Sesampainya di rumah Dion langsung naik ke kamar tanpa menunggu istrinya. Andini enggan banyak bicara karena hanya akan memancing kemarahan Dion.
"Ndoro?" ucap mbok Darmi saat melihat Andini hendak menaiki tangga."Iya mbok.""Makan malam sudah siap ndoro, apa mau makan sekarang?" tutur mbok Darmi.Andini terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan mbok Darmi. "Saya panggil tuan dulu ya mbok,""Njih ndoro,"Andini pun meninggalkan mbok Darmi yang masih berdiri melihatnya menaiki tangga.Klekk!Andini membuka pintu kamarnya, ia menatap ke arah suaminya yang tengah berdiri di balkon kamar sambil menghirup cerutunya, dan perlahan melangkah mendekati Dion.
Dion melirik sekilas istrinya yang kini sudah berdiri di sampingnya. "Aku pikir ayahmu sangat menyayangi Reyhan dan berharap dia memberikan sebagian saham Atmaja group padanya. Tapi..., ia justru hanya memberikan anak perusahaan yang baru dua tahun berdiri, dan memberikan semuanya pada Bram."
"Itu semua sudah menjadi keputusan papah," ucap Andini."Aku tau. Hanya saja aku benar-benar kecewa saat Reyhan pun tidak mereka anggap."****Setelah hampir larut, Reyhan pun akhirnya pulang. Reyhan membuka pintu rumahnya. Ia melihat sekeliling rumah yang sudah sepi."Den Reyhan baru pulang toh?" tanya mbok Darmi.Reyhan menoleh ke arah suara. "Iya mbok, mbok sendiri belum tidur jam segini?""Belum den. Si mbok lagi Ndak bisa tidur nungguin sampeyan yang Ndak pulang-pulang""Kenapa mbok nungguin, kan Reyhan juga bisa buka pintu sendiri, nanti mbok malah kurang tidur," ucap Reyhan. Ia tau wanita yang ada di depannya menghawatirkanya, Reyhan menatap keatas tangga. "Apa mereka sudah tidur mbok?" tanya Reyhan tanpa mengalihkan pandangannya."Sepertinya sudah den. Ini sudah larut malam malah sudah mau pagi sebaiknya den Reyhan ndang istirahat Yo, ben ndak sakit," ucap mbok Darmi."Baik mbok. Mbok Darmi juga istirahat ya,""Njih den."Reyhan melangkahkan kakinya menuju kamar, langkahnya terhenti saat melewati pintu kamar orang tuanya.
Entah apa yang ada dalam pikirannya namun sesaat terdiam di sana Reyhan pun menghela nafasnya dan kembali melangkahkan kakinya. Ia melemparkan tubuhnya di atas ranjang, ia menatap langit-langit kamarnya dengan raut muka yang tak dapat di artikan, air matanya menetes tanpa ia sadari dan perlahan matanya terpejam. Reyhan terlelap dalam tidurnya dengan pikiran yang dipenuhi seribu pertanyaan.****Dion dan Andini sudah berada di ruang makan untuk sarapan seperti biasa."Mbok, jam berapa Reyhan pulang semalem?" tanya Dion pada mbok Darmi."Hampir jam satu ndoro," jawab mbok Darmi.Dion mengangguk, ia menyeruput kopi panas di cangkiran. Matanya tiba-tiba tertuju pada Reyhan yang sudah berdiri menatapnya tak jauh dari meja makan.Andini yang menyadari kehadiran putranya pun langsung menegur Reyhan, "Sayang kemarilah dan nikmati sarapanmu."Reyhan menoleh ke arah ibunya, tatapan yang tak biasa itu membuat Andini merasa tak nyaman. Reyhan melangkah ke arah meja makan, ia menarik kursi untuk duduk dan mulai mengambil makanan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dion menatap ke arah istrinya. Ia tau ada sesuatu yang mengganggu. Reyhan memang cuek terhadap kedua orangtuanya, tapi untuk pagi ini sifat cueknya terasa semakin aneh karena tatapan matanya."Apa Bram mengatakan sesuatu padamu?" tanya Dion."Hmmm,"Dion melirik ke arah Reyhan. "Tentang...?"Reyhan menengguk jus yang ada di hadapannya dan baru menjawab pertanyaan Dion, "sesuatu yang tidak aku pedulikan." Iapun berdiri dari duduknya dan berlalu pergi tanpa pamit.Dion menatap punggung Reyhan yang akhirnya hilang di balik pintu. Ia menghela nafasnya lalu menyandarkan tubuhnya. "Aku penasaran apa yang sebenarnya kakakmu bicarakan dengan Reyhan," ucap Dion lalu bangun dari duduknya."Pah, apa kamu akan ke Atmaja Group?""Aku rasa kakakmu belum memecatku sebagai manager di sana, jadi aku masih punya tanggung jawab di perusahaan itu.""Pah ...," ucap Andini menghampiri suaminya, "aku tidak mau kamu bertengkar dengan kak Bram. Bagaimanapun juga kita masih bersaudara dengannya."
Dion menyunggingkan senyumnya. "Dia adalah kakakmu, tapi bagiku dia tidak lebih dari serigala yang tamak. Kamu tenang saja Andini, aku tau batasanku."CUP...Dion memberikan kecupan di kening istrinya dan berlalu pergi meninggalkan Andini. Begitu pula Andini yang mulai berkemas hendak pergi ke restoran miliknya. Restoran yang ia bangun bersama Dion sebelum ia kembali di terima dalam keluarganya. Mbok Darmi yang melihat mereka pun akhirnya ke ruang makan yang sudah kosong sambil bergumam, "piye toh sebenarnya para majikanku iki, sebentar romantis, sebentar perang. Coba terus akur biar den Reyhan hidupnya bahagia. Ckckck ko ya Ndak gamblang balas toh. walaaah-walaaah orang kaya raya tapi hidupnya nggak ada ketenangan, yo ngesakno.""Mbok Darmi lagi kenapa sih, ngomong sendiri kaya orang lagi kurang," ucap rekan mbok Darmi."Wes, wes Ndak usah kepo, ayo ndang di beresin terus kita juga sarapan. Mbok sudah nyambel terasi sama nyayur asem, pasti uwenaak pol."Rekannya pun mengangguk dan langsung membantu mbok Darmi membereskan meja makan.***
Reyhan memarkirkan mobilnya seperti biasa. Ia melangkah masuk ke halaman kampus. Ia hendak menghampiri Agus dan Ali yang tengah berbincang dengan teman lainnya, namun langkahnya terhenti melihat sesosok gadis cantik yang tengah duduk sendirian. Reyhan menyunggingkan senyuman dan berbelok kearah gadis cantik yang tak lain adalah Keyren. Agus yang melihat Reyhan berganti arah pun memberi tahu Ali, "Al liat tuh si Reyhan lagi deketin targetnya."
Ali pun menoleh ke arah yang di tunjukkan Agus. "Ckckck dasar serigala, nggak bisa liat mangsa seger sebentar.""Al menurut kamu, Reyhan bisa ngedapetin tuh cewe nggak? soalnya aku liat cewe satu ini lain dari yang lain.""Aku bukan peramal Gus, jadi aku kagak tau."Agus pun hanya tersenyum kecil mendengar jawaban Ali. Sementara jauh di sana Reyhan sedang mengeluarkan jurus jitunya."Hai manis, sendirian aja nih?" ucap Reyhan yang langsung duduk di sebelah Keyren.Keyren melirik Reyhan. "Aku nggak sendiri ko," jawab Keyren. Ia melipat buku yang tengah ia baca dan memasukkannya kedalam tas lalu menoleh ke arah Reyhan."Itu karena ada aku disini bukan?" ucap Reyhan sambil mengeluarkan senyumannya."Yupz. Dan sekarang aku ingin sendiri," ucap Keyren yang langsung bangun dari duduknya dan melangkah meninggalkan Reyhan.Reyhan mendengus kesal melihat kepergian Keyren. "Ciiihhhhh menyebalkan sekali. Kamu benar-benar membuat aku tertantang dan makin membuatku penasaran sama kamu," gumamnya."Hei bro!" ucap Agus sambil menepuk pundak Reyhan, "kamu baru ngajak dia ngobrol aja sudah gagal, terus gimana ceritanya kamu bisa ngedapetin tuh cewek?""Kamu tunggu aja Gus, ini baru dua hari itu berarti masih banyak kesempatan aku buat ngedeketin dia.""Rey, Gus, udah deh kalian jangan jadiin dia taruhan, Kan kasian. Rey..., kalo kamu bisa dapetin dia, mending kamu jadikan dia cewe kamu seumur hidup," ucap Ali menegur mereka.Agus tersenyum. "Al kamu tenang aja, kita cuma mau senang-senang sedikit aja ko, nggak bakal ngerugiin tuh cewe, lagian Reyhan juga setuju. Iya kan Rey?"Reyhan mengangguk mengiyakan pertanyaan Agus. "Udah yuk masuk," ucap Reyhan sambil mulai melangkahkan kakinya. Kedua temannya pun mengikutinya."Eh mana tuh cewe, ko belum masuk kelas?" ucap Agus.Reyhan dan Agus menoleh ke pojokan di mana Keyren duduk di sana. Reyhan tersenyum melihat tempat duduk Keyren ada yang menempati, itu adalah si pemilik yang kemarin tak masuk kuliah sehingga Keyren bisa duduk di tempatnya. "Guys, sepertinya tuhan mempermudah usahaku," ucap Reyhan. Reyhan dan temannya pun duduk di tempat masing-masing, tak berapa lama Keyren pun masuk kedalam kelas, meski sudah ada yang menempati kursi yang ia duduki sebelumnya, Keyren tetap melangkah menuju ke sana tanpa melirik sedikitpun pada Reyhan. "Maaf bisakah kamu pindah dari tempat duduku," ucap Keyren. "Hmmm, kamu mahasiswi baru ya?" tanya Sasa. Dia cewe pemilik kursi tersebut. "Iya." "Duduklah di kursi kosong itu, ini adalah tempatku sebelum kamu datang. Anggap saja kemarin aku meminjamkannya untukmu sehari." Keyren menoleh kearah kursi kosong yang kemarin ia lewati, dan tepat saat ia menoleh
"Ya udah ayo, kenapa masih berdiri di sini? Aku sudah laper," ucap Ali sembari jalan mendahului temannya. "Al Tunggu..., Kamu sama Agus duduk lain tempat lain, biar cukup aku yang duduk bareng dia," ucap Reyhan. Agus dan Ali saling menatap."Tega amat kamu Rey, belum juga jadi apa-apanya tapi udah nggak mau bagi-bagi," celetuk Agus. "Kamu yang ngajakin taruhan, jadi biar aku berusaha." "Haais, terserah kalian deh. Cacing di perutku keburu perang," ucap Ali yang langsung ambil duduk di lain kursi. Reyhan melangkah ke meja dimana Keyren tengah berada di sana.Baru saja Reyhan mau sampai, langkahnya terhenti karena sudah ada yang mendahuluinya. "Sial...! ngapain si Sasa pake acara duduk di sana segala huuh," gumam Reyhan. Iapun melanjutkan langkahnya hingga sampai di meja yang di tempati Keyren. "Hai Key!" ucap Reyhan. Ia berdiri di samping Keyren, sayang sekali meja tersebut hanya tersedia dua kursi. Keyren hanya me
Reyhan menahan langkahnya, Dimaspun berdiri dari duduknya dan menghampiri Reyhan."Rey, siapapun paman Dion dan bagaimanapun perlakuannya padamu, percayalah dia sangat peduli pada kamu." Reyhan tidak mengatakan apapun, ia melangkah pergi meninggalkan Dimas setelah mendengar ucapannya. Sedangkan Dimas menatap punggung lebar sepupunya yang berangsur menjauh darinya. Reyhan masuk kedalam mobilnya dengan perasaan kacau. Ia tau sepupunya menginginkan dirinya bangkit dan melawan. Namun Reyhan lebih takut sebuah kenyataan tentang keluarganya, kenyataan yang selalu menghantuinya dan masih ia ragukan. Reyhan mengendarai mobilnya, dengan perasaan yang masih tak menentu ia menyusul menemui kedua sahabatnya di lapangan basket. "Gus tuh si Reyhan sudah datang." Agus menoleh ke arah orang yang di tunjuk Ali. "Hmmmm, kayaknya hatinya lagi nggak bersahabat Al, liat deh mukanya kaya pantat gajah gitu." "Pppffffttt,
"Aaaaahhhhhkkkkk!" Teriak Reyhan di dalam mobilnya. Reyhan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke suatu hotel. Iapun masuk kedalam hotel dan memesan sebuah kamar. Setelah ia mendapatkan kamar yang ia inginkan Reyhan pun mengambil ponsel di saku celananya, ia melihat waktu yang menunjukkan sudah jam delapan malam.Reyhan pun segera menghubungi seseorang. "Temui aku di hotel Permata, aku butuh kamu sekarang," ucapnya pada seseorang yang ia kenal. Reyhan menunggu orang yang ia panggil untuk datang menemuinya di kamar hotel sambil menikmati sebotol bir. Hinggabeberapa saat kemudian orang yang ia tunggu pun akhirnya datang juga, dan ia segera membukakan pintu. "Rey kamu lagi ada masalah?" Tanpa menjawab pertanyaan wanita tersebut Reyhan langsung menarik tangan wanita yang tengah berdiri di ambang pintu kamar hotel. CUP Reyhan
Apa sebenarnya maumu? Kenapa kamu menggangguku?" "Mauku...? ini," ucap Reyhan sambil menunjukkan pipinya kearah Keyren, "ayo, satu kecupan maka akan aku berikan kembali saputanganmu ini." Keyren membuang mukanya mendengar ucapan Reyhan. "Ya sudah. Kalo begitu aku akan menyimpannya sampai kamu memberikan apa yang aku mau, bagaimana?" ucap Reyhan sambil membalikkan badannya dan hendak melangkah pergi. "Kenapa kamu dengan mudah mengambil barang orang lain dan meminta sesuatu yang tak pantas kamu dapatkan?" ucap Keyren, "apa orang tuamu tidak pernah mengajarkanmu sopan santun dan cara menghargai orang lain?" imbuhnya membuat Reyhan kembali menghadapnya. Reyhan menatap Keyren dengan diam, ia kembali mendekati Keyren, tanpa sepatah katapun Reyhan menggapai tangan Keyren dan mengembalikan apa yang telah dia ambil. Namun Keyren bisa melihat raut muka Reyhan yang tak bisa di artikan, mar
Reyhan mengendarai mobilnya secara perlahan, ia menikmati pemandangan kota yang semakin sepi, ia menghentikan mobilnya tidak jauh dari restoran milik ibunya yang baru saja tutup, entah apa yang tengah ia pikirkan saat memandangi restoran yang sudah gelap itu.Reyhan kembali melanjukan mobilnya secara perlahan, namun matanya tertuju pada sebuah gang yang sepi, dan nampak ada beberapa orang di sana.***"Hai cantik kenapa malam-malam begini sendirian sih, kan dingin," ucap seorang preman."Mending sama kita biar bisa di angetin, hahahaha!" ucap kembali rekannya di barengi tawa."Tolong menyingkirlah dari jalan saya," ucap seorang gadis yang tak lain adalah Keyren.Saat ini dia tengah di kepung dua preman, namun tak terlihat rasa takut sedikitpun di wajahnya."Ckckck jangan galak-galak cantik, nanti abang cubit loh," ledek preman tersebut.Keyren berusaha menghindari tangan sal
Dion menatap pintu kamar yang sudah tertutup dan bergumam dalam hatinya, "Rey suatu saat kamu akan tau kebenarannya." Dion melangkah menuju kamarnya, langkahnya terhenti saat melihat istrinya berdiri di ambang pintu kamar. "Apa yang terjadi pada Reyhan?" tanya Andini. "Apa kamu pikir anak kesayanganmu itu akan mengatakan padaku apa yang terjadi padanya," jawab Dion datar. "Dion maafkan Reyhan, semua itu karena dia tidak tau kebenarannya." "Kebenaran bahwa aku bukan ayahnya," ucap Dion ketus membuat Andini terdiam mendengar ucapannya. Dion melangkah masuk ke kamarnya melewati Andini yang berdiri di pintu. "Apa lebih baik kita memberi tau Reyhan kebenarannya?" ucap Andini menghentikan langkah Dion. Dion menoleh ke arah istrinya yang tengah menutup pintu kamar."Memberi taunya agar dia lebih membenciku dan membuat kakakmu tertawa akan kemenangannya?" "Lalu apa yang harus aku lakukan agar kalian berdua bisa akur?"
Agus dan Ali menghampiri Reyhan yang tengah menuju kelas.Dari belakang Agus langsung merangkul pundak Reyhan. "Sstttt sstttt, kayaknya ada yang hampir berhasil deketin cewe baru nih," ucap Agus pada Reyhan. Reyhan hanya menyeringai mendengar ucapan Agus. Ali dari samping Reyhan mengulurkan sesuatu pada Reyhan, "Rey ambillah ini dan ajak Keyren. Anggap saja aku memberi dukungan agar kamu bisa bersamanya," ucap Ali. Reyhan mengambil dua tiket bioskop dari tangan Ali. "Film horor?" ucap Reyhan lirih sambil menatap Ali.Ali hanya mengacungkan kedua jempolnya tanpa berkata apapun. "Eh Al, kok kamu malah bantu dia, entar kalo dia berhasil menang jadi nggak afdol dong," komplain Agus. "Aku nggak ngebantu Reyhan, aku cuma ngasih tiket film adikku yang nggak jadi nonton daripada mubasir tau." "Kenapa film horor kamu kasih ke aku buat ngajak Keyren nonton bareng? kenapa bukan film yang mengandung adegan romantis atau hot," ucap Reyhan. "F