Acara malam ini berlangsung dengan sederhana untuk kategori pengusaha kelas atas karena acara tersebut di adakan di salah satu sudut resort yang langsung menghadap ke pantai, dan merupakan resort yang mewah di kawasan ini.
Beberapa tamu undangan yang hadir amat di kenal oleh Elvan. Terutama rekan kerjanya ini.
Aya berdiri di sampingnya dengan anggun, tampak sangat cantik dan tampilannya begitu memukau meski tanpa sapuan make up yang tebal. Sepanjang perjalanan Elvan tak lepas memperhatikan Aya yang tampak sangat berbeda di banding kesehariannya.
Siang tadi mereka memilih gaun untuk Aya yang tidak terlalu terbuka, selain Aya tidak menyukainya, ia juga merasa risih dengan bekas luka yang masih terlihat di punggungnya meski samar.
Karena takut ada yang mengenali Aya sebagai menantu dari keluarga Sanjaya, Elvan sudah memikirkan hal ini sampai sejauh ini, Elvan meminta penata rias untuk sedikit meng
Sebentar lagi Aya dan Elvan akan kembali ke Jakarta, Elvan maupun Aya sudah bersiap dengan koper mereka dan langsung di bawakan oleh sopir dimasukkan ke dalam bagasi mobil.“Mbakkk, kalau aku kangen gimana?” tanya Ega yang kini memeluk Aya.“Gampang, tinggal telpon atau kirim chat ke Mbak!” jawab Aya. “Kan udah nyimpen nomor Mbak.”“Iya, kalau kangen jalan-jalan sama Mbak gimana coba?” tanya Ega lagi.“Ya gak bisa dong, Ega. Masa Mbak langsung terbang ke sini, lagian kamu kalau ajak jalan-jalan suka ngajakin ngecengin bule mulu ahh…” seru Aya.Elvan yang mendengarnya mengerutkan keningnya.“Ihh, Mbak diem-diem aja kenapa!” sungut Ega.Aya terkekeh geli, “Iya iya rahasia, rahasia kita berdua aja!”“Ck! Udah gak jadi berdua
Aya hanya bisa melongo saat memasuki apartemen milik Elvan, sungguh mewah dan luas. Dengan desain yang minimalis sangat terkesan nyaman untuk di tinggali, meski terkesan begitu maskulin di beberapa tempat.“Aku sudah meminta orang untuk membersihkannya sebelum kita datang,” ujar Elvan memecah kekaguman Aya pada tempat ini.Aya menoleh pada Elvan kemudian mengangguk, “Aku bisa melihatnya, karena semua tampak sudah sangat bersih, tidak seperti tempat yang sudah lama tidak di tinggali,” sahut Aya.“Apa kau ingin melihat kamarmu?” tanya Elvan kemudian.“Boleh,” sahut Aya kemudian.Lalu Elvan membantu Aya untuk membawa kopernya, awalnya Aya menolaknya tapi Elvan sedikit memaksa hingga Aya tidak dapat menolaknya lagi.Apartemen Elvan hanya terdiri dari satu lantai, tapi cukup luas.“Ini kama
“Lu kenapa sih? Dari tadi cuma bengonggg aja mulu!!” seru Andrew membuyarkan lamunan Elvan.Elvan hanya menoleh pada Andrew kemudian mendesis kesal. Elvan tidak mau memperdulikan Andrew yang kini sudah duduk di depannya seraya menaruh makan siang mereka.“Gak ada!” seru Elvan dingin.Padahal ia sejak tadi tak bisa melupakan kejadian tadi pagi, meski ia sudah mencoba untuk mengenyahkannya tapi tetap saja bayangan akan paha mulus milik Aya terus memenuhi isi kepalanya, terutama di bagian celana dalamnya.“Masa sihh! Kok gue gak yakin yaa…” sahut Andrew lagi yang kini mulai membuka makan siangnya.Elvan melirik pada Andrew.“Kenapa Lu makan di sini, hah?! sana di ruangan Lu sendiri!” seru Elvan mengusir Andrew.“Gak ahh, udah gak asik istirahat di ruangan gue lagi, gak ada Sandra!&
“Apa kau sudah makan malam? Jika belum aku akan memasakkannya untukmu,” tawar Aya yang baru saja keluar dari dalam kamar setelah mengganti pakaiannya. Dan Elvan masih berada di ruang tengah dengan televisi yang masih menyala.Saat di perhatikan, Elvan sendiri sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih santai.Elvan menoleh pada arah sumber suara dan menemukan Aya yang sudah berdiri di sampingnya. Elvan tampak memperhatikan Aya dari atas hingga ke bawah. Di mana Aya sudah memakai jaket tebal dengan model parka dan juga celana legging berwarna hitam yang membalut kakinya yang ramping.‘Sangat tertutup. Apa di sini begitu dingin?!’ gumam Elvan dalam hatinya. Jika di lihat Aya sudah mirip dengan orang Eskimo, yang tinggal di kutub. Hanya saja Aya tidak memakai topi yang menempel di jaket itu dan membiarkannya tetap di belakangnya.Tentu saja Aya tidak memiliki jaket sepe
Brukkk….Martina melempar tasnya sembarang ke kursi yang ada di ruangan, di belakangnya Andre berjalan mengikutinya.Rasa emosi masih menyelimuti diri Martina saat ini. Di mana ia sangat kecewa dengan hasil persidangan kali ini. Kemudian keduanya duduk di sofa.Handoko sudah membuat semua bantahan atas tuduhan menantu durhakanya pada putranya, di bantah oleh pihak mereka begitu saja.“Udah deh Mah, Handoko kan udah mau nyari strategi yang lain lagi,” bujuk Andre.“Kamu gak ngerti atau masih belain istri kamu yang kurang ajar itu sih, Ndre?” pekik Martina.“Andre gak belain Aya, Mah. Tapi kan Mama denger sendiri kalau tadi Handoko mau terus berjuang untuk matahin semua argumen pengacara Aya,” jelas Andre.“Mereka udah ancam kita, Ndre! Beberapa hari lagi kita harus datang ke kantor polisi un
Aya membaca dengan perlahan dan teliti tiap kata yang tertulis di replik yang ada di tangannya saat itu. Elvan memperhatikan wajah Aya yang perlahan berubah. Emosi Aya mulai terpancing, ada kesedihan, amarah dan kekecewaan yang mendalam dalam wajahnya.Ia terlihat begitu terpukul membaca setiap sangkalan dan tuduhan Andre padanya.Matanya mulai terasa panas, tapi Aya berusaha menahannya. Tangannya tampak gemetar memegang berkas tersebut dengan bahu yang sedikit melorot.Tak berapa lama kemudian Aya mendongak menatap Elvan dengan matanya yang panas dan sudah memerah, tampak berkaca-kaca.“A-aku tidak pernah berselingkuh, bahkan teman wanitaku masih bisa di hitung dengan jari saat bersamanya…” lirih Aya dengan bibir bergetar.“A-aku tak pernah mencuri, kenapa mereka menuduhku mengambil perhiasannya Mama? Aku pergi hanya membawa perhiasan milikku yang aku mi
Elvan sebenarnya tak ingin meninggalkan Aya sendirian, setelah kemarin terlihat begitu terpukul. Tapi tadi pagi ia terlihat kembali seperti biasa, meski matanya masih sedikit bengkak. Tapi, Aya menyakinkan Elvan jika dia baik-baik saja dan bisa di tinggalkan sendirian.Lagi pula ada urusan di kantor yang harus di kerjakannya.Pagi ini beberapa berkas yang harus di ceknya sudah menumpuk di atas meja, sebelum menandatanganinya Elvan harus lah memeriksanya satu persatu dengan sangat teliti.Elvan terlalu larut sibuk dengan pekerjaan meski sesekali ia mengirimi pesan chat pada Aya untuk memastikan keadaanya. Ia tidak mau terjadi apa-apa dengan Aya. Setidaknya ia bisa mengerti dengan apa yang Aya alami saat ini. Karena Elvan sendiri sudah pernah dalam posisi titik terendah dalam hidupnya, dan kini ia mulai bangkit kembali menatap hidupnya.Aya membalas setiap pesan darinya, Elvan harus bernapas lega untuk itu. Tapi meski begitu, ia akan usahakan untuk menyelesaikan semua pekerjaannya dan m
Setelah mendapat beberapa pertanyaan dari penyidik, Martina dan Andre akhirnya berhasil keluar dari kantor polisi. Tentu saja Martina keluar dengan perasaan marah dan emosi yang menjalar di sekujur tubuhnya.Rasanya ia ingin mencekik menantu kurang ajarnya itu. Karena tuduhan padanya benar-benar sudah sangat kurang ajar. Menantunya benar-benar melampirkan semua bukti kuat pada polisi, di mana ada foto serta video dirinya yang sedang menamparnya di lobby hotel depan lift.Penyidik bertanya sekitar 20 pertanyaan padanya. Pertanyaan berulang, bahkan hampir mirip-mirip.‘Dasar Sundal! Lihat saja nanti pembalasanku!!’ gerutu Martina dalam hati. Saat ini ia tidak bisa mengomel seenaknya karena baru saja keluar dari ruangan penyidik. Begitu juga dengan Andre yang kini ada di sampingnya. Mereka bertiga beserta Handoko berjalan melewati lorong di mana ada beberapa ruangan lainnya di kanan dan kirinya. Terlihat beberap