Persiapan pernikahan Davin dan Mila telah dimulai, beberapa keluarga dan kerabat mulai berdatangan, bahkan hantaran untuk pihak wanita sudah rampung dipersiapkan.“Mami tidak pernah menyangka jika anak itu akan menikah secepat ini,” Claretta melirik Davin yang ikut sibuk mengatur beberapa hantaran, bahkan menatanya sendiri.“Bukankah ini lebih baik?” Sean yang ada di samping Clareta angkat bicara. “Dengan menikah, Davin akan mulai ikut terjun dalam dunia bisnis dan memegang salah satu hotel milik keluarga kita.”Claretta mengangguk pelan, kedua sudut bibirnya juga terangkat sebagai bentuk rasa bahagianya. Awalnya Claretta tidak bisa menerima Mila, namun Sean meyakinkan semua orang jika Mila cukup pantas untuk bersanding bersama Davin.“Permisi, Bu …” Claretta mengalihkan pandangannya pada sosok cantik yang sekarang sudah siap dengan kebayanya. “Apa kebaya ini tidak terlalu mahal untuk saya, Bu?”“Kamu pantas memakai ini, Yasmin dan jangan lupa jika dipernikahan Davin kamu harus menema
Pukul lima pagi, kediaman Claretta sudah disibukkan dengan persiapan menuju gedung pernikahan Davin dan Mila digelar. Untuk kali ini semua persiapan gedung diserahkan pada keluarga Mila, lebih tepatnya keluarga pihak mempelai wanita yang meminta.Meskipun begitu Claretta tidak menolak, jelas terlihat jika keluarga Mila memang tidak ingin mengandalkan pihak pria dan mengatur segalanya agar bisa berbagi tugas.Davin sebagai calon mempelai pria sama sekali tidak bisa memejamkan matanya barang sekejap saja. Sepanjang malam dia hanya bisa mengganggu Sean yang sudah lelah setelah mencuri hak dari Yasmin. Tanpa ada yang tahu, Sean benar-benar lelah luar biasa. Namun karena ulah Davin dia ikut terjaga sampai pagi.“Dav, di mana Sean dan kakak iparmu?” Claretta memasuki kamar Davin, di mana putra bungsunya itu sudah siap dengan penampilan sempurna, namun saat melirik ranjang Claretta melihat Sean sedang tertidur pulas.“Bangunkan kakak mu! Atau kita akan datang terlambat.”“Aku sudah berusaha
“Yasmin, buka pintunya, kita harus bicara!” Sean memegang handle pintu dan terus menggerakkannya dengan kasar. Namun tak kunjung membuahkan hasil karena pintu itu terkunci.Sean merasa gelisah, dia semakin khawatir saat mendengar Yasmin terus saja berteriak memintanya untuk pergi. Bahkan Sean mendengar jika Yasmin sedang melempar beberapa benda pada pintu.“Jangan … Jangan temui aku! Aku benci kamu, Sean …!”“Tidak! Kamu tidak boleh membenciku, Yas. Tidak …” Sean duduk seketika dengan mata membeliak dan melihat sekeliling. Napasnya memburu, bahkan keringat membasahi keningnya setelah dia mengalami mimpi buruk yang terasa begitu nyata.Suara teriakan Yasmin yang begitu marah terngiang, membuat Sean terkejut saat ada seseorang di luar sana mengetuk pintu kamar Davin, di mana dia berada sekarang.Shit! Sean mengumpat keras saat menyadari jika dia terlelap dengan penampliannya yang masih berantakan. Sean bahkan baru memakai celana panjang, sedangkan bagian tubuh atasnya masih terbuka, per
Sean membuka kaca mobilnya dan tersneyum ramah pada juru parkir, dia tahu benar jika mungkin aksinya dalam mobil cukup menimbulkan kecurigaan.“Ada apa, pak?”“Apa semuanya baik-baik saja, Tuan?”“Ya … Semuanya baik-baik saja, hanya saja istri saya sedang merapihkan makeupnya.”“Kalau begitu silahkan dilanjutkan lagi, maaf saya menggangguk.”Sean hanya mengangguk dan kembali menutup jendela mobilnya. Jika boleh jujur, Sean benar-benar khawatir sekarang. Dia tidak menyangka jika ternyata Yasmin sadar dengan apa yang mereka lakukan semalam. BUkan mereka, lebih tepatnya apa yang sudah Sean lakukan padanya.“Kita harus cepat, akad nikahnya akan segera berlangsung.” Sean berusaha untuk terus berkilah, meskipun Yasmin akan tetap mengejarnya untuk mendapat jawaban dari apa yang terjadi.“Sebentar, pertanyaanku belum terjawab, Tuan!” Yasmin meraih tangan Sean dan menahannya untuk beberapa saat. “Dan … Kenapa Tuan berbohong pada pria tadi kalau kita suami-istri?”“Jawaban apa yang kamu inginka
Sean mengapit lengan Yasmin dan menuju panggung, di mana di sana terdapat live music dari penyanyi tanah air. Tanpa sungkan, Sean meminta ijin dan music berhenti seketika karena mic sudah berpindah tangan padanya.“Permisi, maaf mengganggu!” kini semua orang mengalihkan fokus mereka pada Sean dan Yasmin yang berdiri di atas panggung.Sebelum benar-benar menunjukkan segala kebenaran yang ada, Sean melirik Yamsin yang terlihat pias, lantas Sean meraih jemari istrinya yang terasa dingin, menggengganya erat. Menunjukkan jika apa yang terjadi padanya dan Sean adalah yang sesungguhnya.“Kak Davin, apa yang mereka lakukan?” bisik Mila di atas pelaminan. “Aku khawatir dengan Kak Yasmin.”“Jujur saja aku tidak tahu, Mil. Tapi semoga saja itu tidak membuat kakak ipar kembali tidak sadarkan diri.”Sedangkan di bawah panggung, Claretta tidak kalah terkejut dengan apa yang dilakukan putra sulungnya. Dia berniat naik ke atas panggung, namun Anggara menghentikan langkah istrinya.“Jangan! Biarkan Se
Pesta pernikahan Davin dan Mila akhirnya selesai. Mila langsung di boyong ke apatemen pribadi milik Davin, dia tidak ingin mendapat gangguan apa pun saat malam pertamanya akan berlangsung. Membayangkan mendapat ketukan saat baru saja ingin memulai poreplay itu menjadi momok yang mengerikan untuk seorang Davin. “Ma, Pa, saya ijin untuk membawa Mila.” “Iya, Nak Davin. Papa sekarang menitipkan Mila padamu. Jaga dia, sayangi dia dan jangan pernah membuatnya menangis. Jika itu sampai terjadi, maka detik itu juga Papa yang akan membawa Mila pergi jauh darimu.” “Saya akan menjaga dan mencintai Mila selamanya, Pa.” Kedua keluarga itu akhirnya berpisah, pun kedua anak keturunan Anggara yang langsung berpencar. Davin ke apartemennya, sedangkan Sean bergegas lebih dulu ke kediaman Anggara untuk menunjukkan semua bukti pernikahannya bersama Yasmin. Selama perjalanan, Yasmin lebih banyak diam dan menatap kosong pada jalanan yang semakin padat oleh kendaraan. Hatinya merasa gelisah, meskipun ad
Setelah pergulatannya bersama Yasmin selesai, Sean ambruk dan perlahan menutup matanya. Lelah, itu pasti. Sean benar-benar tidak menyangka jika dia akan bisa melakukan ini dengan Yasmin, bahkan tanpa paksaan sedikit pun.“Maaf, aku sudah menyakitimu, Yas,” bisiknya, namun Yasmin hanya diam. “Semoga benihku bisa tumbuh dengan cepat di dalam sana,” lanjutnya lagi.Sean melingkarkan tangannya dan memeluk Yasmin dengan erat, seakan dia takut untuk kehilangan istrinya. Yasmin bergerak pelan, dia berusaha untuk mengubah posisinya, namun dia merasa tidak berdaya, sekujur tubuhnya terasa sakit dan bagian bawahnya begitu perih.Perlahan, Yasmin menyingkirkan tangan kekar Sean dan menyingkap selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya. Saat selimut itu terbuka, betapa Yasmin sangat terkejut saat melihat bercak kemerahan di atas seprai, di mana dia dan Sean menuntaskan hasrat mereka.“A-aku masih suci?” Yasmin membekap mulutnya, kepalanya menggeleng pelan, tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Dua hari setelah pernikahan Davin, Claretta sama sekali tidak bisa tenang. Dia resah memikirkan bagaimana Sean dan Yasmin. Ingin menghubungi mereka, namun Anggara melarangnya dengan berbagai alasan dan yang terjadi Anggara justru mengajaknya untuk kembali mengenang malam pernikahan mereka. “Masih mengkhawatirkan mereka?” suara Anggara mengejutkan Claretta yang sedang duduk melamun di meja makan. “Mama takut Sean enggak bisa nahan diri, Pa. Kalau sampai Yasmin kenapa-napa gimana?” “Sean sudah dewasa!” tegas Anggara. “Dia sudah mencintai Yasmin dan Papa yakin kalau dia akan bertanggung jawab penuh apa pun yang terjadi. Jadi sekarang tenang dan kita sarapan.” “Mama enggak selera, pa …” “Kalau Mami enggak selera makan biar aku dan Davin yang akan menghabiskan semuanya!” Claretta mendongak dan menatap kedua putranya sekarang berjalan bersama istri mereka. Kekhawatiran Claretta sirna seketika saat melihat senyum mereka yang merekah. Dia lantas berdiri dan mendekati Sean, berdiri tepat