Di pusat perbelanjaan, Hana mendorong sebuah stroller di mana seorang balita mungil sedang terlelap. Wajahnya begitu lucu, dia bahkan memilih kulit yang putih dengan hidung mancung yang begitu menggemaskan.Hana memasuki sebuah restoran cepat saji, duduk sendiri sambil sesekali memperhatikan balita tersebut. Sudut bibirnya terangkat membentuk bulan sabit, kemudian memotret si pipi gembul itu.“Aku akan memulainya dari media social,” gumamnya pelan. Media social, di sana banyak sekali fans seorang Hana dan setelah sekian lama menghilang dia akan mengejutkan dunia dengan captionya kali ini.‘Baby Arvinku tersayang, sebentar lagi kita akan bertemu dengan Daddy.’KlikDalam hitungan detik, foto itu tersebar dengan cepat. Hana sengaja mematikan kolom komentar dan hanya tertawa melihat begitu banyak orang yang masih memperhatikan serta menunggu kabar darinya.‘Sean …’ lirih Hana.Hana kemudian meletakkan ponselnya dan mulai makan, dia kembali hanya untuk mendapatkan Sean, membuang jauh kisa
Setibanya di kantor, Sean benar-benar merasa tidak tenang. Ia masih tidak menghubungi Yasmin atau pun Mila. Sean tidak pernah menyangka jika seperti inilah sifat asli dari Hana.Saat Sean kembali menghubungi Yasmin, akhrinya mereka bicara, meskipun ada kebingungan yang nyata dari anda bicara istri dari Sean.“Hati-hati …” panggilan pun berakhir, tidak berselang lama Davin masuk bersama Putra.“Bagaimana kak, apa kakak ipar sudah bisa dihubungi?”Sean mengangguk, “Sudah! Aku meminta Yasmin dan Mila untuk segera kemari.”Kekhawatiran Sean sedikit berkurang, mereka kembali duduk dan menunggu kedatangan Yasmin. Putra yang sudah kembali sebelum cutinya selesai terlihat lebih pendiam. Ia duduk dan menyibukan diri dengan ponselnya, air mukanya seketika berubah saat melihat sebuah video viral yang baru saja beberapa menit di up ke media social.‘Model ternama, Wihana Aurelya sudah memiliki bayi dan memarahi wanita lain di mall’KlikPutra membesarkan volume ponsel dan memberikan benda pipih i
“Hana?” gumam Sean pelan.Hana yang melihat keterkejutan Sean lantas mendekat, dengan kasar ia mendorong Yasmin hingga mundur beberapa langkah.“Minggir! Pembantu sepertimu tidak pantas ada di hadapanku.”“Berhenti!” Sean mengangkat tangannya, jangankan untuk berpelukan dengan wanita itu, Sean bahkan sudah muak saat melihat wajahnya yang munafik itu.“Pergi dari rumah ini sebelum aku bersikap kasar!” tegas Sean.“Kamu tega kasar sama aku?” Hana memelas. “Kamu berubah! Apa seperti ini cara kamu menyambutku?”Sean tertawa lepas, ia seperti mendengar sebuah lelucon yang menggelikan dari Hana. Tanpa bicara, Sean mendekati Yasmin dan berdiri di samping istrinya, menunjukkan siapa yang sekarang mengisi hidupnya yang dulu telah hancur.“Kenapa tidak? Siapa Kau sampai berani mengaturku seperti itu. Kau datang ke rumahku, menghina istriku. Jadi aku sudah melakukan hal yang sepatutnya padamu.”“Yas, pergilah ke kamar, sebentar lagi aku akan menyusul.” Sean tersenyum manis, sedangkan Yasmin hany
Sean diam dalam kesendirian di ruang kerjanya, beberapa laporan yang harusnya ia periksa hanya teronggok tak tersentuh. Masalah yang baru saja datang cukup sulit untuk ia tanggung sendiri. Jika tidak melibatkan Yasmin, mungkin Sean tidak akan sekhawatir ini dan ia pasti menyelesaikan semuanya tanpa harus bergerak. “Sepertinya aku harus meminta bantuan Mami untuk menjaga Yasmin.” Sean lantas meraih ponselnya dan langsung mengirim pesan. Sean Mam, pulanglah lebih awal. Tolong jaga Yasmin untukku. Selang beberapa menit, ponselnya masih saja sepi, tidak ada balasan apa pun dari Claretta atau pun Anggara. Beberapa kali Sean hanya bisa menghela napas, hatinya sama sekali tidak tenang karena sikap Yasmin yang terlampau dingin padanya. Brakkk “Bagaimana bisa ini terjadi?” “Mami …” Sean terbelalak, jadi ini alasan Maminya tidak membalas pesan. Ternyata wanita yang masih cantik diusia tuanya itu langsung datang menemuinya. “Bisa jelaskan semuanya sama, Mami, Rev?” Claretta melepaskan kac
Sore menjelang malam, Sean menatap gedung tinggi yang dihuni oleh banyak orang. Ia merasa ragu saat hendak datang untuk menyambangi Hana di apartemennya. Sean bukan cenayang yang bisa tahu isi kepala seseorang atau membaca ekspresi wajahnya. Namun semakin lama ia diam, maka semakin besar kemungkinan jika Yasmin akan pergi dan ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.Sekarang di sini ia berada, di depan sebuah pintu yang tertutup rapat, pintu di mana dulu ia singgah dan mengahbiskan waktu bersama Hana. Sean membuang jauh kenangan itu dan langsung menekan bel.Pintu terbuka, di depan sana Hana berdiri sambil menggendong anak yang dia katakan sebagai darah daging kita. Namun hati kecil Sean tetap menolak.“Hai … maaf ya, apartemennya berantakan.”“Tidak masalah, lagi pula kau tidak akan lama, cukup di sini saja.” Sean tidak ingin masuk.“Apa tempat ini sudah seburuk itu, sampai kamu enggan untuk menginjakkan kakimu lagi?” Hana berusaha untuk menekan amarahnya sendiri. “Ayo kita menikah
Malam ini adalah sebuah malam yang sudah sangat Sean tunggu-tunggu. Dengan menatap kotak beludru berwarna merah itu, Sean berdiri di depan cermin dan tersenyum.“Sebentar lagi cincin ini akan tersemat di jari manisnya,” gumamnya pelan.Pertunangan anak pertama dari Anggara, digadang-gadang menjadi perhelatan termewah dan termahal di Indonesia. Sean, putra sulung Anggara dan tentu saja semua kerabat atau keluarga besar sedang menunggu kabar bahagia atas rencana untuk melamar wanita pilihannya.Kebahagiaan Sean sudah menyebar ke orang-orang terdekatnya. Kecuali sang ibunda yang sejak lama menolak hubungan Sean dan kekasihnya. Akan tetapi, Sean tidak pernah menyerah sampai akhirnya restu untuk melamar sang pujaan hati ia dapatkan.“Acaranya sudah mau dimulai, Brother! Ayo keluar,” tukas Davin.“Gimana? Penampilanku sudah sempurna?”Davin mengamatai penampilan Sean dari atas hingga ke bawah, kepalanya
Tanpa berpikir panjang, Sean meraih tangan perempuan itu dengan kasar hingga ia tersentak, terkejut setengah mati. Matanya yang indah membulat sempurna saat netranya bertemu tatapan Sean yang begitu tajam.“Siapa kamu? Lepas, lepaskan aku ...” teriaknya.“Tolong...!! Tuan lepaskan aku, anda mungkin salah orang,” gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cengkraman Sean pada pergelangan tangannya.Namun semakin ia memohon, Sean semakin murka. Bahkan dengan tega Sean mencengkram pergelangan tangan gadis itu lebih kuat lagi, dapat dipastikan jika pergelangan tangan gadis itu akan membiru.Air mata perlahan jatuh membasahi pipinya. Satu hal yang Ia tanyakan pada Tuhan.‘Kenapa takdirku sepert ini?’‘Aku sudah kehilangan kedua orang tuaku. Pamanku sendiri berusaha untuk menjualku dan sekarang ada pria asing yang menyeretku seperti hewan peliharaan.’“Tuan lepas
Suara barithon Sean membuat langkah Yasmin terhenti, bahkan gadis itu kini sudah gemetar ketakutan. Tubuhnya menegang sempurna saat mendengar ketukan pantopel itu kian mendekat.“Sa-saya... Saya ingin ke toilet, Tuan.”“Jangan berusaha untuk membodohiku, Yasmin! Jika kamu berani kabur, akan aku pastikan jika seumur hidupmu, kau tidak akan pernah mendapatkan ketenangan.”Yasmin ketakutan, ia hanya bisa mengangguk tanpa berani mengangkat kepalanya. Aura Sean benar-benar seperti predator yang siap menghabisinya kapan saja.“Pergi! Tapi ingat kata-kata ku dengan baik.”Yasmin memasuki kamar mandi dengan cepat. Cukup lama ia di dalam sana, menangis dan meratapi nasib diri yang begitu tidak beruntung.‘Ayo Yas! Kamu pasti bisa. Mungkin ini cara Tuhan untuk menolongmu keluar dari pekerjaan kotor yang paman mu berikan.’ Yasmin berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri dan yakin jika Tuhan memiliki cara