datang menemui Javin. Dia sudah memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemennya. Aku membawakan makanan kesukaannya dan menunggunya hingga waktunya pulang bekerja.Melihat suasana apartemennya, terasa begitu menenangkan. Sepi.Aku membaringkan tubuhku di kursi empuk, tanpa sengaja kesadaranku hilang. Aku terlelap hingga Javin datang membangunkanku.“Kenapa kakak tidak memberitahuku jika ingin datang berkunjung?” tanyanya sambil berjalan membawakan segelas air.“Aku hanya ingin menumpang beristirahat saja.” Ucapku sambil terkekeh.“Ada apa?” pertanyaan dari Javin membuatku melepaskan gelas yang kupegang.“Javin, menurutmu apakah seseorang perlu untuk menjadi jahat?” tanyaku tanpa menatap wajahnya.“Kak, setiap manusia memiliki sisi baik dan jahat. Jika sisi baik dan jahat lebih mendominasi, menurutku bisa merugikan diri sendiri atau orang lain. Tapi di sini, jika porsi baik dan jahatnya seimbang, itu lebih bagus.” Javin menatapku lurus dengan wajah dingin khasnya.“Apa yang ingin

  • Cinta Si Mantan Sugar Baby   BAB 108| Pengkhianatan

    Aku memukul lengannya kuat-kuat, kesal karena perkataannya berhasil membuat jantungku berdebar. “Apa yang kamu katakan?”“Aku hanya bercanda, kamu dari tadi tegang terus. Ada apa?” jawabnya seperti tak berdosa.“Itu karena kamu. Parfum itu menggangguku, cepat ganti baju sana!” ucapku pada akhirnya, persetan dengan rasa malu, aku benar-benar tidak bisa mengontrol isi pikiranku sekarang.“Memangnya apa yang salah dengan parfumku? Bukannya kamu paling menyukai bau parfum ini?” Naka malah mendekatkan tubuhnya ke arah tubuhku.“Coba cium, bukannya bau ini terasa menenangkan?” ia berkata sambil terkekeh pelan.Aku mendorongnya menjauhi tubuhku. “Ganti bajumu atau aku pergi?”Setelah aku mengatakan itu, ia menurut. Tangannya terangkat untuk melepas bajunya dan aku langsung terpekik kaget. “Jangan membuka bajumu di sini, aku seorang wanita, Naka!”“Alice, kamu sudah terbiasa melihat tubuhku. Ada apa denganmu?” ia tak menghiraukan ucapanku dan kembali melanjutkan kegiatannya untuk melepaskan b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status