Sejenak Cinta lupa dengan kedatangan dua wanita yang mungkin saat ini sedang bicara dengan mamanya. Hingga tepukan pelan pada lengannya oleh sang adik mengembalikan kesadarannya.
“Cie-cie yang lagi bahagia jadi nyonya Abizar. Mamas tampan tajir melintir. Ah, tidak kebayang jadi kakak yang sebentar lagi turun naik mobil dan semua keinginan akan di turuti,” goda Dinda memainkan kedua alisnya dengan mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat pada sang kakak.
“Apaan sih,” sahut Cinta sewot telunjuknya menyentuh dahi Dinda supaya menjauh.
“Kak, di luar ada keluarga mantan terindah. Mereka ingin bertemu kakak,” ujar Dinda.
“Mantan terindah? Maksud kamu keluarga Ryan? Untuk apa mereka datang. Bukannya dulu mereka yang terang-terangan menentang kedekatan kami. Datang sekarang mah dah terlambat,” omel Cinta kesal.
“Mana saya tahu, sana coba temui. Mungkin mereka punya tujuan tersendiri.” Dinda menarik lengan sang kakak dan mendorongnya untuk segera keluar dari kamar.
Sama seperti Cinta, Dinda juga bertanya-tanya alasan dua adik kakak itu menginjakkan kaki di rumah mereka.
Riani memindai sekitar mencoba menerka siapa yang baru saja melangsungkan pesta pernikahan. Sayangnya dua lupa melihat papan namanya yang terdapat depan gang di bawah janur.
Deg, jantung gadis itu berdetak lebih cepat saat melihat ukirkan henna pada tangan Cinta.
Cinta yang baru saja keluar dari kamar mengulurkan tangan menyalami dua wanita yang dulu sempat akrab dengannya. Dia mendaratkan bobotnya di hadapan kedua tamu yang dalam mimpi sekalipun tak berani diharap kedatangannya.
Dengan perasaan yang tidak enak Zenni tetap akan menyampaikan maksud kedatangannya Amanah yang dititipkan adik kesayangannya setelah lima tahun berlalu.
“Kakak sama Riani apakabar?” tanya Cinta berbasa-basi.
“Ka-kami baik,” sahut Riani tercekat.
Riani melirik sang kakak yang juga tidak enak hati dan sangat tidak nyaman. Andai waktu diputar mundur, ada baiknya mereka tidak usah datang.
Tanpa perlu penjelasan dari ukiran henna itu sudah dipastikan kebenarannya. Cinta gadis yang sangat dicintai dan diidamkan Ryan menjadi istrinya telah menikah dengan lelaki lain.
Entah kemana hilangnya janji setia dan akan menunggu dengan sabar nyatanya sekarang menikah dengan orang lain.
Cinta bungkam, menunggu yang akan dikatakan kedua tamunya.
“Ta, sebenarnya kedatangan kami kesini ingin menyampaikan pesan Ryan,” ucap Zenni memecah keheningan setelah mengumpulkan segenap keberanian.
Cinta mengerutkan alis dan mengunci pandangan pada kakak sulung Ryan. Gadis yang sangat mendukung hubungannya dengan Ryan. Naifnya saat kejadian itu Zenni hilang tanpa kabar dan terkesan mendukung keinginan sang bapak.
“Pesan!!” serunya pelan.
“Dalam waktu dekat Ryan akan pulang dan melamarmu. Waktu itu bapak tidak sungguh-sungguh menentang hubungan kalian. Bapak hanya ingin Ryan menjadi orang berhasil tanpa memikirkan urusan percintaan. Dan-” Zenni tak mampu melanjutkan kata-katanya saat melihat genangan air mata di pelupuk mata Cinta.
“Dan? Dan apa kak?” todong Cinta menggigit bibir bawah yang bergetar menahan tangis.
Riani meremas kedua telapak tangan menyadari pembicaraan mulai memanas.
Di balik tembok Widyawati dan Dinda menguping yang tamu dan Cinta bicarakan. Wajah keduanya tampak kesal dan geram hanya saja tak bisa berbuat banyak.
Cinta telah menikah dan berhak menyelesaikan masalahnya sendiri. Ibu dan anak itu saling pandang dengan satu harapan yaitu tamu tak diundang itu pergi dari sini secepatnya.
“Dan sekarang Ryan telah berhasil mendapatkan cita-citanya. Tinggal satu yang belum berhasil didapatkannya yaitu menikahimu.” Zenni berkata lantang seraya menutup mata.
Nyalinya menciut mengatakan dengan mata terbuka. Hilang sirna harga dirinya karena kekasih hati adiknya telah menjadi istri orang.
Suasana seketika hening, ketiganya bungkam larut dalam pikiran masing-masing.
Riani si mulut judes dan dulu selalu ketus pada Cinta kini diam mirip sapi ompong.
“Katakan pada Ryan kemana saja dia selama ini. Mengapa baru sekarang dia muncul setelah aku menjadi istri orang lain.”
“Dia sedang dalam pendidikan dan tidak bisa menggunakan ponsel secara bebas,” jawab Riani pelan nyaris tak terdengar.
“Aku tahu dan sangat-sangat tahu. Aku juga tahu dia sering berkomunikasi dengan teman-teman yang lain. Sedang padaku dia seolah menghilang. Jika mengatakan tidak memiliki nomorku itu alasan basi sebab aku tidak pernah mengganti nomor telepon dan dia hafal diluar kepala. Aku punya hati dan perasaan jangan karena aku pernah berkata akan menunggunya lalu dia bebas berbuat sesuka hatinya. Ini hati bukan pigura yang bebas di mainkan sesukanya,” sembur Cinta mengeluarkan unek-unek yang ditahannya selama lima tahun ini.
Cinta yang sangat besar tidak serta merta membutakan Cinta. Dia juga kesal pada sikap dan kelakuan Ryan selama ini.
Entah apa alasan Ryan tidak memberi celah sedikitpun untuk mereka saling bertukar kabar.
“Untuk masalah itu kami pihak keluarga sama sekali tidak tahu. Dan atas mana dia kakak minta maaf,” lirih Zenni yang ikut kecewa pada sikap Ryan.
Kalau itu cerita sebenar langkah yang diambil Cinta tidak salah. Wanita manapun juga tidak mau di gantung tak bertali.
Ryan keterlaluan dan juga telah membuatnya malu.
Merasa tidak ada lagi yang dibicarakan kedua kakak adik itu berpamitan pulang. Mereka juga mengucapkan selamat atas pernikahan Cinta dan semoga langgeng sampai ajal menjemput.
Zenni memegang erat tas sandang kesayangannya yang berisi uang tiga puluh juta. Lalu duduk di bonceng Riani yang melajukan pelan kendaraan roda dua keluaran terbaru.
Awalnya uang tiga puluh juta itu akan diberikan pada Cinta untuk modal persiapan pernikahan mulai dari lamaran sampai hari H.
Ryan mengatakan akan menanggung sepenuhnya biaya pernikahan sehingga orang tua Cinta tidak perlu mengeluarkan modal satu rupiah pun.
Rencana tinggal rencana, sang calon permaisuri telah menjadi milik orang lain. Mirisnya statusnya berubah sehari sebelum kedatangan mereka.
Riani dan Zenni yang berandai mungkin, mungkin jika mereka datang lebih awal. Mungkin kalau Ryan tak mengabaikan Cinta dan segala bentuk mungkin lainnya.
“Buat malu saja,” umpat Zenni.
Cinta menatap dalam wanita cantik mengenakan gamis maroon dengan jilbab senada. Wanita yang menghubunginya dua hari lalu dan mengajak bertemu dengan alasan ada yang harus dibicarakan.“Aku harap kakak mengerti yang kurasakan. Jangan pernah berpikir untuk merusak rumah tanggaku,” tegas Lyla memecah kebungkaman.Cinta menautkan alis satu kata yang ada dalam benaknya saat ini, bingung. Jujur saja dia tidak paham dengan maksud wanita cantik di hadapannya. Sebab dari awal mengirim pesan dan akhirnya membuat janji bertemu wanita itu tidak memperkenalkan secara detail siapa dirinya.“Ma-maksudnya,” sahut Cinta tergagap.“Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud, rumah tanggamu? Apa yang menjadikan alasan kamu mengira aku mengusik kehidupanmu, sedang kita baru saja bertemu saat ini??” kekeh Cinta merasa yang dikatakan wanita asing yang di hadapannya adalah lelucon.“Ah, aku lupa memperkenalkan diri padamu. Aku Lyla istri Ryan.” Lyla mengulurkan tangan memperkenalkan dirinya yang saking kesalny
“Tidak ini terlalu cepat,” gumam Abizar mematikan panggilan telepon yang baru terdengar satu kali tut.Cinta memang belakangan mengalami perubahan sikap namun tidak terlalu signifikan. Dia masih menjalankan kewajibannya sebagai ibu dan istri dengan baik.“Mungkin aku saja yang terlalu takut kehilangannya jadi terlalu parno dan berpikir yang tidak-tidak. Ah, maafkan suamimu ini Ta, terlalu curiga.” sesal Abizar yang telah berhasil berpikir jernih dan membuang pikiran buruk selama ini terhadap wanita yang telah menemaninya selama sepuluh tahun ini.Abizar kembali melanjutkan pekerjaan yang tertunda akibat pikiran buruk dan curiga pada sang istri.***[Apa kabar?][Sedang apa?][Aku tak bisa melupakan bayangan dirimu sejak pertemuan hari itu.]Dan ada banyak lagi pesan yang dikirim Ryan namun, tak satupun Cinta berniat membalasnya.Setiap pesan yang masuk akan segera dihapus, meski bertentangan dengan kehendak hati tetapi Cinta sadar siapa dia saat ini. Sangat tak pantas seorang wanita b
“Siapa Cinta?” gumam Lila, wanita beranak satu itu terus bertanya-tanya dalam hati tentang sosok yang bernama Cinta. Mustahil rasanya hanya sebatas kata-kata, pasti ada sosok yang bernama Cinta yang kemungkinan pernah hadir dalam kehidupan suaminya di masa lalu. Lyla menyesalkan mengapa dulu dia tidak mencari tahu seluk beluk masa lalu sang suami sebelum mereka memutuskan untuk menikah. “Cinta.” “Cinta.” Dalam setiap yang dikerjakan Lyla sepanjang hari ini bibirnya tak lepas menyebut kata Cinta. Kata yang sukses menyayat hati dan memunculkan banyak pertanyaan dalam benaknya. “Kenapa setelah lima tahun pernikahan kita muncul nama yang mengusik rumah tangga ini. Siapa Cinta, jika tidak ada di hatimu tak akan kau sebut dia dalam percintaan kita. Tidak, tidak Lyla, kau tak boleh lengah dan lemah. Singkirkan semua benalu yang mengusik ketenanganmu. Kau harus mencari tahu siapa Cinta.” Lyla mengambil gawai miliknya yang merupakan hadiah pernikahan kelima dari Ryan. Jempolnya lincah men
Lyla menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya, dia baru saja selesai menjalani kewajibanya. Namun, hatinya terasa hancur lebur ini pertarungan kedua dalam minggu ini dan setiap mencapai puncak suaminya selalu menyebut kata Cinta.Nalurinya sebagai istri mengatakan cinta yang dimaksud suaminya bukan dia melainkan nama gadis dalam masa lalunya. Sebelum memutuskan untuk menerima lamaran Ryan lima tahun lalu dia sempat mencari tahu siapa saja gadis yang pernah menjalin hubungan dengan Ryan.Dan dari sekian banyak gadis yang pernah dekat dan menjalin hubungan dengan Ryan hanya yang bernama Cinta cukup menarik perhatiannya. Dia juga mengetahui mereka punya kisah unik dan itu semua kakak adik Ryan yang menceritakannya.Entah sadar tau tidak Ryan menyebut Cinta, tetapi cukup menarik perhatiannya. Beribu pertanyaan berkecamuk dalam benak salah satunya, apakah suaminya kembali menjalin hubungan dengan wanita itu.Dia harus mencari tahu kebenarannya, sebelum semua terlanjur jauh. Karena bu
Sudah dari tiga puluh menit yang lalu Abizar memperhatikan sang istri yang sedang menyiram taman samping. Wanitanya itu sedang melamun, entah apa yang mengusik pikirannya belakangan.Abizar menutup berkas terakhir yang baru akan diperiksanya dan memutuskan mendatangi sang istri. Sebagai suami dia tidak ingin melihat istrinya bersedih, selama ini segala usaha dilakukan untuk membahagiakannya.Jika kemurungan itu oleh seorang maka dia tidak akan pernah tinggal diam, ada harga yang harus orang itu bayar karena telah membuat wanitanya bersedih.“Sayang, mas ingin kamu jujur, apa, mengapa dan siapa yang telah membuat kamu murung dan lebih banyak melamun belakangan ini?” tanya Abizar to the point sehingga mengagetkan Cinta yang sedang membayangkan masa-masa cinta monyetnya bersama Ryan.Ryan yang terus mengusiknya sedikit demi sedikit berhasil mengalihkan jalan pikirannya.“Tidak ada mas, aku hanya memperhatikan bunga-bunga itu, alangkah enaknya menjadi mereka.” Cinta mengulas senyum menata
Perasan Cinta gelisah tidak menentu, yang di rumah hanya raga sedang hati dan pikiran terbang jauh di angkasa. Pertemuan tak disengaja dan teror pesan berantai yang dikirim Ryan berhasil mengusik ketenangan hidupnya. Perlahan kehangatan dan rasa cinta pada Abizar memudar. Hari yang selalu penuh warna kini jadi hitam putih dan hampa. Sebagai wanita tahu terima kasih Cinta tetap bersikap biasa saja. Dia tidak ingin mengecewakan Abizar yang telah meratukannya. Terlalu kejam dan sadis andaikata dia sampai pergi dan memilih Ryan yang jelas-jelas saat ini telah menjadi suami orang. Entah apa yang terjadi jika saja pasangan mereka sampai tahu sepak terja