Home / Romansa / Cinta Tersembunyi di Balik Dendam / Anne menghubungi putranya.

Share

Anne menghubungi putranya.

Author: Aini Sabrina
last update Last Updated: 2025-05-23 13:30:55

Hari sudah berganti malam. Di kamar pribadinya malam itu, Noah duduk di balik meja, menatap pil putih kecil yang tergeletak di telapak tangannya. Entah yang keberapa kalinya pria itu menelan pil tersebut. Tangannya bergetar, sementara pikirannya terus dihantui suara-suara masa lalu.

Pintu kamarnya diketuk pelan, lalu seorang pria berjas putih masuk. Dokter pribadi Noah, pria paruh baya bernama Dr. Mikhail. Ia masuk bersama dengan Aldrich.

Noah menatap Aldrich tajam. Ia tahu siapa yang mengundang dokter itu jika bukan Aldrich sendiri.

"Kenapa kau memanggilnya, Aldrich?" tanya Noah, matanya menghunus tajam. "Jangan lancang, bajingan!"

Aldrich sendiri hanya abai. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada tuannya, karena itulah dia menghubungi dokter tersebut.

"Tuan Noah," sapa dokter itu pelan. "Kau masih menyimpan pil itu?"

Noah tak menjawab. Ia hanya mengangkat pil itu di depan mata, lalu mendengus sinis.

"Sudah berapa kali kau memintaku berhenti, Dok?" tanya Noah datar. "Nyatanya, tanpa b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Tak pernah menyesal jadi istrimu

    Veronika membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa berat, dan pandangannya masih buram. Saat kesadarannya mulai pulih, ia merasakan kehangatan di sekelilingnya. Keningnya berkerut ketika mendapati dirinya tengah berbaring di atas ranjang empuk dengan selimut rapi menyelimuti tubuh.Tubuhnya terlonjak sedikit saat menyadari pergelangan tangannya yang sebelumnya terluka kini telah terbalut rapi. Luka itu telah dibersihkan, perbannya masih baru."Siapa yang ..." bisik Veronika pelan, menatap tangannya sendiri dengan kebingungan. Ia tak ingat siapa yang merawatnya, bahkan tak tahu sejak kapan ia dipindahkan ke kamar ini.Suasana di kamar itu begitu hening. Hanya suara detakan jam dinding yang terdengar samar. Veronika menoleh ke arah jendela yang tirainya sedikit terbuka, membiarkan cahaya matahari merayap masuk.Perlahan, Veronika duduk di tepi ranjang. Kepalanya masih terasa pusing, tapi pikirannya dipenuhi rasa penasaran. Ada rasa hangat sekaligus takut yang bercampur aduk di dadanya.

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Rencana licik

    "Ibu ..." Demon berbisik, nyaris tak percaya. "Bagaimana bisa?""Kita bicara di dalam saja," ucap Anne singkat, lalu memberi isyarat pada pengawalnya untuk mendorong kembali kursi rodanya masuk ke dalam.Begitu berada di dalam, Margareth sempat terpana. Siapa sangka di balik tampilan luar rumah yang menyeramkan, ternyata interiornya justru elegan dan mewah."Ibu, kenapa aku tidak pernah tahu kalau Ibu punya pengawal sebanyak ini?" tanya Demon, kali ini matanya berbinar antusias."Tidak sepenting itu untuk kau ketahui, Demon," balas Anne, nadanya datar namun cukup membuat Demon langsung menunduk, merasa malu."Kalau kau tahu," lanjut Anne, "pasti kau akan seenaknya memerintah mereka, menuruti segala keinginan bodohmu. Benar, kan?"Demon terkekeh pelan, lalu mengangguk."Tentu saja, Bu. Untuk apa punya pengawal kalau bukan untuk dipakai? Lagipula ..." Demon mendekat, suaranya merendah. "Aku butuh mereka untuk membunuh seseorang."Margareth yang mendengar itu langsung memandang suaminya,

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Perhatian dalam diam

    Pagi itu, Veronika berjalan menyusuri lorong-lorong panjang dalam mansion megah itu. Namun, seberapa jauh pun kakinya melangkah, bayang-bayang suaminya tak juga terlihat.Biar bagaimanapun, Noah adalah suaminya. Dan meski hubungan mereka jauh dari kata baik, bagi Veronika pernikahan tetaplah sakral. Ia ingin, setidaknya sekali saja, bisa menjalankan perannya sebagai seorang istri."Siapa tahu … mungkin sikapnya bisa berubah," gumamnya lirih, meski suara hatinya sendiri terdengar begitu pesimis. "Tak ada yang tahu bagaimana takdir bisa berbalik arah."Tepat saat itu, seorang pelayan perempuan melintas dan segera membungkukkan badan hormat."Nyonya, Anda sedang mencari siapa?" tanyanya sopan.Veronika mengangkat wajah, matanya menatap lurus ke arah pintu kamar Noah. "Aku mencari suamiku. Apa dia masih tidur?"Pelayan itu tampak ragu sesaat, sebelum akhirnya menjawab pelan, "Tuan pergi sejak semalam, Nyonya. Sampai sekarang, beliau belum kembali."Jawaban itu membuat dada Veronika terasa

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Anne menghubungi putranya.

    Hari sudah berganti malam. Di kamar pribadinya malam itu, Noah duduk di balik meja, menatap pil putih kecil yang tergeletak di telapak tangannya. Entah yang keberapa kalinya pria itu menelan pil tersebut. Tangannya bergetar, sementara pikirannya terus dihantui suara-suara masa lalu.Pintu kamarnya diketuk pelan, lalu seorang pria berjas putih masuk. Dokter pribadi Noah, pria paruh baya bernama Dr. Mikhail. Ia masuk bersama dengan Aldrich. Noah menatap Aldrich tajam. Ia tahu siapa yang mengundang dokter itu jika bukan Aldrich sendiri."Kenapa kau memanggilnya, Aldrich?" tanya Noah, matanya menghunus tajam. "Jangan lancang, bajingan!"Aldrich sendiri hanya abai. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada tuannya, karena itulah dia menghubungi dokter tersebut. "Tuan Noah," sapa dokter itu pelan. "Kau masih menyimpan pil itu?"Noah tak menjawab. Ia hanya mengangkat pil itu di depan mata, lalu mendengus sinis."Sudah berapa kali kau memintaku berhenti, Dok?" tanya Noah datar. "Nyatanya, tanpa b

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Depresi seorang Noah

    Di dapur mansion, aroma bumbu tumis perlahan memenuhi ruangan. Veronika tampak sibuk mengaduk wajan, wajahnya sedikit pucat, namun tetap memaksakan diri. Keringat membasahi pelipisnya, tubuhnya belum benar-benar pulih.Beberapa pelayan wanita berdiri di sudut dapur, ragu-ragu. Salah satu dari mereka memberanikan diri mendekat."Nona, mohon hentikan. Tuan Noah akan murka jika mengetahui Anda berada di dapur dalam kondisi begini," ucapnya khawatir. "Dokter sudah berpesan agar Anda banyak beristirahat."Veronika berhenti sejenak, menoleh dengan senyum tipis. Sorot matanya sayu, tapi tetap menyiratkan keteguhan."Aku baik-baik saja," katanya pelan, namun tegas. "Tak perlu khawatir. Lagipula, tugas ini berasal dari tuan kalian sendiri. Dia tidak akan menyalahkan kalian."Pelayan itu terdiam, begitu pula yang lainnya. Mereka hanya bisa menunduk, tak berani membantah. Suasana dapur mendadak terasa berat."Aku juga ingin memasak untuk Nenekku," lanjut Veronika, suaranya merendah, nyaris seper

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    sampai kapan seperti ini?

    Keesokan paginya, Veronika terbangun dengan kepala berdenyut hebat. Seluruh tubuhnya terasa remuk, seolah baru menerima seribu pukulan tanpa henti.Baru saja ia berniat mengangkat tubuhnya, suara yang amat familiar namun dingin membekukan gerakannya."Tetap berbaring di tempatmu. Aku tidak ingin kau mati hanya karena terlalu banyak bergerak." Suara Noah terdengar datar, tanpa sedikit pun nada perhatian.Veronika hanya bisa mengangguk pelan, tak berani menanggapi sepatah kata pun.Tanpa berbicara lebih lanjut, Noah berjalan santai ke sisi ruangan. Jemarinya dengan cepat melepaskan kancing kemeja satu per satu, lalu melemparkan kemeja itu asal ke kursi.Tatapan Veronika secara tak sengaja menangkap pemandangan dada bidang pria itu, dihiasi tato kalajengking yang mencolok di sisi kiri. Pipinya seketika memanas. Ia buru-buru memalingkan pandangan, sadar betul kalau dirinya tak seharusnya berpikiran macam-macam di tengah situasi seperti ini.‘Dasar bodoh ... kau ini sedang dalam masalah, V

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Anne tak takut

    Kelanjutan chapter sebelumnya.Begitu keluar dari rumah sakit, Noah langsung menuju mobilnya. Langkah kaki pria itu berat tapi pasti, sementara luka di telapak tangannya kembali meneteskan darah, mengotori setir saat ia duduk di balik kemudi.Tanpa membuang waktu, Noah menghidupkan mesin dan melajukan mobilnya ke jalanan malam yang mulai sepi. Di sepanjang perjalanan, matanya fokus menatap lurus ke depan, sementara pikirannya berkecamuk."Berani-beraninya kau kabur dariku, Anne," gumam Noah, rahangnya mengeras. "Kau benar-benar cari mati."Noah meraih ponsel dari saku jasnya. Dengan satu tangan di setir, ia menekan nomor Aldrich.Tut … tut …Tak butuh lama, sambungan pun terhubung."Halo, Tuan?" suara Aldrich terdengar di seberang. "Apa terjadi sesuatu?" "Wanita tua itu kabur," ujar Noah langsung tanpa basa-basi."Apa? Bagaimana bisa itu terjadi, Tuan?" tanya Aldrich, penasaran. "Tidak usah tanya," kata Noah, suaranya dingin. "Dengar baik-baik, Aldrich. Aku tidak ingin kau pergi ke

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Anne kabur

    Mobil melaju kencang menembus jalanan malam yang mulai lengang. Noah memegang setir erat, jemarinya yang terluka terus mengucurkan darah, tapi ia tidak peduli. Hanya amarah, kegelisahan, dan suara di kepalanya yang kini memenuhi ruang di dalam mobil."Sialan! Apa-apaan tadi dokter itu bicara? Veronika harus istirahat, jangan banyak pikiran? Dia pikir aku akan peduli pada wanita itu?!" geram Noah sambil membanting setir ke kiri, hampir menabrak trotoar."Justru, itulah yang kuinginkan. Penderitaan wanita itu."Dada Noah dibuat sesak. Wajah Veronika yang pingsan dalam pelukannya tadi terus membayang di matanya. Seolah tidak ingin membiarkan Noah tenang sedikit pun. "Aku seharusnya membiarkan dia terjatuh saja! Seharusnya aku biarkan saja dia tergeletak tak berdaya! Tapi kenapa ... kenapa malah aku yang bergerak cepat menangkapnya? Kenapa aku ... harus panik seperti tadi?"Noah mengepalkan tangan kanannya, rasa sakit dari luka makin terasa, tapi baginya itu justru lebih baik daripada ra

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Veronika lemah

    Veronika, wanita itu masih terbaring lemah di atas ranjang, wajahnya pucat, dan selang infus terpasang di pergelangan tangannya. Matanya tetap terpejam, napasnya terdengar pelan namun berat. Di sisi lain kamar, Noah berdiri bersandar di dinding, tatapannya tajam menatap Aldrich dan seorang dokter pria bernama Bram yang baru saja memeriksanya."Katakan!" perintah Noah dingin, suaranya berat, terkesan datar, seolah tak peduli.Dokter Bram sedikit menunduk. "Kondisi Nona muda sangatlah lemah, Tuan Noah," lapornya hati-hati. "Beliau mengalami kelelahan parah, ditambah tekanan batin yang berat. Ia butuh banyak istirahat, ketenangan, dan yang terpenting ... jangan sampai dia terlalu banyak pikiran. Nona harus benar-benar pulih."Noah mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Namun wajahnya tetap tanpa ekspresi."Lakukan apa pun agar dia sadar dan tetap hidup," ujar Noah tegas. "Aku tidak sudi wanita itu mati sebelum aku menyelesaikan urusanku."Aldrich hanya melirik Noah sejenak, paham be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status