Share

CT30jt Bab 6.

Cinta mengatakan dengan menutup mata dan detak jantung yang berpacu. Sedang Abizar tersedak seolah tertelan biji kedondong.

Nada tenang dan suara lembut dalam penyampaian baris kalimat yang memang di tunggu Abizar selama ini akhirnya terwujud.

Pria tampan dan penyabar itu meletakan gawai lalu memutar tubuhnya agar bisa saling berhadapan. Kali ini dia yang akan bertanya, meski tidak ada kata saling cinta dia tidak ingin ada penyesalan saat semua telah terjadi.

Tangan yang telah kosong terangkat menyentuh dagu gadis yang mungkin sebentar lagi akan dimiliki seutuhnya, kalau jadi.

“Buka matamu dan lihat mas, kamu memang tanggung jawab mas namun, mas tidak ingin ada keterpaksaan dan penyesalan belakangan. Sebab setelah sekali saja melakukannya maka tidak akan bisa kembali seperti semula. Kamu tidak perlu merasa bersalah, seperti ini saja sudah membuat kita pasangan bahagia,” jelas Abizar sesaat setelah Cinta mengangkat kelopak matanya.

“Ini yang menjadi alasan mengapa aku rela raga ini untuk mas. Di balik sikap dingin kaku mas sangat peduli padaku. Aku tahu saat listrik padam malam hari mas akan terjaga sekedar untuk mengipasku supaya tidak kepanasan. Mas selalu membeli apa yang aku minta walau mungkin sedang sibuk dan mas juga dengan sabar merawatku saat sakit. Sedang aku, tidak ada yang bisa aku berikan untuk membalasmu,” beber Cinta menumpahkan lahar panas yang menggenang di pelupuk matanya

Abizar menyorot dalam mata indah yang saat ini basah, ada ketulusan dan rasa bersalah di sana. Dia pribadi tidak pernah mempermasalahkan sikap dan perlakuannya. Itung-itung timbal balik karena Cinta telah mengurus makan dan pakaiannya.

Cinta yang tahu masih ada keraguan dalam benak sang suami memberanikan diri untuk menempelkan kedua bibir mereka. Jangan tanya apa dia sudah pernah melakukannya, tidak, Cinta belum pernah melakukannya sama sekali.

Ilmu menempel bibir sebagai salam pembuka dia dapat dari menonton film biru. Iya, Cinta sampai rela menontonnya demi bisa menyenangkan dan membuat Abizar bangga.

Mendapat lampu hijau dan pancingan Abizar tidak lagi ragu hanya saja sebagai pria yang sangat ingin memperlakukan wanitanya dengan sangat istimewa dia tidak mau melakukan sekarang.

Sangat lembut Abizar menjauhi Cinta hingga tercipta jarak antara keduanya.

“Mas menolakku,” ujar Cinta sewot dan membuang wajah yang merah padam menahan malu.

Dia sudah menanggalkan harga diri dan membuang jauh-jauh yang ada malah mendapat penolakan.

“Apa aku sangat menji-” Abizar meletakkan telunjuk pada bibir yang baru saja hampir membuatnya terhanyut. Beruntung kesadaran kembali saat menyadari saat ini mereka sedang duduk di gazebo depan.

“Mas hanya ingin memberikan suatu yang istimewa untuk wanita spesial. Sekarang kamu bersiap mas akan mempersiapkan semuanya. Sore ini juga kita akan berangkat ke puncak”

“Puncak??” Cinta mengedipkan mata berkali-kali.

“Kamu mau? Kita sekalian jalan-jalan.”

“Pekerjaan mas?” Cinta mencari-cari alasan sebab dia tidak menduga akan pergi berdua dengan suami kutub utaranya.

“Suamimu ini pemiliknya, mau sebulan bahkan tidak ke kantor pun tidak masalah.” 

Abizar mengulum senyum geram saat melihat Cinta tersipu malu dan buru-buru berbalik dan berlari kecil masuk ke rumah.

“Dasar manja,” kekeh Abizar menyusul dengan berjalan santai.

Tangannya lincah memerintahkan orang-orangnya untuk mempersiapkan semua yang butuhkan. Akhirnya dahaganya akan terbasuhkan dan rumah ini sebentar lagi akan diisi tangis dan tawa darah dagingnya.

“Apa dia mencintaiku? atau hanya …”

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status