Share

Bab 3

Author: Martius
Aku menahan diri untuk tidak mengirimkan surat perjanjian itu, hatiku sangat kacau.

Aku dan Jefry sudah promil selama tiga tahun, tetapi tidak ada kabar baik dan sekarang aku hamil di saat seperti ini.

Aku menyentuh perutku, tiba-tiba aku ingin berusaha sekali lagi.

Jefry sangat mencintaiku. Kalau dia tahu aku hamil, pasti akan mengakhiri hubungannya dengan Kina.

Jadi, aku mengirimkan hasil tes kehamilan padanya.

Jefry langsung balas: [Melda, kamu hamil? Bagus! Aku akan menjadi ayah. Tunggu aku di rumah, aku akan segera kembali setelah pulang kerja.]

Namun, setelah menunggu lama, Jefry tidak kunjung muncul.

Hari sudah gelap, makanan di meja sudah dingin.

Aku agak gelisah. Aku pun menelepon Jefry beberapa kali, tapi ditolak olehnya. Aku tidak sabar, jadi pergi menemuinya di sekolah. Dia tidak ada kelas malam ini, semua murid yang kukenal menyapaku.

"Apa Bu Melda datang untuk menemui Pak Jefry? Aku melihatnya kembali ke asrama setelah mengajar."

Pihak kampus memang sengaja siapkan asrama untuk Jefry, tapi selain sesekali tidur siang, dia tidak pernah tinggal lama di sana.

Jefry selalu bilang, "Begitu kelas selesai, aku nggak sabar untuk kembali bersama Melda. Asrama ini kosong banget, nggak ada apa-apa di sana, nggak kayak di rumah yang penuh dengan jejakmu."

Aku sampai di asrama, mendapati lampu menyala dan pintunya sedikit terbuka.

Suara lembut Kina terdengar dari dalam, "Pak Jefry, aku buatkan cincin perak buatan tangan untukmu. Coba deh, lihat bagus nggak?"

Melalui celah pintu, aku melihat gadis itu dengan malu-malu menyelipkan cincin tersebut ke jari manis Jefry. Cincin perak itu dipakai barengan cincin kawin kami.

"Ukurannya pas, Pak Jefry. Pas banget, aku juga punya satu, dengan ukiran nama kita berdua."

Kina dengan gembira mengangkat cincin polos yang sama di jari manisnya sendiri.

Jefry tidak menahan tawa melihat kegembiraannya. Tiba-tiba, seolah terpikir sesuatu, dia melepas cincin tersebut dan buang ke bawah.

"Sudah kubilang, hubungan kita hanya sebatas fisik. Jangan coba-coba menggantikan Melda. Aku hanya akan memakai cincin kawinku dengan Melda di jari manisku."

Ekspresinya yang kejam agak meredakan suasana hatiku yang sudah buruk.

Kina terkejut, dia berlutut sambil menangis, mencari cincin itu.

"Maaf, Pak Jefry. Aku kebetulan melewati toko kerajinan tangan pasangan dan teringat kamu. Aku tak bermaksud menggantikan Bu Melda, tolong jangan marah. Kina tidak akan melakukannya lagi."

Kina menemukan cincin itu di bawah ranjang, lalu tertegun ketika melirikku sekilas di luar pintu.

"Ada apa?" tanya Jefry sembari mengerutkan kening.

"Nggak apa-apa."

Dia mengangkat matanya yang berlinang air mata, menyeka cincin itu berulang kali, lalu menggenggamnya erat-erat.

"Pak Jefry, aku mencintaimu. Cintaku murni..."

Kina berjinjit dan menciumnya. Jefry mencoba mendorongnya, tetapi dia tak kuasa menahan kelembutannya.

Akhirnya, Jefry mendesah pelan dan membalas ciumannya sekuat tenaga.

"Sayang, aku bisa memberimu apa pun kecuali cintaku."

Hatiku naik turun bersamaan dengan mereka, akhirnya larut menjadi buih di mulut mereka, yang kutelan bersama remah-remahnya.

Merekalah yang berselingkuh, tapi aku yang merasa sangat malu.

Lalu, aku berbalik dan pulang.

Setelah banyak pertimbangan, aku mencetak surat perjanjian cerai dan meletakkannya di meja samping ranjang Jefry.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Sirna Tanpa Bekas   Bab 10

    Aku pun berhasil bercerai dengan Jefry.Kami keluar dari Pengadilan Negeri sambil tersenyum.Jefry berkata, "Melda, aku bakal ke rumahmu besok. Kamu suka makan roti di pagi hari, aku akan siapkan bahannya malam ini."Kina melangkah maju dan merangkul tangannya. "Pak Jefry, kamu cukup lelah akhir-akhir ini. Aku sudah masak bubur, ayo kita pulang dan mencobanya."Jefry menepisnya, "Jangan ikuti aku lagi, aku akan kembali bersama Melda."Melihat mereka pergi sambil bercekcok, aku merasa damai.Penerbanganku malam ini, aku akan memulai hidup baru di luar negeri.Aku mulai menantikannya.Aku mengemasi barang bawaanku, memasang iklan sewa dan meminta saudara untuk mengurusnya.Malam itu, aku menaiki pesawat dan mematikan ponselku.Keesokan paginya, setibanya di tujuanku, langit biru menampakkan budaya dan suasana lokal yang berbeda, pemandangannnya menyegarkan. Begitu ponselku diaktifkan, bunyi pesan mulai berdering tanpa henti.Kebanyakan pesan dari Jefry.[Melda, kenapa tidak buka pintuny

  • Cinta Sirna Tanpa Bekas   Bab 9

    Saat terima surat itu, aku tercengang.Kukira bakal butuh waktu lama, tak kusangka Jefry langsung setuju.Dalam perjalanan ke Pengadilan Negeri, aku menghubungi Jefry dan dia tampak sangat panik."Siapa bilang kita akan bercerai? Aku tak setuju."Aku mengerutkan kening dan berkata, "Bukankah kamu mengirim surat cerai yang sudah ditandatangani? Apa kamu mempermainkanku?"Jefry memaki di ujung telepon, "Kina, apa kamu yang melakukannya? Kamu memintaku menandatangani surat cerai saat aku mabuk!""Pak Jefry, sadarlah! Bu Melda sudah tidak mencintaimu lagi. Apa gunanya mengikatnya seperti ini?""Siapa yang merawatmu selama ini? Apa kamu punya hati nurani? Apa kamu tidak melihatku? Siapa aku bagimu selama ini?""Ini urusanku, kamu tidak berhak mengambil keputusan!"Terdengar suara tamparan keras, aku tahu perceraian hari ini tidak bisa dilanjutkan.Tidak bisa biarkan hal ini terus tertunda seperti ini. Aku memutuskan untuk mengajak Kina bicara.Sore harinya, Kina muncul di kafe dengan wajahn

  • Cinta Sirna Tanpa Bekas   Bab 8

    Di akhir bulan, aku tiba-tiba menerima telepon dari Kina.Entah kenapa, aku langsung menjawabnya.Aku bisa mendengar erangan pelan Jefry.Dengan suara serak, dia berkata, "Kina, apa kamu harus setidak tahu malu itu? Sudah kusuruh pergi, apa kamu tidak dengar?"Kina menjawab dengan sangat lembut, "Pak Jefry, aku sangat mencintaimu.""Aku tidak mau pergi. Aku hanya ingin tetap di sisimu.""Bu Melda tidak menginginkanmu lagi. Selama kamu berbalik, aku selalu bersedia bersamamu."...Aku langsung menutup telepon dan tidak ingin mendengar suara mereka lagi.Aku tahu ini bualan dan peringatan dari gadis itu, dia berharap aku tidak kembali bersama Jefry.Bagus juga begini. Mungkin Kina lebih cocok untuk Jefry daripada aku.Bukannya putus asa, aku malah mulai bekerja keras.Selama itu, Jefry datang menemuiku beberapa kali, dia berdiri di lantai bawah gedung kantor dengan bunga lili kesukaanku.Rekan kerjaku iri karena aku punya suami yang tampan. "Melda, suamimu tampan sekali. Sudah berapa ta

  • Cinta Sirna Tanpa Bekas   Bab 7

    Setelah keluar dari rumah sakit, aku mengemasi semua barang Jefry di rumah dan mengirim ke asramanya di sekolah.Aku bahkan mengganti kunci pintu. Ketika Jefry pulang kerja dan tidak bisa membukanya, dia mulai meneleponku dengan panik.Aku merasa bising dan memblokirnya.Selama bertahun-tahun, aku begitu terlena dengan gombalannya, sampai aku hampir kehilangan diriku sendiri.Sekarang, aku memutuskan untuk mencari pekerjaan.Jefry masih memanggil dari luar pintu."Melda, tolong buka pintunya. Ini rumah kita, jangan gitu kejam. Ke mana lagi aku bisa pergi?""Melda, apa yang bisa kulakukan agar kamu memaafkanku? Katakan saja, aku bakal berubah."Dia menyingkirkan semua harga dirinya, berteriak seperti orang gila. Aku benar-benar kesal.Aku membuka pintu dan berkata dengan kesal, "Apa yang harus kulakukan, agar kamu mau bercerai? Kita nggak mungkin bersama lagi, mengerti?"Jefry tidak beristirahat selama berhari-hari, janggutnya semakin tebal. "Aku tidak mengerti. Kita saling mencintai,

  • Cinta Sirna Tanpa Bekas   Bab 6

    Alis Jefry berkerut, kemudian dia berkata dengan marah, "Dia datang mencarimu? Aku sudah memperingatkannya untuk tidak mengganggumu.""Apa ini gara-gara dia? Aku akan menghadapinya!"Melihat ekspresinya, aku tiba-tiba merasa konyol.Plak!Aku menamparnya sekuat tenaga."Jefry, inikah yang kamu bilang sudah selesai? Foto-foto yang kamu ambil sebelumnya juga bohong. Aku terlalu naif untuk memercayaimu.""Nggak, Kina menyelinap keluar dari ruang operasi. Aku sudah berusaha mengejarnya. Waktu kamu telepon, aku hendak membawanya kembali ke rumah sakit, tapi karena sudah berjanji akan pulang tepat waktu, aku tidak ingin mengecewakanmu lagi, makanya aku pulang.""Waktu aku pergi menemuinya lagi, Kina selalu bersembunyi dan menolak untuk bertemu denganku. Dia bahkan sudah dua bulan tidak ke kampus..."Jefry memegang tanganku dan berkata dengan kesal, "Kamu bisa melampiaskan amarah. Tapi lain kali, pukul aku dengan benda lain, jangan sampai tanganmu terluka."Aku tak ingin berdebat dengannya la

  • Cinta Sirna Tanpa Bekas   Bab 5

    Jefry langsung menutup telepon dan memelukku erat."Aku tidak menginginkan siapa pun selain anak kita."Dia membenamkan kepalanya di lekuk leherku dan memohon dengan lembut, "Melda, jangan tinggalkan aku. Aku akan mengurus Kina dan anaknya.""Kalau kamu khawatir, aku akan segera vasektomi. Mulai sekarang, aku akan selalu melaporkan keberadaanku, oke?"Leherku basah, Jefry menangis.Aku tidak tega dan berkata dengan tegang, "Ini terakhir kalinya, Jefry. Aku hanya memberimu waktu tiga hari untuk menyelesaikannya."Jefry menciumku dengan gembira, tatapan penuh kasih di matanya membuatku linglung.Dia tampak benar-benar mencintaiku.Keesokan paginya, Jefry membawa Kina ke rumah sakit.Dia menunjukkan foto Kina memasuki ruang operasi dan seperti janjinya tadi malam, dia akan selalu memberitahuku tentang keberadaannya.[Sayang, aku akan mentransfer uang ke rekeningnya setelah operasi. Keluarganya kurang mampu, uang ini akan memperbaiki keadaan mereka, yang secara efektif mengakhiri hubungan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status