Rangga keluar dari dalam kamar mandi, di pinggangnya sudah terlilit handuk berwarna biru. Sekarang dia sedang mengeringkan rambut nya dengan handuk kecil.
Rangga menatap tubuh nya di depan cermin. Tato di dada nya terlihat jelas bahkan dia masih mempunyai niatan untuk menato tubuh nya lagi di bagian punggung.
"Mama bakalan marah gak ya liat gue bertato seperti ini?" ucap nya berbicara sendiri di depan cermin.
Rangga menatap tubuh nya di dalam cermin dengan sangat teliti.
"Bodoamat! Emang mereka mau marah ke gue? Memangnya mereka ngurusin gue tiap hari, enggak kan? Udahlah Rangga jangan hiraukan mereka cukup lakukanlah apa yang bisa buat lo senang oke." tutur nya sambil lalu menaik turunkan kedua alis nya.
Tiba-tiba Brian membuka pintu kamar Rangga tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia langsung masuk seenaknya hingga membuat Rangga kaget dengan kehadiran Brian dari arah cermin di hadapan nya
Kaina bingung melihat Rangga tiba tiba membawa koper dan juga tas yang di gendongnya pada malam ini."Loh, loh loh mau kemana kamu Rangga?" tanya Kaina cepat, tadinya Kaina sedang merapikan meja makan untuk bersiap makan malam.Rangga tidak menjawab pertanyaan Kaina, ia terus berjalan ke arah pintu luar. Matanya sudah terlihat sembab akibat menangis tadi bahkan bajunya saja tidak begitu rapi, terlihat acak acakan namun ketampanan nya bisa menutupi kekurangan itu."Rangga kamu mau kemana?"Kaina masih tetap penasaran sedangkan Rangga tetap diam dan terus berjalan tanpa memperdulikan pertanyaan Kaina tadi. Kaina menyusul Rangga yang terus berjalan hingga sampai di ruang tamu."Rangga berhenti." pinta Kaina setengah berteriak.Rangga menghentikan langkah nya namun dia tidak menoleh. Dia berdiri membelakangi Kaina dengan pandangan kosong ke arah luar."Kamu mau kemana? Kenapa
Kaina merasakan ada sesuatu di dekat nya, sesuatu yang membuat dia merasa tidak nyaman.Kaina membuka matanya lalu mengusap usap mata tersebut. Dia melihat sesuatu yang membuat nya tidak nyaman itu, berapa terkejut nya dia ketika tau Brian sedang tidur di sebelahnya dan memeluk erat tubuh Kaina dari samping.Wajah angkuh dingin dan kasar tidak berlaku pada saat ini. Wajah yang sebelumnya terkenal jahat tiba tiba menjadi lembut saat tertidur, polos dan terlihat mengemaskan.Kaina bingung harus bagiamana sementara dia merasa tidak nyaman dengan posisinya itu. Jika Kaina bergerak sedikit saja sudah pasti Brian akan terbangun."Aku harus bagaimana ini? Jika aku bergerak aku yakin mas Brian akan terbangun, jadi harus bagiamana aku? Masak iya diam hingga Mas Brian bangun? Yang ada aku gak masak dan gak bisa bersihkan rumah ini," ucap Kaina bingung.Kaina mencoba menyingkirkan tangan Brian dari atas perutnya de
Di London...Rangga terus menatap ke arah luar jendela sambil memeluk erat foto dirinya bersama sang Oma tercinta, rindu dan penyesalan semakin menjadi di pikirannya. Tangisan pecah saat itu, di mana Rangga merasakan hancur yang sangat luar biasa melihat foto sang Oma tersenyum manis di foto."Oma, Rangga has returned to London. Tapi kenapa Oma malah pergi, pergi di saat Rangga tidak tau lebih dulu sakit nya kenapa Oma tidak mengabari Rangga, kenapa?" Air mata terus bercucuran di pipi Rangga.Seseorang membuka pintu kamar tersebut lalu terlihat lah wajah cantik Nyonya Wilson.Rangga tidak memperdulikan kehadiran siapapun itu, dia tetap pada posisi awal. Nyonya Wilson mendekat ke arah Rangga dengan membawa makan siang untuk nya."Rangga ini makanan kamu! Sudah jangan bersedih lagi, jika kamu bersedih kami juga akan ikut bersedih sayang," ujar Nyonya Wilson.Rangga diam, percum
Kaina membawa dua kresek besar berwarna hitam, dia sedikit kesusahan membawa dua kresek yang berisi penuh belanjaannya. Kedua tangan nya merasa lelah membawa dua kresek besar itu hingga dia memilih untuk berhenti sebentar."Berat sekali! Huh mana masih jauh lagi mau naik angkot uang sudah habis." Kaina mengusap keringat di dahi nya.Dia duduk di trotoar jalan dengan kedua kresek belanjaannya tersebut mungkin dengan sedikit beristirahat rasa lelah nya akan berkurang.Kaina duduk melihat lalu lalang kendaraan yang lewat. Hembusan nafas lesu membuat Kaina memejamkan mata sebentar.[indah namun tak bisa untuk digapai. Bahagia namun tak bisa aku temukan dan Senang tak bisa aku miliki saat ini. Seperti aliran air yang mengalir apa adanya, seolah olah mampu tapi tak kuat untuk di akhir, ]Kaina tersenyum dengan ucapan di hati nya tersebut. Benar benar dalam makna dan pengorbanan nya, berjuang
Brian berjalan menuju ruangan pribadi di kantor Ayah nya. Dia berjalan dengan sangat angkuh nya, ekspresi wajah nya selalu dingin. Setiap sapaan karyawan yang ia lewati tidak pernah di jawab oleh Brian."Selamat pagi Tuan.""Pagi Tuan muda.""Selamat pagi Tuan muda Brian.""Selamat pagi Pak.""Selamat pagi Pak Brian."Kurang lebih seperti itu sapaan dari para karyawan yang Brian lewati. Brian acuh, dia tidak peduli dengan semua sapaan yang hanya membuang waktu berharganya itu."Setiap hari menyapa Tuan muda tidak pernah di jawab yang ada hanya marah marah," kata salah satu karyawan perempuan yang berbadan agak gemuk."Iya senyum pun gak pernah terhadap semua karyawan apalagi mau menjawab sapaan kita," sahut teman nya yang berambut keriting."Kenapa bisa begitu ya? Padahal Tuan Wilson gak seperti Tuan muda, Malahan Tuan Wilson jauh
"Rangga kenapa pergi ke London? Bukan karena di usir sama kamu kan Mas?" tanya Kaina pelan.Sementara Brian tidak memperdulikan itu, ia terus menikmati makan malam nya."Iya kan Mas? Rangga pergi karena di usir?" Kaina semakin penasaran.Brian langsung menghentikan makan nya, dia melempar garpu dan sendok ke arah lantai dengan sembarangan membuat Kaina yang berdiri di dekat Brian sontak sangat terkejut karena itu.[Oh tidak aku melakukan kesalahan malam ini, ]Kata Kaina di dalam hati nya lalu dia memilih untuk diam dan menunduk ketakutan. Brian menoleh ke arah Kaina, ekspresi kesal terlihat jelas di wajah nya sekarang."Bisa diam tidak? Tidak ada urusan nya kamu dengan Rangga, buat selera makan aku hilang saja!" bentak nya."Maaf Mas," jawab Kaina langsung."Maaf maaf! Isi otak kamu itu selalu di isi kata maaf terus dasar gadis tolol kal
Kaina malam ini tidak bisa tidur nyenyak, ia memikirkan keadaan Rangga. Rasa penasaran nya semakin besar terhadap kepergian Rangga ke London. Kaina menduga bahwa kepergian Rangga tidak lain ada hubungan nya dengan Brian.Kaina mencoba untuk tidur namun rasa gelisah membuat dirinya tidak bisa tertidur dengan tenang. Miring kanan lalu miring kiri mencoba agar dia bisa tertidur namun tetap saja tidak bisa. Kaina langsung bangun dari tidurnya, duduk di atas ranjang sambil lalu mengusap wajah nya."Hm, semoga saja tidak terjadi apapun terhadap Rangga di sana, semoga dia baik baik saja," ucap Kaina dengan penuh harapan."Hebat sekali keluarga ini, bisa keluar negeri dengan bahasa Inggris yang sudah sangat fasih dalam berbicara. Keluarga kaya, rasanya malu sekali aku berada di bagian keluarga ini juga meskipun tidak pernah di anggap oleh Mas Brian dan juga orang tuanya masih belum tau pernikahan ini. Menyedihkan sekali diriku" tutur
Hujan di pagi hari membuat semua orang merasa enggan untuk keluar rumah atau pun beraktivitas, termasuk Kai Jordan yang tidak lain adalah sahabat Rangga. Sekarang dia dengan duduk santai dengan kaki di angkat ke atas meja, tangan kanannya memegang satu batang rokok yang terus mengeluarkan asap.Kai menyandarkan kepala nya di sofa berharga miliyaran itu. Dia memejamkan mata nya sebentar, berusaha menenangkan pikiran nya yang sangat kacau."Gue bingung dengan hidup ini, kapan rasanya gue bisa di pertemukan dengan dokter kecil gue! Sudah bela belain datang ke Surabaya seminggu yang lalu untuk bertemu dengan dokter kecilnya namun tetap saja gak ada, kenapa sulit sekali rasanya bisa menemui dia," tutur Kai berbicara sendirian.Kai menghisap rokok nya lalu melempar batang rokok yang sudah kecil itu di atas meja."Mungkin gue yang bodoh mencintai dokter kecil itu hingga terlalu dalam seperti ini, selalu memikirkan di