Setelah mengalami mimpi nikmat yang memuakan itu, Sean sama seklai tidak bisa focus bekerja. Semua kenikmatan yang ia rasakan sangat menganggu, membuat sesuatu di bawah sana sedikit berdenyut.
“Mimpi sialan!” umpatnya keras.
Sean benar-benar kesal, ia ingin merasakan lagi kenikmatan itu, namun sayangnya ia tidak ingin menjilat ludahnya sendiri. Sekarang Sean kacau, bahkan ia bingung bicara apa saat Yasmin bertanya keadaannya tadi pagi.
“Pak, kamu enggak apa-apa?” tanya Yasmin saat menyajikan sarapan untuk Sean.
“Jangan bicara! Suaramu jelek, telingaku sakit mendengar suaramu.” Begitulah Sean menjawab pertanyaan Yasmin.
Bayangan adegan erotis saat Yasmin lakukan saat meliuk di atasnya membuat Sean sedikit tidak waras. Bagaimana tidak, semua meeting hari ini dibatalkan dan Sean sama sekali tidak datang untuk makan siang bersama klien pentingnya. Hanya Putra, yang sengaja Sean kirim sebagai tumbal.
Setelah tersiksa dengan semua bayangan p
Hallo, selamat malam. Untuk minggu ini, aku punya kesibukan lain dulu. Jadi kalau nggak up maafin ya... Tapi aku usahain up kalau emang bisa.
Putra hanya tertawa saat Sean mengatainya gila. Tapi jika Putra gila, maka Sean lebih gila dan sedikit bodoh. Itu kenyataan yang sebenarnya.“Janga munafik, Lo! Body Yasmin oke juga kan? Ngaku aja deh.”“Oke dari sebelah mananya? Atas rata, belakang tepos, tapi bagian itunya …” Sean langsung mengatupkan bibirnya rapat. Hampir saja ia mengatakan ciri-ciri tubuh Yasmin pada sahabatnya.‘Tidak, tidak! Putra tidak boleh tahu kalau bagian itu bersih dan menggoda,’ Sean membatin.“Bener dugaan gue, Lo pasti udah liat dalamnya kan? Ngaku!”“Jangan sok tahu.” Sean langsung membuang tatapannya.Sean mulai bosan membahas masalah yang sama. Bukan bosan, lebih tepatnya dia takut akan semakin menginginkannya. Sejujurnya, sejak pertama kali melihat tubuh Yasmin malam itu, sesuatu dalam dirinya berontak, namun Sean masih bisa menahan diri dengan baik.“Sudah, jangan bahas lagi
“Di sini, aku adalah korban!” Perkataan Yasmin masih saja terngiang di telinga Sean. Bahkan setelah berhari-hari, semua itu masih sangat jelas dalam ingatannya.Sejak siang itu, Yasmin sama sekali tidak menunjukkan senyumnya. Dia berubah acuh, bicaranya sedikit dan selalu menghindar saat bertatap muka dengan Sean. Hati Sean merasa dicubit setiap kali Yasmin mengabaikannya, meskipun ia tetap suka memerintah dan membentak istrinya, namun rasanya tetap berbeda. Ada yang kurang.“Yasmin! Kemari, cepat!” Yasmin mendekat, berdiri selayaknya majikan dan pelayan. “Duduk!”“Tidak! Aku berdiri saja, Pak.”Sean menggeram frustasi, kecanggungan ini membuatnya tersiksa. Bahkan panggilan ‘Pak’ yang di sematkan Yasmin beberapa hari ini sangat mengusiknya. Dia tidak nyaman dan tanpa sadar Sean menginginkan hal lain.“Mulai hari ini jangan panggil aku seperti itu, Yasmin!” Sean menatap istrinya
Dua hari berada di rumah sakit membuat Yasmin bosan. Seharian dia hanya berbaring dan membaca majalah yang sengaja Putra bawa. Sikap pria itu cukup menghibur Yasmin yang sedang emosi dan kesal pada Sean. Lebih tepatnya Yasmin merasa ada yang kurang saat Sean tak kunjung datang setelah hari itu.Haruskah Yasmin menyesal atas sikap kasarnya dengan mengusir Sean?“Kenapa bengong?” Suara lembut Putra mengejutkan Yasmin.“Kamu masuk lewat mana?” Pertanyaan Yasmin membuat Putra tersenyum geli.“Aku ini manusia, jadi sudah pasti aku lewat pintu. Karena aku bukan maling, jadi tidak lewat jendela.”Kening Yasmin berkerut, candaan Putra sama sekali tidak lucu saat Yasmin merindukan orang lain. Sean, di mana pria itu sekarang? Ternyata rasa bencinya pada Sean hanya sebatas ini.Pikiran Yasmin masih melayang, mencari tahu di mana Sean berada. Dia merindukan teriakan yang menggema dari Sean, bahkan tatapan tajamnya mem
Alferd baru saja selesai memeriksa kondisi Yasmin yang kembali menurun. Saat keluar dari rumah sakit, Yasmin terlihat bugar, bahkan tidak ada tanda-tanda jika kondisinya akan kembali seperti ini. Yasmin istirahat, semua orang berkumpul di ruang keluarga saat Sean baru saja kembali setelah meninjau proyek yang tidaklah jauh dari rumah sakit. Sean dan Putra sengaja berbohong. Pria tampan dengan wajah lelah itu melengos begitu saja, berjalan cepat menaiki tangga, ada sesuatu yang harus segera dia lihat. “Lihat! Sekarang dia bahkan mengabaikan kita karena khawatir pada istrinya,” cibir Anggara dengan santai. “Ahahah … Om benar sekali, bahkan Sean juga mengancamku untuk menjauhi Yasmin,” timpal Putra. Anggara dan Claretta tergelak mendengar perkataan Putra. “Ck! Anak itu memang mudah sekali jatuh cinta,” gumam Anggara. “Jadi gimana kondisi Yasmin, Al? Nggak ada masalah serius ‘kan dengan kesehatannya?” Kali ini Claretta yang bicara. “Tante nggak mau ada ya
Mendengar apa yang dikatakan Claretta, Sean tersentak, dia tidak percaya jika akan mendengar itu dari mulut Maminya sendiri. Kepalanya tiba-tiba bedenyut nyeri, membuat Sean berbalik dan berniat pergi dari sana, lalu menyendiri. Namun saat berbalik, Sean dikejutkan dengan keberadaan Anggara di depannya dengan wajah santai, namun menyiratkan kata sebagai tanda peringatan untuk Sean.‘Jangan bertindak bodoh, apalagi sampai merugikan dirimu sendiri!’ begitu kira-kira yang Sean lihat dari tatapan Anggara.“Papi …”“Istirahat dan dinginkan kepalamu! Kalau perlu yang lebih cepat, minta Bi Sumi bawakan es balok ke kamar,” Anggara terkekeh kecil, membuat Sean kesal karena Sang Papi hanya meledek tanpa memberikan solusi untuknya.Sean menjatuhkan tubuhnya di ranjang kamar tamu dan merenungi semuanya. Betapa selama ini dia sudah bersikap tidak manusiawi pada Yasmin, bahkan selalu saja menyusahkan dan menghina gadis itu tan
Di atas ranjang besar berbalut sutra, Sean dan Yasmin tidur begitu nyenyak, melupakan sejenak masalah yang mereka miliki. Seakan tempat ini berusaha untuk bisa mendekatkan keduanya.Claretta yang menjadi saksi merasa ingin menangis dan tertawa layaknya wanita yang kehilangan akal sehatnya, namun saat Anggara bertanya, rasa itu bisa dikendalikan.“Ma, ada apa sih?”“Kepo! Papa lihat aja sendiri,” Claretta mengerling nakal, setelahnya tersenyum lebar.“Hooo …” Anggara langsung menarik gagang pintu, menutupnya perlahan agar tidak menimbulkan keributan.“Mereka pelukan, Ma,” kata Anggara penuh semangat. “Jadi gimana nih, pisah atau lajut aja?”Keduanya terlihat berpikir keras, serius dan berhati-hati untuk mengambil keputusan. Namun saat keheningan menyelimuti, tiba-tiba Davin datang mengejutkan keduanya, berteriak di depan kamar Sean, membuat focus keduanya buyar.“
Menghabiskan waktu cukup lama di depan pintu kamarnya sendiri membuat Sean terlihat seperti orang bodoh. Ini bukan kebiasaannya, lagipula kamar itu tempat pribadinya, bahkan semua yang sekarang ia injak pun akan menjadi miliknya dan juga Davin.“Argghh … Kenapa aku ini?”Saat Sean dilanda frustasi, Bi Sumi diam-diam sudah berada di dekatnya membawa sebuah nampan yang berisi makanan untuk Yasmin, sesuai dengan yang Sean minta.“Den …”“Astaga! Bi Sumi, kenapa bikin aku kaget?” Sean melotot, namun Sumi hanya nyengir kuda tanpa rasa bersalah sedikit pun.“Bibi boleh masuk? Atau mau Aden yang …” Sumi melirik nampan yang ada di tangannya. “Aden sendiri yang bawa masuk?”“Simpan saja di meja, Bi, sebentar lagi aku masuk.”Sumi mengangguk, tidak berselang lama perempuan paruh baya itu keluar dan tersenyum jahil, seakan tahu apa yang sekarang sedang t
Jantung Yasmin berdegup kencang saat mendengar Sean menyematkan namanya keluarga Anggara di belakang namanya. Semua rasa bercampur menjadi satu, seperti nano-nano yang banyak rasa, membuat Yamsin bingung harus bersikap seperti apa.Beberapa saat Yasmin menunggu, namun ranjang sama sekali tidak bergerak, membuat Yasmin penasaran dengan apa yang sedang dilakukan Sean. Diam-diam, Yamsin mengintip dari balik selimut.“Dia, kerja malam-malam begini?” Yasmin mengernyit bingung, bahkan Sean tidak mengijinkan dirinya untuk berjauhan dari laptop dan pekerjaannya meskipun malam telah datang.Sesekali terdengar helaan napas berat dari Sean, tentu saja itu memancing rasa penasaran Yasmin yang masih terjaga sampai pukul Sembilan malam. Tidur siang yang lelap ternyata membuat Yasmin kehilangan rasa kantuknya.“Hallo, Rita?”DEGHatinya tiba-tiba berkecamuk mendengar suaminya menghubungi wanita lain malam-malam.‘Apa Se