Meskipun hatinya tidak tenang karena meninggalkan Nayla sendirian, tapi dia merasa bahwa dia tidak memiliki pilihan lain. Dia merasa bertanggung jawab atas Sefia, terlepas dari apa yang sebenarnya terjadi di pesta itu.
Zavier membawa mobilnya sendiri tanpa supir, menuju ke hotel kembali. Acara sudah selesai dan para tamu tidak terlihat lagi.
Dengan langkah yang terburu-buru, Zavier memasuki kamar hotel tempat Sefia menginap dan membunyikan bel.
Sesaat kemudian, pintu dibuka dan Kayla berdiri di hadapan Zavier dengan wajah tidak ramah.
"Sekarang, kamu akan mengurus dia dengan baik. Saya akan pergi dan menemani Ayahmu. Dia merasa bersalah atas anggur yang terjatuh dan merasa acara ulang tahunnya menjadi tidak menyenangkan," ucapnya sambil memakai sepatu.
"Mama heran, mengapa kamu harus membawa wanita licik itu ke pesta kekasihmu? Dan membiarkan mereka saling beradu karena cemburu?"
Kayla menggelengkan kepala lalu pergi dari sana.
Zavier
Nayla mengerutkan dahinya dan memegang lutut yang ditekukkan di atas ranjang mewah itu. Namun, dia masih belum berani berceloteh terlalu banyak dengan Michael."Ohya, Michael. Aku sampai lupa menanyakan kabar adikku, bagaimana keadaaannya?""Oh, tidak masalah, dia hanya harus lebih rutin menjalani cuci darah, sepertinya dia melewati satu hari, makanya dia menjadi pusing dan pingsan." Michael menjelaskan."Aku sudah membawanya pulang ke rumah semalam, dia tidak perlu menginap, kok," lanjut Michael.Nayla bernapas lega mendengar semua itu, dia merasa sedikit bersalah karena tidak bisa hadir di sana."Maaf, sudah merepotkanmu semalam," lanjut Nayla."Tidak masalah, Nayla. Kamu tahu, aku ingin melakukan yang terbaik sebagai seorang teman." Michael menjawab dengan nada tegas."Terima kasih," sahut Nayla."Sampai jumpa besok, ya?" Suara Nayla terdengar lembut dan wanita itu sengaja menguap, "ternyata aku sudah mengantuk.""Sam
Petugas layanan darurat memberikan instruksi yang cepat dan jelas kepada Nayla, yang mencoba untuk tetap tenang sambil mengikuti petunjuk tersebut.Dia mencoba segala cara untuk menurunkan suhu tubuh Zavier dan mengurangi kegelisahannya, sambil terus memegang tangannya dengan erat, mencoba memberikan kehangatan dan dukungan.Sementara menunggu bantuan datang, Nayla tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan tentang apa yang mungkin terjadi pada Zavier.Nayla segera memanggil pelayan masuk untuk membantunya.Nayla mengangkat pakaian Zavier yang basah dari lantai dengan heran. Kainnya terasa dingin dan berat di tangannya, menyebabkan rasa kekhawatiran merayap di dalam dirinya. "Kenapa pakaian Tuan basah?" tanyanya kepada pelayan dengan suara khawatir, matanya mencari jawaban yang memuaskan.Pelayan mengernyitkan keningnya sejenak, mencoba mengingat kejadian semalam."Maafkan saya, Nyonya. Tadi malam hujan de
Sejak saat itu juga, Zavier sering melampiaskan amarahnya melalui segala cara, termasuk pemaksaan bagi mereka untuk melakukan hubungan suami istri.Walau sejak saat itu, Zavier selalu pulang setiap hari. Tidak seperti yang lalu-lalu. Zavier selalu pulang walau pekerjaannya sangat banyak dan Nayla mengira itu semua adalah sebuah perubahan ke arah yang baik.Seperti semalam, pria itu tetap pulang walau hujan lebat dan dia juga berada dalam keadaan mabuk.Beberapa saat kemudian, dokter tiba di rumah mereka bersama dengan seorang perawat, membawa tas dokter yang berisi perlengkapan medis.Nayla segera membawa dokter ke kamar di mana Zavier terbaring, memperhatikan dengan khawatir setiap gerakan dokter saat dia memeriksa suaminya.Dokter dengan cermat memeriksa suhu tubuh Zavier, memeriksa tekanan darahnya, dan mencatat segala gejala yang terlihat. Setelah menyelesaikan pemeriksaannya, dia mengambil beberapa suntikan infus dan obat dari tasnya."
"Tidak perlu berterima kasih, Nayla. Kesehatan dan kebahagiaanmu serta Zavier adalah yang terpenting," ucap Michael dengan suara penuh perhatian."Aku juga berhutang kepadamu mengenai Nadira, kamu sudah memperhatikannya dengan baik," lanjut Nayla."Tidak apa-apa, itu adalah kewajiban yang harus kulakukan untuk membuatmu merasa nyaman, Nayla."Setelah berbicara dengan Michael, Nayla merasa sedikit lega. Meskipun keadaan Zavier membuatnya cemas, tapi setidaknya dia merasa didukung oleh orang-orang terdekatnya. Dengan hati yang lebih tenang, dia kembali ke sisi tempat tidur Zavier.Sementara mendengar percakapan Nayla dengan Michael, Zavier merasa getaran aneh merambat di dalam dirinya. Mata Zavier yang masih setengah tertutup perlahan-lahan terbuka sedikit lebih lebar, namun ekspresinya tetap datar, tersembunyi di balik kelopak mata yang menatap tajam ke arah kekosongan.Setiap kata yang terdengar dari percakapan itu menusuk ke dalam hatinya seperti
Seorang pelayan memasuki kamar dengan sebuah nampan, membawa semangkuk bubur ayam yang hangat."Nyonya Nayla, saya membawa bubur untuk Tuan Zavier," ucap pelayan dengan suara lembut, menempatkan nampan di atas meja kecil di samping tempat tidur.Nayla mengangguk, menyadari bahwa Zavier membutuhkan makanan yang hangat untuk membantu meredakan gejalanya. Dia berterima kasih kepada pelayan dengan senyum lemah sebelum membalikkan pandangannya ke arah Zavier."Zavier, apakah kamu ingin mencoba makan sedikit?" tanyanya dengan suara yang lembut, mencoba untuk membawa kembali kehangatan di antara mereka.Zavier mengangguk pelan, menunjukkan bahwa dia setuju. Dengan hati-hati, Nayla membantu Zavier untuk duduk lebih nyaman di tempat tidur, kemudian membuka tutup semangkuk bubur ayam yang hangat.Meskipun suasana di dalam kamar masih terasa tegang, tapi momen kecil ini memberikan sedikit kelegaan bagi keduanya.Nayla tetap berusaha untuk menjalankan k
"Tapi aku tidak pernah berencana untuk menghabiskan waktu lama di sana. Bukankah aku sudah kembali ke sini walau hujan badai semalam?"Zavier menatap Nayla dengan tatapan tajam lalu melanjukan kalimatnya. "Mereka, teman yang lain juga datang untuk menjengguk Sefia. Lalu mereka membuka botol anggur baru untuk menggantikan botol yang sudah kamu pecahkan."Terdengar napas Zavier menderu-deru karena pria itu menahan amarah dalam dirinya."Aku ikut minum karena merasa harus menggantikan momen berharga Sefia. Momen yang sudah kamu rusak!""Aku mewakilimu meminta maaf kepadanya atas kelakuanmu yang memalukan dalam pestanya!" lanjut Zavier."Nayla! Kamu sungguh tidak bisa menghargai apa yang sudah kuperbuat, malah merencanakan untuk bertemu pria lain pada saat aku tidak ada di rumah!"Nayla terpaku di tempatnya berdiri. Zavier tidak pernah berkata-kata sebanyak ini sebelumnya.Dia menatap Zavier dengan harapan, berharap suaminya bisa melihat
Kata-kata Zavier membuat Nayla terdiam dalam keheranan. Hatinya berdebar kencang, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dia menyaksikan Zavier yang tiba-tiba berubah, dari pria yang dingin dan terpisah menjadi suami yang penuh ketegasan.Dengan berat hati, Nayla mengangguk, mencoba menyesuaikan diri dengan situasi yang tak terduga ini. Dia merasakan kelegaan yang mendalam seiring dengan kenyataan bahwa Zavier masih memilih untuk berada di sampingnya.Zavier membuka pintu dan menghentikan langkahnya tanpa berbalik lalu menyampaikan dengan suara yang mantap, "Michael? Dia akan berada dalam masalah bila masih memberanikan diri untuk menganggumu!"Kata-kata itu meluncur dari bibir Zavier dengan nada yang tajam membuat Nayla semakin gemetar.Bam!Pintu ditutup dengan kasar oleh Zavier.Dalam keheningan yang menyelimuti kamar, Nayla duduk dengan berat di ranjang, membiarkan semua yang baru saja terjadi menyerap ke dalam pikirannya yang be
Dia mencoba untuk menahan ketidaknyamanan itu, tetapi terus merasa bahwa sesuatu tidak beres. Tetap saja, Zavier menutup mata rapat, fokus pada urusan bisnisnya, sambil berusaha menyingkirkan pikiran tentang kesehatannya yang semakin memburuk.Namun, semakin rapat rapat berlangsung, semakin sulit baginya untuk mengabaikan gejala-gejala yang mengganggunya. Setiap kata yang diucapkan, setiap keputusan yang diambil, terasa seperti terhalang oleh keadaannya yang semakin melemah.Tapi Zavier tetap bertahan, bertekad untuk menyelesaikan rapat dengan sukses meskipun dihadapkan pada tantangan yang tak terduga ini.Melihat wajah majikannya yang semakin memucat, asisten Zavier akhirnya memberanikan diri untuk bertanya dengan suara khawatir, "Maaf, Pak Zavier, apakah Anda merasa baik? Anda terlihat agak pucat."Zavier, yang sedang sibuk meninjau beberapa dokumen di meja rapat, sedikit terkejut oleh pertanyaan itu. Dia memandang asistennya dengan tatapan tajam, menco