Share

PRIA PENGGODA

"Eh mana tuh cewe, ko belum masuk kelas?" ucap Agus.

Reyhan dan Agus menoleh ke pojokan di mana Keyren duduk di sana. Reyhan tersenyum melihat tempat duduk Keyren ada yang menempati, itu adalah si pemilik yang kemarin tak masuk kuliah sehingga Keyren bisa duduk di tempatnya.

"Guys, sepertinya tuhan mempermudah usahaku," ucap Reyhan.

Reyhan dan temannya pun duduk di tempat masing-masing, tak berapa lama Keyren pun masuk kedalam kelas, meski sudah ada yang menempati kursi yang ia duduki sebelumnya, Keyren tetap melangkah menuju ke sana tanpa melirik sedikitpun pada Reyhan.

"Maaf bisakah kamu pindah dari tempat duduku," ucap Keyren.

"Hmmm, kamu mahasiswi baru ya?" tanya Sasa. Dia cewe pemilik kursi tersebut.

"Iya."

"Duduklah di kursi kosong itu, ini adalah tempatku sebelum kamu datang. Anggap saja kemarin aku meminjamkannya untukmu sehari."

Keyren menoleh kearah kursi kosong yang kemarin ia lewati, dan tepat saat ia menoleh Reyhan pun tengah tersenyum kearahnya. Keyren menghela nafasnya dan kembali bertanya pada sang pemilik kursi, "Bisakah kita tukar tempat duduk, aku tidak mau duduk dekatnya."

Sasa menoleh kearah Reyhan yang tengah menatap mereka, iapun tau arti tatapan Reyhan. "Siapa namamu?" tanyanya.

"Keyren."

"Key, aku mau saja tukar tempat duduk, tapi kayaknya Reyhan tidak akan mengizinkanku duduk di sebelahnya. Jika aku memenuhi perintahmu itu sama saja aku yang akan dapat masalah.

Jadi pergilah dan duduk di kursi kosong itu," jelas Sasa.

Keyren tidak punya pilihan dan dengan berat hati iapun harus duduk dengan Reyhan.

"Sepertinya Tuhan mentakdirkan kamu agar bisa lebih dekat denganku, kamu harus bersyukur Key," ucap Reyhan.

"Untuk apa aku harus bersyukur dengan musibah," jawab Keyren tanpa menoleh kearah Reyhan.

"Musibah...? kamu tau Key, banyak cewe yang mau duduk di tempatmu itu, mereka menginginkan tempat istimewa ini tapi aku menolaknya, tapi aku suka rela mengizinkakmu berada di dekatku. Apa kamu tidak mengerti itu adalah sebuah keberuntungan."

Keyren memutar bola matanya dan menoleh kearah Reyhan. "Apa kamu tau, aku akan merasa sangat beruntung jika bisa duduk jauh dari pria penggoda sepertimu, dan..."

"No, no, no, bukan pria penggoda tapi... Pria menggoda," kilah Reyhan.

"Heh! itu menurutmu."

"Dengarkan aku, aku tidak pernah menggoda siapapun tapi merekalah yang tergila-gila padaku Key, jadi jangan pernah menyebutku sebagai pria penggoda. Ok!"

"Aku tidak peduli."

Keyren membuka bukunya dan berusaha tak meladeni Reyhan, sementara Agus dan Ali menahan tawa mereka.

Tak lama kemudian dosen pun masuk ke dalam kelas.

****

Tok tok tok

Dion mengetuk pintu direktur. Iapun segera masuk setelah mendapat jawaban dari dalam.

"Ooh Dion, masih di sini rupanya?" ucap Bram. 

"Aku masih memiliki pekerjaan yang harus aku selesaikan di sini bukan?"

"Aku hampir lupa untuk memecatmu, maafkan aku. Tapi aku sudah menyiapkannya, ini ambillah," ucap Bram kembali.

Dion tau ini adalah sebuah ejekan baginya, namun ia sadar sekarang pemimpin perusahaan ini sepenuhnya sah menjadi milik kakak iparnya, dengan berat hati ia menerima amplop yang diulurkan padanya.

"Aku tidak pernah berharap lebih tentang perusahaan ini, hanya saja aku benar-benar merasa kecewa..., kenapa bisa Reyhan tak memiliki hak sedikitpun tentang perusahaan ini, tapi justru dia hanya di beri perusahaan yang baru dua tahun didirikan. Padahal Reyhan adalah cucu dari pemilik perusahaan ini."

"Ckckck Dion, Dion. Apa kamu tidak bisa bersyukur juga," ucap Bram mengitari meja kerjanya menghampiri Dion.

"Kalian masih beruntung kakek masih ingat dan memberikan warisannya pada kalian. Dan ingat satu hal Dion, kamu ada di sini hanya karena kebetulan jadi jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan kekayaan dengan mudah. 

Sekarang pergilah ke perusahaan barumu itu."

Dion menyipitkan matanya, hatinya kini benar-benar terbakar api amarah dan tangannya pun sudah mengepal ingin meninju orang yang ada di sebelahnya, tapi ia terpaksa harus menahannya.

"Bram Setyo Atmaja, anda benar-benar orang yang hebat. Tapi ada yang anda lupakan tuan, perusahaan ini menjadi besar pun tak luput dari ikut campur tanganku. Jadi berhati-hatilah anda dalam bicara. Saat ini anda bisa tertawa akan apa yang anda lakukan tanpa ingat jika roda akan terus berputar, maka nikmatilah selagi anda bisa," ucap Dion yang langsung melangkah keluar.

Langkah Dion terhenti saat melihat Dimas berdiri dekat pintu, ia yakin anak dari kakak iparnya sudah mendengar pembicaraan mereka.

"Uncle?" sapa Dimas.

Dion hanya menghela nafasnya dan melanjutkan langkahnya. Dimas masuk kedalam ruangan tanpa lupa menutup kembali pintunya, ia menghampiri ayahnya yang tengah menghisap cerutu.

"Dady apa semuanya belum cukup? apa dady belum puas juga?" tanya Dimas.

Bram menatap kearah anaknya. "Dimas dady melakukan semuanya ini demi kamu, untuk kamu."

"Tapi ini nggak adil buat Rey dad, dia juga cucu opah dan berhak mendapatkan apa yang kita dapat."

Bram bangun dari duduknya dan menghampiri anaknya.

"Dengar Dimas, apa kamu pikir Dady akan rela membagi semua ini dengan anak haram itu?"

"Tapi dad...,"

"Diam! aku tidak suka dengan anak pembantah," bentak Bram.

Dimas pun hanya diam dan melangkah pergi meninggalkan ayahnya.

***

"Baiklah semuanya, kita ketemu lagi di jam berikutnya," ucap seorang dosen yang menandakan kelas berakhir dan waktunya mereka istirahat.

Keyren langsung keluar kelas dan menuju ke suatu tempat, Reyhan pun buru-buru menyusulnya.

"Key Tunggu," ucap Reyhan menarik tangan Keyren.

Keyren menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Reyhan. "Lepaskan tanganku," ucap Keyren melihat tangannya yang di genggam Reyhan.

"Uuuppssss. Maaf tidak sengaja," ucap Reyhan yang langsung mengangkat kedua tangannya.

Agus dan Ali menghampiri mereka.

"Hai Key?" sapa Ali dan Agus.

"Hai juga."

"Key, bisa kita ngobrol sebentar," tawar Reyhan.

"Maaf aku tidak ada waktu ngobrol sama penggoda sepertimu," jawab Keyren. Ia membalikkan badannya dan melangkah pergi.

"Pppffftttttt, di tolak. Hahahaha," celetuk Agus dengan tawanya.

"Jujur aku jadi makin penasaran sama tuh cewek," ucap Reyhan yang masih menatap punggung Keyren.

"Kalian ini benar-benar serigala tanpa menyia-nyiakan mangsa," ucap Ali. Ucapannya membuat kedua sahabatnya menatap dirinya dengan tajam.

"Emm, aku mau ke kantin dulu, laper nih," ucap Ali menghindari tatapan kedua sahabatnya. Ia pun langsung berlalu.

"Huhh dasar kadal, ayo Rey kita susul dia," ucap Agus.

Mereka pun menyusul Ali ke kantin untuk makan siang.

"Rey, ntar malam kamu ada acara kemana?"

"Nggak ada Gus,"

"Kelapangan basket yuk, lama nih nggak kesana?"

"Boleh juga."

Agus menepuk pundak Ali yang tengah memesan makanan. "Hei kadal, pesenin kita sekalian ya," ucap Agus yang langsung pergi tanpa menunggu persetujuan Ali. Ali pun hanya menggelengkan kepalanya. Reyhan tersenyum melihat Keyren yang tengah duduk sendiri. "Gus kita duduk di sana saja," ucap Reyhan sembari menunjuk ke arah Keyren.

"Mau usaha lagi nih?" ledek Agus.

"Aku harus ngobatin rasa penasaran ini sampai aku bisa dapetin tuh cewe."

"Pantang menyerah niye," ucap Ali, "nih bantuin bawa," imbuhnya sambil menyodorkan makanan dalam nampan.

"Thanks Al!" ucap Agus.

"Sama-sama. Ngomong-ngomong kita mau duduk di mana nih?" tanya Ali.

"Tuh! Reyhan ngajak kita duduk bareng sama Keyren."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status