Share

Bab5 Siasat Haikal

Sekian lama menunggu, di dalam bioskop namun Lovrin masih juga belum kembali untuk menonton film. Haikal memutuskan, untuk segera mencari temannya itu.

“Rin, Rin … kau tidura atau apa sih di toilet?” tanya Haikal dalam hati sambil grasak-grusuk menelusuri jalan menuju toilet.

Haikal melihat ada suara keributan di arah sebelah selatan toilet, lalu dia datang menghampiri perlahan.

“Permisi Mbak, ini ada apa ya?” selidik Haikal pada salah satu pengunjung yang kebetulan juga sedang mengamati kekisruhan itu.

“Itu lo emas, ada cewek sama cowok yang lagi rebut gara-gara ponsel.” ungkap pengunjung.

“Omg … itukan si Lovrin, gawat. Buat masalah apalagi itu anak?”

Tebakan Haikal tidak meleset, Lovrin yang memang keras kepala dan minus sopan santun memang telah berulah kembali. Haikal mendekati Lovrin, yang masih saja bersitegang dengan Kionora.

“Permisi Mbak, ada apa ini ya? Ini temen saya.”

“Oh ini temen kamu, tolong bilangin ganti ponsel saya atau kembalikan desain-desain yang sudah saya buat.” omel Kinora tanpa basa-basi.

“Oke Mba, saya ngomong dahulu sama temen saya sebentar.” Haikal berupaya mendiskusikan jalan tengah untuk masalahnya kali ini.

“Rin, kau apa-apaan sih?”

“Sudah tau salah bukannya nyari solusi eh bikin masalah!”

“Aku tidak sengaja. Siapa suruh lagi jalan main ponsel terus.” ungkap Lovrin yang tampak membela dirinya.

“Begini saja kita coba tanya sekita mall ini adakah yang bisa memperbaiki ponsel itu ataubisakah data pada ponsel kita ambil lagi.” kali ini Haikal benar-benar mengusahakan jalan keluar bagi masalah yang dihadapi Lovrin.

“Ah kau saja, aku ogah!”

“Banyak hal lain yang perlu aku urus.” tolak Lovrin pada usulan Haikal.

“Baik kalau itu maumu, berurusanlah lebih lama dengan wanita keras kepala itu!” ucap Haikal berlalu pergi karena jengkel pada Lovrin yang sama sekali tidak merasa bersalah.

Lovrin mendekati Kinora dan Ayora, yang berdiri sedari tadi menunggu keputusan dari Lovrin. Tanpa diduga, Lovrin berubah pikiran dan langsung mengajak Kinora untuk memperbaiki ponselnya, dan berupaya mendapatkan file desain Kinora.

Kinora berpikir sejenak, mempertimbangkan ajakan Lovrin yang mulai mau berdamai.

“Duh, aku minta maaf. Kau saja yang pergi mengurusi itu semua.”

“Lagi pula, kau yang merusak ponsel milikku.”

“Sudah kuduga wanita menyebalkan sepertimu, hanya ingin rebut denganku.” ejek Lovrin yang mulai meradang kembali.

“Terserah kau saja tengil. Aku mau tau beres file desain itu kembali padaku.” jawab Kinora yang juga keras kepala kali ini.

Haikal dan Ayora kebingungan, menghadapi dua orang yang saling bersikeras pada pendiriannya masing-masing. Haikal berkenalan dengan Ayora, dan mencari tahu mengapa dua orang yang baru bertemu tetapi sudah seperti musuh bebuyutan.

“Aku Haikal, kamu?”

“Ayora.” timpal Ayora sambil membalas jabat tangan Haikal.

“Mereka tampak sedikit aneh, baru bertemu sudah membenci.” kata Haikal pada Ayora yang juga merasa bingung.

“Entahlah aku pun heran.”

“Setahuku, Kinora pernah secara tak sengaja menyipratkan air hujan pada pria tengil itu.”

“Sepertinya aku tahu. Sama-sama saling ingin membalas perlakuan.”

Haikal dan Ayora pun tertawa bersama, karena kejadian itu mereka jadi menemani dua orang aneh, yang saling berkompetisi mengungguli ego masing-masing. Berbanding terbalik dengan Kinora dan Lovrin, mereka justru tampak lebih mudah akrab sebagai teman baru. Ayora sesekali menanyakan sikap Lovrin yang demikian menyebalkan.

Begitu juga Haikal, mempertanyakan bagaimana wanita secantik Kinora bisa berbicara begitu lantang pada Lovrin si pria tengil. Dari cerita keduanya, terungkap watak kedua orang yang berseteru. Mencoba saling memahami karakter temannya, Haikal dan Ayora mempunyai siasat agar masalah kecil itu, dapat tuntas segera.

Ayora memikirkan sebuah ide untuk Lovrin dan Kinora, dia menginginkan kedua orang itu untuk berbicara secara personal namun tetap santun. Saat ide itu disampaikannya pada Haikal terang-terangan Haikal menolak dengan alasan hal itu tidak mungkin terjadi karena mereka sudah telanjur saling membenci.

Tak lama dari penolakan ide tersebut, Haikal memikirkan satu siasat, untuk membuat Lovrin benar-benar menyadari kesalahan pada Kinora. Selanjutnya dia juga berharap Kinora dapat memahami karakter Lovrin, tanpa harus menyulitkan hidup Lovrin. Akhirnya Haikal memberitahu siasat tersebut, sambil membisikkannya di telinga Ayora.

Ayora hanya tersenyum, mendengar siasat gila yang akan dilancarkan Haikal dan juga dirinya. Sementara, Kinora masih berusaha menenangkan diri, dengan melihat-lihat ke lantai bawah mall, dan Lovrin juga terlihat sibuk bermain game di ponsel miliknya. Kemudian, terlihat Haikal memberikan arahan pada Ayora, untuk segera memainkan siasat tersebut.

“Ehem … Kinora dan Kau juga.” panggil Ayora pada Lovrin dan Kinora yang sedari tadi sama sekali tidak memberikan senyum di raut wajah mereka.

“Kinora tadi Kau bilang kita akan pergi mengunjungi ayahmu untuk makan malam.”

“Sekarang biar aku yang bicara pada pria ini, tenangkanlah hatimu.” bujuk Ayora pada Kinora.

“Dan Kau silakan ikut aku dan Haikal, kita selesaikan masalahmu.”

“Oke, aku sudah lelah menghadapi temanmu yang gila itu.” gerutu Lovrin dengan nada datar tanpa ekspresi.

Haikal memulai obrolannya pada Lovrin, yang masih sibuk main game di ponselnya. Haikal memberikan saran dan arahan, apa saja yang harus dilakukan Lovrin agar masalahnya cepat selesai. Dia meminta Lovrin, untuk mengajak Kinora untuk melihat pameran lukisan besok lusa. Hal itu dimaksudkan, sebagai bentuk permintaan maaf Lovrin pada Kinora.

Belum sampai penjelasan Haikal tetapi Lovrin langsung berteriak, tidak mau melakukan hal itu. Rupanya Ayora melihat peluang, agar menakut-nakuti Lovrin dengan mengatakan bahwa resto pizza tempat Lovrin bekerja, adalah milik ayahnya. Ayora juga menegaskan bahwa, dia bisa saja mengatakan pada ayahnya untuk memecat Lovrin kapan pun dia mau.   

Dengan kening mengerenyit, dan menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, membuat Lovrin harus bersikap manis pada Ayora dan dia langsung mengiyakan permintaan Haikal dan Ayora.

“Apa harus itu yang aku lakukan?” tanya Lovrin seakan meminta Ayora dan Haikal mengubah idenya.

“Kau mau lakukan bagus, kalau tidak kurasa Kau tahu apa yang akan aku lakukan padamu.” ancam Ayora pada Lovrin.

Malam sebelum ide Haikal dan Ayora dilakukan Lovrin, si tengil itu menghubungi Kinora. Dia menelepon Kinora namun tetap tidak diangkat olehnya. Lovrin begitu kesal hingga menghubungi Ayora dan mengatakan hal itu. Ayora menyemangati Lovrin agar terus menghubungi Kinora agar ide mereka dapat berjalan sesuai rencana.

“Halo, ini siapa?” suara Kinora saat telepon terhubung.

“Ini aku pria yang merusak ponselmu.” dengan nada bergetar dan penuh ragu Lovrin menjawab pertanyaan Kinora.

“Kau lagi. Apa maumu.”

“maaf, aku sibuk.” cetus Kinora seakan ingin buru-buru mematikan telepon.

“Tenang saja, aku hanya ingin menawarkan permintaan maaf padamu. Bisakah Kau datang pada pameran lukisan besok?” ajak Lovrin walaupun di hatinya dia tak menginginkan berkata demikian.

“Aku tidak bisa.”

“mengapa? Ayolah, kali ini saja.” bujuk Lovrin.

“Aku malas pergi bersama pria sepertimu, Tengil!” sambar Kinora menegaskan ketidak sukaannya pada Lovrin.

“Terserah padamu. Bila ingin file designmu kembali, datanglah tepat waktu.” ucap Lovrin santai dan menutup sambungan teleponnya pada Kinora.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status