Share

PESAN TERAKHIR

"Kamu yakin mau nantangin aku? Ingat aku nggak pernah gagal dapetin cewe yang aku mau," ucap Reyhan sedikit sombong.

Ali merasa tak cocok dengan rencana mereka, iapun mengutarakan ketidak setujuannya, "Tunggu, aku rasa dia cewek baik-baik dan kalian berdua nggak boleh jadiin dia buat taruhan.kalau dia tau kalian mempermainkannya, itu pasti akan menyakiti perasaannya nanti."

"Itu kan kalo dia tau Al, kalo nggak ya kan aman," kilah Agus.

"Aahk, terserah kalian deh, aku nggak ikutan."

Reyhan dan Agus pun akhirnya tersenyum kecil mendengar jawaban Ali yang terdengar kesal karena kelakuan mereka.

"Ya sudah, aku cabut dulu ya," ucap Reyhan. Kedua temannya hanya melambaikan tangan dan Reyhan pun berlalu

Reyhan masuk kedalam mobilnya dan berlalu pergi, saat ia tengah keluar dari gerbang kampus, ia melihat Keyren tengah berjalan menuju stasiun busway. Tiinnn tiiinnn! Keyren menoleh ke arah mobil yang menlaksonnya.

"Masuklah biar aku antar ketempat tujuanmu," tawar Reyhan.

"Tidak terimakasih. Aku akan merasa lebih nyaman jika menaiki kendaraan umum daripada duduk di mobil mewahmu."

Keyren kembali melangkahkan kakinya, ia mempercepat langkahnya dan Reyhan pun mengikuti. Mobil Reyhan terhenti karena ia tak bisa melewati jalur busway, sedangkan Keyren menghilang di balik pintu stasiun.

"Shiiiitttt. Ini kedua kalinya dia nge-cuekin aku," gumam Reyhan. Ia kembali mengemudikan mobilnya dan berlalu pergi.

***

Rumah besar keluarga Atmaja, dimana semua anggota sudah berkumpul di sana menunggu Reyhan. Yang ditunggu pun akhirnya segera datang, Reyhan memarkirkan mobilnya tepat di halaman rumah mewah tersebut. Ia menatap mobil kedua orangtuanya yang terparkir disana. "Jadi mereka sudah datang," gumamnya. Reyhan segera turun dari mobilnya,dan masuk ke dalam ruangan dimana semua orang sudah menunggunya.

"Akhirnya kamu datang juga. Bagaimana kabar kamu Rey?" ucap Bram menyambut kedatangan Reyhan.

"Baik Om."

"Ayo duduklah, kami hanya tinggal menunggumu."

Reyhan mengangguk dan melangkah untuk bergabung.

"Hai Rey?" sapa Dimas anak dari Bram.

"Hai juga Dim, kapan datang ke Jakarta?" tanya Reyhan. Ia duduk dekat Andini dan langsung mendapatkan senyuman hangat dari sang ibu.

"Segera setelah daddy memintaku untuk pulang."

Reyhan pun mengangguk mendengar jawaban Dimas.

"Baiklah pak Irwan, semua sudah berkumpul disini. Silahkan anda memulainya," ucap Bram.

Pak Irwan mengangguk dan mengambil tas di sampingnya, ia mengelus sebuah map besar dan mulai membukanya.

"Kita akan langsung saja pada tujuan kita," ucap Irwan sambil mengambil beberapa lembar kertas.

"Tunggu..., apa kita akan mendengarkan pesan terakhir kakek?" ucap Reyhan, "bukankah kake pernah bilang wasiatnya hanya boleh dilihat saat aku sudah lulus kuliah?"

Semua orang terdiam, dan pak Irwan pun menunda tujuannya karena apa yang diucapkan Reyhan memang benar.

"Dion, kamu jelaskan sendiri pada Reyhan," ucap Bram pada Dion.

Dion tersenyum kecil, "Bukankah ini juga keinginanmu kakak iparku yang baik, aku hanya mengiyakan apa yang kamu inginkan," jawab Dion dengan santai. Reyhan menatap ayahnya, ketegangan di ruang tamu pun begitu terasa.

"Jadi apa kita akan melanjutkannya?" tanya Irwan memecahkan suasana. Ia menunggu jawaban dari mereka.

Dion menghela nafasnya dan angkat bicara "Rey semuanya akan lebih baik jika kita segera tau apa yang kakek inginkan bukan?"

"Terserah kalian saja, aku hanya mengingatkan apa yang kakek katakan, aku juga tidak terlalu peduli dengan hal ini," jelas Reyhan.

"Kalo begitu silahkan pak Irwan lanjutkan," ucap Bram yang akhirnya ikut duduk di sampingnya istrinya.

"Baiklah," ucap Irwan sambil membuka kembali kertas yang ada di tangannya.

"Aku Abimanyu Atmaja Djaya dengan penuh kesadaran menulis pesan ini untuk anak dan cucuku. Dan jika kalian sedang mendengar surat ini dibaca, itu berarti aku sudah jauh pergi dari dunia ini. Andini meski kesalahanmu sangat mengecewakanku, namun kamu tetap anakku yang memiliki hak atas peninggalanku. Aku memberikan Global company yang masih dalam naungan Atmaja group untukmu dan cucuku Reyhan.

Namun Atmaja group akan dikendalikan oleh kakakmu Bram, ia akan memiliki kuasa penuh atas Atmaja grup.

Sedangkan villa dan yang lainnya aku sudah berikan pada kalian atas nama masing-masing yang aku titipkan pada Irwan. Aku harap kalian semua menerima keputusanku ini."

Irwan kembali melipat kertas di tangannya setelah membaca pesan singkat tersebut. "Aku harap kalian terima semua keputusan tuan Abimanyu," ucap Irwan.

"Tentu!" ucap Dion. Meski ia dengan cepat menjawab ucapan Irwan, namun raut mukanya tak bisa menyembunyikan rasa kekecewaannya.

Irwan kembali mengambil beberapa dokumen dari tasnya. "Ini adalah sertifikat kepemilikan tanah dan harta lainnya, semua sudah tertera atas nama kalian," ucapnya sambil meletakkan dokumen tersebut di meja.

"Pekerjaanku sudah selesai, jadi aku pamit untuk undur diri," ucap Irwan sambil berdiri dari duduknya.

"Terimakasih banyak pak Irwan," ucap Bram.

Mereka pun menatap kepergian Irwan. Bram mengambil semua sertifikat di meja dan mulai membacanya.

"Ckckck lihatlah Rey, betapa papah sangat menyayangimu," ucap Bram sambil memberikan sertifikat pada Reyhan. "Bahkan apa yang ia berikan sudah tercantum namamu di sana." Andini mengambil sertifikat di tangan Reyhan dan melihatnya satu persatu. "Ternyata sebegitu tidak percayanya papah pada orangtuamu," imbuh Bram.

"Dad, tolong jangan membuat suasana jadi kacau," celetuk Dimas.

"Daddy hanya mengatakan hal yang nyata Dimas."

Dimas pun hanya menghela nafasnya.

Dion yang merasa tak nyaman dengan ucapan Bram pun langsung bangkit dari duduknya. "Aku rasa masalah di sini sudah selesai dan tidak ada yang perlu kita bahas lagi. Andini lebih baik kita segera pulang sayang." ucapnya. Andini tersenyum kecil dan ikut berdiri seperti suaminya.

"Rey ayo kita pulang," ajak Andini.

"Biar dia tinggal sebentar di sini," ucap Bram tanpa memberikan kesempatan Reyhan menjawab ajakan ibunya. "Reyhan sudah lama tidak bertemu Dimas, lagi pula Dimas juga akan balik ke Singapura lusa. Jadi biarkan mereka duduk bersama beberapa saat." Dion dan Andini menoleh kearah Reyhan menunggu jawaban Reyhan. "Aku akan pulang nanti mah," ucap Reyhan.

"Baiklah sayang jika itu mau kamu, tapi ingat jangan terlalu larut," ucap Andini.

Reyhan pun mengangguk mengiyakan ucapan ibunya.

Andini dan Dion pun keluar dari rumah besar tersebut. Meski di penuhi rasa marah dan kecewa Dion bisa bersikap tenang melangkahkan kakinya menuju mobilnya. Ia Pun perlahan meninggalkan rumah tersebut.

Andini menatap ke arah suaminya yang tengah mengemudi. "Dion maafkan aku, aku tau kamu kecewa dengan keputusan papah, dan aku tau semua ini karena salahku.

Dion menyunggingkan senyuman. "Tenang saja Andini, aku cukup tau diri dan sadar di mana tempatku," jawab Dion. Ia melanjutkan mobilnya dengan kecepatan sedang hingga menuju rumahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status