Share

Kenakalan

“Eh....beneran? Calista udah jadian sama Eden?” Terdengar bisik-bisik dari sekumpulan anak di kantin, yang memperhatikan kedua sejoli itu duduk di meja paling pinggir. Terlihat sekali kalau mereka mencuri-curi pandang memperhatikan pasangan itu yang sedang duduk berhadapan sembari mengobrol dengan asyiknya.

“Sepertinya kita jadi bahan gosip anak-anak....” ucap Calista yang beberapa kali memergoki beberapa anak yang sedang mencuri-curi pandang ke arah mereka.

Eden hanya tersenyum, lalu tiba-tiba mengambil sendok, menyendokkan pada nasi uduknya lalu memasukkannya ke mulut Calista.

“Eden!” desis Calista namun mau tidak mau dia membuka mulut dan mengunyah nasi itu.

“Biarin! Biar gosipnya tambah hot....” ucapnya sambil terkikik geli, sementara wajah Calista bersemu merah.

“Si Calista kesambet apa sih?” tanya Inneke yang memperhatikan temannya itu dari kejauhan.

 Di sebelahnya Arabel yang sedang asyik memakan mie ayam, melihat ke arah Calista dan Eden...tepat di saat Eden mengelap makanan di sudut bibir Calista.

“Waduh, mesra banget.... Si Koko aja udah lama jalan sama aku, nggak pernah segitunya....” ucap Arabel sambil mendongak dengan mulut penuhnya.

“Kalau aku bilang kok lebay ya...”

Arabel hanya menaikkan alisnya, dirinya tidak terlalu memikirkan hal itu sebenarnya. “Ya nggak apa....namanya juga pacaran. Ada yang mesra, ada yang biasa saja.”

Inneke menghela nafas, “Bukannya aku cemburu...hanya saja mendengar berita kalau Eden itu anak nakal membuat aku sebagai teman Calista jadi cemas...”

“Percuma kalau ngomong apa pun juga, Ke....namanya orang lagi jatuh cinta,” cetus Arabel sembari meneguk es teh manisnya.

Bunyi dering sekolah berbunyi, tanda masuk kelas.Arabel dan Inneke bangkit dari kursinya, begitu juga murid-murid yang lainnya. Selang sepuluh menit kemudian, kantin pun sudah sepi kecuali dua insan yang masih duduk di pinggir kantin.

“Eden....udah selesai makannya? Semua sudah masuk ke kelas....” ucap Calista panik, melihat Eden yang masih mengunyah makanan ke-duanya.

“Udah....Calista....tenang aja. Pelajaran Akuntansi di kelasku....bosan...” kata Eden dengan nada santai. “Oh iya....”

Dia mengedipkan mata lalu berbisik ke telinga gadis itu, “Bolos aja yuk....sekali-sekali...”

“Kamu udah gila ya?” kata Calista dengan wajah cemas, lalu memperhatikan ibu kantin yang sedang mencuci piring.

“Ya nggak lah.... Sekali aja kok Calista, yuk ah...” kata Eden sembari tertawa, lalu menyudahi makanannya dan bangkit berdiri. Dia mengulurkan tangannya ke Calista....

“Beneran?” kata Calista cemas.

Dirinya belum pernah bolos dari kelas sama sekali, boro-boro bolos....Calista belum pernah dihukum karena telat masuk sekolah sama sekali! Nilainya selalu baik di sekolah...jadi bolos ini merupakan hal baru untuknya....

“Beneran...yuk ah...” Eden mengulurkan tangannya, yang dengan cepat direspon oleh Calista.

Gadis itu sendiri merasa heran, kenapa dia dengan mudah mau menerima ajakan itu. Dirinya sempat ragu sesaat, namun saat merasakan hangatnya telapak tangan Jorge yang menggenggamnya...semua jadi sirna seketika. Dia malah berjalan mengendap-endap bersama cowok itu menuju pintu kecil di belakang kantin...yang rupanya terhubung dengan parkiran motor.

Calista mengikuti Eden yang berjalan ke arah motor besarnya...memasang helm yang diberikan cowok itu padanya.

“Kita mau ke mana?” tanya Calista heran sambil memeluk pinggang lelaki itu dari belakang. Jok motor yang tinggi membuat dia melengkungkan punggungnya dan mendekap pria itu dengan erat.

“Kejutan...kejutan...” kata Eden itu sembari tersenyum.

Motor mereka melaju dengan kecepatan perlahan, melewati pos sekolah security yang sedang tertidur... lalu setelah itu semakin cepat membelah jalan raya, berbelok ke jalan besar yang penuh dengan pepohonan di pinggir kiri dan kanan. Perjalanan satu jam terasa cepat karena Eden yang selalu menceritakan pengalaman-pengalamannya yang menarik...sementara Calista hanya mendengarkan sambil tertawa dan sesekali menimpali. Kebanyakan cerita dia bersama teman-temannya, kenakalan remaja.....sesuatu yang baru untuk Calista dan dia mendapatinya sangat menarik.

Semua tentang Eden terasa menyenangkan baginya.....

“Waahhh....pantai...” seru Calista sambil melihat pesisir pantai dari kejauhan. “Cantiknya...” katanya sambil mengagumi birunya air yang sudah terlihat dari kejauhan.

“Cantikan kamu....” timpal Eden lalu tertawa.

“Gombal!”

“Biarin aja gombal...memang kenyataannya begitu!”

Calista tersenyum-senyum, hingga motor itu melaju memasuki area parkir di tepi pantai. Dia turun secara perlahan sambil memegang pundak Eden, sementara cowok itu membuka helmnya dan menyisir rambutnya yang acak-acakan dengan jari di depan kaca spion.

Calista menjejak ke pasir, masih lengkap dengan sepatu sneakers, rok abu-abu dan seragam sekolahnya. Dia berjalan dengan cepat, mendekati air dan menghirup udara dalam-dalam.

“Segar..... Eden, ayo kemari!” panggil Calista sambil menengok ke Eden yang masih berada di belakangnya...berjalan perlahan sambil melihat handphone.

“Oh ya?” katanya sembari mendongak dan tersenyum pada Calista. “Bagus kan pemandangannya....ini kejutanku!”

“Iya bagus....aku udah lama nggak jalan-jalan kemari,” ucap Calista senang. Sejak tahun ini, musim ujian....tambahnya dalam hati. Sejenak dia merasa cemas karena kabur dari jam sekolah, dan menatap Eden yang balas melihatnya lalu tertawa.

“Kenapa Calista? Kok wajahmu khawatir begitu....?” tanyanya sambil berdiri di samping gadis itu dan meraih tangannya lagi. “Ayo kita duduk saja di bawah pohon kelapa itu....hawanya terik banget, kepalaku jadi pusing!”

Mereka berjalan sambil bergandengan tangan ke bawah pohon kelapa dan duduk di kursi kayu yang panjang. Pantai terlihat sepi, hanya ada beberapa orang yang ada di situ, itu pun jauh dari mereka.

“Aku baru sekali bolos....jadi kepikiran...” ucap Calista gugup. “Apalagi di kelasku pelajaran Matematika....yang pasti soalnya keluar di ujian...”

Eden menggeleng-gelengkan kepala lalu tertawa, “Ya ampun Calista....udah di sini kok masih mikirin pelajaran sekolah. Tenang aja, kan nanti bisa pinjam catatan teman sekelasmu, siapa namanya? Arabel?”

“Ya dan Inneke....” timpal Calista sambil memikirkan ekspresi kedua sahabatnya itu saat Calista tidak balik ke kelas.

“Santai, sayang...sekali-sekali bolos, pacaran di pinggir pantai,” kata Eden sambil meremas tangan Calista. “Menikmati masa remaja....”

Calista tersenyum sambil menatap Eden yang duduk mendekat kepadanya sambil merangkulkan lengannya di bahu Calista. Eden mengecup pucuk kepala Calista lalu membuat kepala gadis itu bersender di bahunya.

“Eden....kamu sering kemari?”

“Cuma sekali, kan aku baru pindahan dari Surabaya....waktu itu main sama teman-teman...”

“Teman sekolah?”

“Aku temenan nggak hanya sama teman sekolah...Banyak dari luar sekolah, kenalan di kafe dan club....” cetus Eden sambil memainkan rambut Calista yang menjuntai di bahunya.

“Ohhh....”

“Aku pandai bergaul, sayang.... Banyak temanku....”

Calista mendongak sekilas, melihat Eden...yang tentu saja dibalas oleh lelaki itu sembari tersenyum. Dia mendekatkan wajahnya lagi ke Calista, lalu mencium bibir ranum gadis itu. Calista hanya bisa pasrah saat lidah pria itu menyeruak masuk ke dalam bibirnya, ada rasa aneh dan geli...namun lama kelamaan dia menikmatinya. Bibirnya ikut terbuka saat Eden mencium dan menggigit bibir bawahnya hingga dia mendesah.

Kalau memang seperti ini, bisa bahaya....pikir Calista saat tangan Eden mulai merambat ke bagian tubuhnya yang lain. Badannya menginginkan lebih tapi otaknya mengirim sinyal untuk berhenti.

“Kenapa...” tanya Eden dengan matanya yang sayu dan berkabut saat Calista menarik bibirnya dan beringsut sedikit menjauh.

“Nggak apa....hanya saja, aku takut...” ucap Calista lirih dengan wajah yang memerah.

“Takut apa?” tanya Eden yang berusaha menahan hasratnya....namun penasaran juga dengan kepolosan gadis yang duduk di sampingnya.

“Takut aja....aku belum pernah pacaran...” ucap Calista, sejenak merasa ragu untuk mengatakannya.

Eden membelalakkan mata mendengar jawaban Calista, namun tak urung dia mendengus menahan tawa.

‘Ada yang lucu?” tanya gadis itu kesal.

“Ya...kamu....” jawab lelaki itu sembari tertawa. ‘Kamu yang lucu!”

‘Kenapa?” Calista menaikkan alisnya heran bercampur jengkel.

“Kamu terlalu polos....namanya pacaran ya wajar cium-ciuman seperti itu, sayang. Itu kan ungkapan sayang dari aku pada dirimu...” katanya lagi sambil mendekatkan wajahnya ke Calista.

Gadis itu menaikkan alis sebelum Eden mencubit pipinya, lalu mencium bibirnya lagi secara cepat. “Nah itu....tanda sayangku...”

“Ya udah, nggak usah dipikirin. Aku mau beliin kita es kelapa dulu ya di sana. Kamu tunggu di sini...” ucapnya sambil mengelus rambut Calista, lalu melangkah pergi...berjalan ke

arah pondok yang bertuliskan sedia minuman es kelapa.

Calista mengambil handphone di tas dan dia melihat banyak pesan masuk. Betul juga kalau Arabel mengirim teks kepadanya banyak sekali....

Ya ampun, ini anak...sabar kenapa sih? pikir Calista dalam hati.

Calista, kamu ke mana? Kamu bolos, hiks....

Calista.....aku khawatir

Calista, balas pesan ini dan bilang kamu baik-baik saja!

Calista mengetik balasan pesan untuk menenangkan Arabel dan Inneke, sembari meminta catatan mereka. Tanpa menyadari kalau dirinya diperhatikan lama oleh kedua pria yang berdiri tidak jauh dari Calista.

“Hai cantik.....kok sendirian di sini? Masih pakai seragam sekolah lagi...bolos ya, hehe....” panggil salah seorangnya yang memakai kaos merah dan celana pendek bermotif pantai.

“Kenalan dong....cantik amat sih!” timpal temannya lagi yang berperawakan lebih besar.

Calista melihat mereka dengan tatapan takut namun dia diam saja dan menundukkan kepalanya lagi sembari memperhatikan handphone. Berharap kedua pria itu berlalu dari hadapannya.

“Sombong amat sih....”  Terdengar salah seorang dari mereka mendecih, dan berjalan mendekat ke Calista.

“Kita boleh duduk di sini ya, kenalan dong....” cetus pria berbaju merah lagi sambil berjalan mendekat ke Calista dan membuat gadis itu duduk beringsut menjauh dengan perasaan takut.

“Maaf, aku lagi nunggu pacarku di sini...” katanya dengan wajah gugup.

 Dia belum pernah berhadapan dengan pria-pria seperti ini, yang penampakannya seperti pria jalanan. Maklum dia anak rumahan dan selalu ada paman dan ibu yang menjaganya. Calista jadi merasa sangat takut, dia melihat ke arah Eden tadi pergi namun tidak melihat penampakan pria itu sama sekali! Calista berharap Eden segera datang!

“Mana? Kamu bohong ya....bilang aja lagi sendirian...” goda pria yang berbadan lebih besar. Dia mulai memegang tangan Calista hingga gadis itu bergidik ketakutan.

“Lepaskan...” katanya sambil mencoba melepaskan tangannya, namun tidak bisa.

“Ayo kita main-main sebentar....” katanya sambil menarik tangan Calista, sementara pria yang satu lagi hanya terkekeh.

 Gadis itu meronta namun dia diseret oleh kedua pria itu, berdiri dan ditarik menuju ke arah belakang pohon. Dia melihat ke sekeliling tapi memang sama sekali tidak ada orang.

“Ayo....sebentar saja, kamu cantik dan seksi sekali....kami akan memberikan pengalaman yang tidak terlupakan,” kata pria berbaju merah sambil tertawa.

“Nggak mau...lepasin!!” ronta Calista sambil mulai menangis.

Dia berusaha memberontak dan lari, tapi tangannya tidak bisa lepas dari pria itu. Tenaganya terlalu kuat untuk dilawan Calista...ditambah mereka ada dua orang.

“Edennnnnn! Edennnn!!!” jeritnya pilu.....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status