Share

CT30jt Bab 8.

“Makanya itu otak dicuci bersih biar tidak kotor. Dalam sini pasti isinya sangat jorok,” bisik Abizar tepat ditelinga Cinta.

Mulut Cinta terbuka sempurna mendengar bisikan Abizar yang terkesan mengejek. Tangannya menggelap sisi kiri kepalanya bekas telunjuk Abizar menempel.

“Cinta, apa yang sedang kau pikirkan hingga mempermalukan diri sendiri seperti ini,” umpatnya setelah mendengar daun pintu tepat di belakangnya ditutup.

Cinta memutuskan untuk beristirahat setelah menyantap hidangan yang disediakan oleh penjaga villa. Orang tua Abizar membayar sepasang suami istri untuk menjaga dan merawat setiap villa milik mereka. Suami sebagai tukang kebun dan istri sebagai pelayan dan juru masak jika ada yang berkunjung.

Petang harinya baru Cinta merengek pada Abizar untuk jalan-jalan sekitar kampung. 

Hati Abizar sangat bahagia melihat Cinta yang antusias dan bersemangat saat keinginan berkeliling di turuti. Tidak peduli harus mengenakan sepeda ontel sebagai penyambung kaki agar tidak terlalu lelah.

Cinta yang berbahagia tidak sadar merangkul pinggang Abizar hingga membuat dua aset berharganya menempel sempurna di punggung Abizar.

Abizar yang tidak pernah bersentuhan dengan barang langka itu menjadi tidak karuan. Tubuhnya mendadak panas dingin dan jantung berdetak melebihi rata-rata, dia sama sekali tidak bisa menikmati perjalanan.

“Ya Tuhan ampuni pikiran yang telah merasukiku,” batinnya setelah mereka sampai di villa kembali.

Tangan yang bisanya kuat memegang pulpen seharian dan menari di atas keyboard petang menjelang malam ini gemetaran memegang stang sepeda.

Dan tubuhnya ambruk ke lantai begitu sosok Cinta hilang dan sekitarnya.

“Aku bisa gila, setiap hari dia seperti ini.”

*** 

Langit malam telah mengepakan sayap, cahaya hangat dan terang benderang sang surya berganti hawa dingin dan temaram sinar rembulan.

Semakin beranjak malam maka semakin menjadikan pasangan anak manusia yang terikat pernikahan karena perjodohan itu tidak karuan.

Deru nafas dan detak jantung masing-masing bisa di dengar, saling lirik lalu membuang muka entah berpuluh kali dilakukan.

Keduanya sama-sama tercekat dan kesulitan untuk mengucapkan satu huruf sekalipun.

Cinta mencoba memejamkan mata dan memberanikan merebahkan kepala pada bahu Abizar. Bila bibir tak mampu bicara mungkin bahasa tubuh bisa mewakili kata.

Abizar menghembuskan nafas kasar lalu mengulurkan tangan menyentuh pipi mulus Cinta dan mengelus lembut.

Dengan segenap keberanian dan mengumpulkan sisi kelelakiannya Abizar angkat suara.

“Ta, kamu bersungguh-sungguh akan memberikan semuanya padaku demi pernikahan kita. Jika kamu berubah pikirkan segera katakan sebelum ter-” Cinta juga telah mendapatkan kekuatan membuka mata dan sedikit mendongak menyorot tatapan tepat pada mata elang yang meneduhkan.

“Aku sudah pikirkan hal ini sangat matang dan jauh-jauh hari. Malam ini aku ulangi kata-kataku. Aku ikhlas dan ridho menyerahkan jiwa dan raga ini padamu. Ajari aku menjadi istri sholehah dan sesuai keinginanmu. Bimbing dan tuntun aku serta tegur jika salah,” hembus Cinta setulus hati.

“Ja-jadi ka-kamu siap??” lagi Abizar mengulangi pertanyaannya.

Dia harus memastikan ini bukan keterpaksaan, teringat pesan mama Rahayu jangan lakukan karena terpaksa.

“Insya Allah, lakukan lah.”

Nada suara Cinta terdengar pasrah dan menyerah di sela ketakutan dan segala macam rasa yang sulit diungkapkan.

Dengan mengucap bismillah tiga kali Abizar mengajak Cinta untuk shalat sunnah dua rakaat. Setelah mengucapkan salam dan berdoa dia berbalik menghadap Cinta yang menunduk.

Bibirnya merapalkan doa yang biasanya dibacakan saat malam pengantin. Meski terlambat setahun Abizar tetap mengamalkannya malam ini.

Cinta hanya pasrah kala tangan yang tadinya di ubun-ubun perlahan turun menyusuri pipi lalu membuka mukenanya.

“Maaf.” Abizar membopong tubuh langsing Cinta menuju ranjang.

“Maaf, jika nanti aku membuatmu sakit. Atau kurang nyaman. Sebab kita sama-sama belajar,” ungkap Abizar merebahkan Cinta tepat di bawahnya.

Cinta mengangguk dan melingkarkan kedua lengan pada lehernya.

Senyum tulus dari bibir tipis yang sejak tadi bungkam cukup menjadi jawaban.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status