Bagi dirinya Dayana Ekavira Sanjaya sudah tidak ada, begitu ia meninggalkan Jakarta. Yang ia inginkan adalah pergi menjauh ke tempat yang tidak ada satupun orang yang mengenal dirinya, meninggalkan suami dan keluarga suaminya yang sudah memperlakukannya dengan buruk. Dalam pengasingannya, katakanlah begitu Aya--nama panggilannya menyebutnya. Ia akan hidup dengan nama baru Kana Zanitha. Kana pergi ke sebuah tempat yang cukup jauh dari hiruk pikuk kota, di mana ia yakin suami dan keluarganya tidak akan menemukannya. Sayangnya tidak ada tujuan yang pasti untuk dirinya, celakanya dalam pelariannya tersebut ia jatuh pingsan di sebuah kebun dekat villa. Pemilik villa menemukannya tergeletak di bagian belakang villa nya, Elvan Ravindra Dewangga. Seorang pria introvert dengan tatapan tajamnya. Karena luka di tubuhnya dan menyebabkan dirinya demam, Kana tidak bisa langsung meninggalkan tempat tersebut begitu saja. Meski awalnya ia takut pada pria itu, sayangnya keduanya mulai terjerat perasaan yang tidak biasa. Suami dan keluarganya menemukan keberadaannya, apa yang harus Kana lakukan? Kembali kabur atau menghadapi mereka?
Lihat lebih banyakAcara malam ini berlangsung dengan sederhana untuk kategori pengusaha kelas atas karena acara tersebut di adakan di salah satu sudut resort yang langsung menghadap ke pantai, dan merupakan resort yang mewah di kawasan ini.Beberapa tamu undangan yang hadir amat di kenal oleh Elvan. Terutama rekan kerjanya ini.Aya berdiri di sampingnya dengan anggun, tampak sangat cantik dan tampilannya begitu memukau meski tanpa sapuan make up yang tebal. Sepanjang perjalanan Elvan tak lepas memperhatikan Aya yang tampak sangat berbeda di banding kesehariannya.Siang tadi mereka memilih gaun untuk Aya yang tidak terlalu terbuka, selain Aya tidak menyukainya, ia juga merasa risih dengan bekas luka yang masih terlihat di punggungnya meski samar.Karena takut ada yang mengenali Aya sebagai menantu dari keluarga Sanjaya, Elvan sudah memikirkan hal ini sampai sejauh ini, Elvan meminta penata rias untuk sedikit meng
Pagi ini saat Elvan membuka matanya, ia menerima panggilan suara dari Ryan yang langsung ia angkat begitu saja.“Ada apa?” tanya Elvan dengan suara paraunya.“Gue lupa mau ngasih tahu Lu, Van. Kemaren gue terlalu sibuk bikin duplik dan juga ketemu sama klien gue yang lain,” sahut Ryan di seberang sana.“Iya ada apaan?” tanya Elvan tak sabaran.“Handoko, beberapa hari ini dia terus ngejar gue dan minta ketemu,” sahut Ryan.“Terus?”“3 hari yang lalu gue langsung kirim pesan ke dia kalau gue udah masukin laporan tentang kejadian di hotel, dan sejak itu dia terus ngejar gue. Gue yakin Sanjaya minta kita cabut laporan penganiayaan itu,” jelas Ryan.“Ngerti-ngerti,” balas Elvan yang masih berbaring di atas tempat tidurnya. Semalam ia sedikit kesulitan tidur kar
Elvan sudah pergi ke tempat proyek untuk memantau pekerjaan di sana. Pengar di kepalanya sudah hilang sama sekali. Tapi pikirannya tetap kacau karena ia masih kepikiran dengan apa yang terjadi tadi malam.Ia merasa tak enak pada Aya. Hingga ia tak mampu mengatakan apapun di hadapan Aya pagi tadi ketika mereka sarapan bersama. Begitu juga sebaliknya. Aya lebih banyak menunduk dan tidak mengatakan apapun juga.Elvan sangat bersalah, karena kecerobohannya semua itu harus terjadi.Ia menghela napas panjang, “Betapa bodohnya aku…” lirih Elvan."Mungkin nanti sore aku akan berbicara dengannya dan meminta maaf padanya," gumam Elvan pelan.Sementara itu, Aya di temani oleh Ega menikmati pemandangan laut sambil berenang di kolam belakang villa. Masih ada beberapa bekas luka yang belum hilang di punggung Aya, oleh karena itu ia sengaja tidak menggunakan pakaian renang ya
Semalam Elvan bermimpi bertemu dengan Davina. Dalam mimpinya ia memeluk erat Davina istrinya melepaskan rasa rindunya yang tertahan setelah sekian lama.Elvan memeluk erat Davina kemudian mengecupnya. Hal biasa yang ia lakukan pada Davina dulu. Elvan sadar jika itu hanya lah mimpi. Karena Davina kini sudah meninggalkannya untuk selama-lamanya.Elvan ingat semalam ia mabuk meski hanya meminum satu gelas alkohol saja. Sejak dulu ia memang tidak tahan dengan minuman beralkohol dan kemarin, ia terpaksa meminum satu gelas red wine setelah lemon juice-nya habis.Tubuhnya terasa berat dan kaku dengan kepala yang masih terasa pengar.Tapi Elvan ingat dengan benar, semalam seperti bukan mimpi, seolah Davina memang hadir dan menemani nya sepanjang malam. Memeluknya dan menyebut namanya.Tapi yang tidak di sangka oleh Elvan, sampai detik ini ia merasa masih memeluk tubuh Davina.&nbs
Sopir dan Aya akhirnya berhasil untuk membaringkan tubuh Elvan di atas tempat tidurnya di dalam kamar. Karena sudah hampir tengah malam, Aya tidak tega jika membiarkan sopir tersebut menemaninya untuk menjaga Elvan.“Pak, Bapak boleh pulang. Biar Elvan aku yang mengurusnya,” ucap Aya pada sopir dengan umur sekitar pertengahan 40 tahunan itu.“Baik, Nyonya. Besok pagi saya akan kembali ke sini untuk menjemput Tuan,” balasnya. Aya mengangguk pelan.Kemudian Aya mengantar sopir tersebut ke depan villa dan segera mengunci pintu depan. Aya kembali memastikan jika ia sudah menguncinya dengan benar. Ia takut jika sampai lupa mengunci pintu ada orang yang berniat jahat masuk ke dalam villa.Setelah semuanya selesai dan yakin sudah mengunci pintu dengan benar, Aya kembali naik ke lantai dua. Kembali masuk ke dalam kamar Elvan untuk memeriksanya sebentar sebelum ia kembali ke kamarnya d
“A-apa ini, Pah?” tanya Shella tergagap karena kaget.Chandra menatap nyalang Shella, sedangkan Martina hanya diam kebingungan.“Pah, ini ada apa sih? Yang di dalam map itu apa?” tanya Martina pada akhirnya.“Kauu!!!” geram Chandra menunjuk pada Shella. “Kau sudah berani membuat visum palsu untuk di jadikan bukti di Pengadilan?? Otakmu kau simpan di mana??!!” pekik Chandra.Baik Shella maupun Martina kaget bukan kepala, mereka kaget dengan hal yang berbeda.“Apa maksudmu, Pah? Visum palsu apa? Bukankah Shella mendapatkannya dari seorang temannya yang dokter?” tanya Martina.“Tanyakan padanya langsung! Untung saja Handoko jeli dan selalu meneliti bukti dari klien sebelum memprosesnya! Jika sampai visum ini masuk ke Pengadilan, dan pengacaranya si menantu durhaka meneliti dan bisa membuktikan vis
Sepanjang pagi itu, meski di hadapannya adalah rekan bisnisnya dan mereka membicarakan mengenai pembangunan resort yang akan mereka kerjakan bersama. Tapi, pikiran Elvan jauh berkelana pada kejadian pagi tadi.Di mana tungkai dan dada yang membusung di balik kaos tampak lebih menarik dari pada pembicaraan ini. Hingga akhirnya Elvan kembali tersadar.‘Bodoh, apa yang kulakukan sih!!” dengus Elvan dalam hati kemudian mulai kembali berkonsentrasi pada pekerjaannya.‘Ini gara-gara Andrew, ingatkan aku untuk menghubungi dan memantaunya, jangan sampai karena aku tidak ada di sana ia bisa mengajak Sandra lagi ke dalam ruangannya,’ ujarnya dalam hati.Setelah makan siang ia akan mengecek Andrew di kantor dengan menghubunginya melalui panggilan video. Jangan sampai ia kembali berulah di ruangannya.Sementara itu Aya dan Ega benar-benar berkeliling dengan menggunaka
Elvan kembali berada di bawah pancuran, padahal beberapa menit yang lalu ia berada di bawah sini juga dan melakukan hal yang sama. Yaitu mandi dengan air dingin untuk mandi kali ini, sedangkan tadi mandi pertama ia menggunakan air hangat.Elvan mendengus kesal karena harus melakukannya dua kali dalam waktu berdekatan. Apalagi jika bukan karena kemunculan Aya yang tiba-tiba dapur.Ia datang dengan celana pendek dan kaos kebesaran miliknya. Ketika membalikkan tubuhnya karena merasakan kedatangan seseorang di dapur, Elvan sempat terkesiap kaget. Mengira jika itu adalah penampakan.Karena memang ada janji pagi ini, dan langsung mandi ketika terbangun tadi. Elvan juga sudah terbiasa bangun pagi seperti sekarang. Selesai mandi ia merasa haus, dan mengira jika Aya masih tidur dengan lelap karena tak ada suara sedikitpun dari kamar sebelah, maka Elvan dengan tenangnya berjalan ke dapur hanya menggunakan sehelai handuk yang kini
Hilda dan Aji sedang menikmati makan malam mereka berdua tanpa kedua anak yang lainnya.“Gimana? Kamu udah ketemu Aya?” tanya Aji di sela makannya.Hilda menggeleng lemah, “Enggak Pah. Waktu Mama ke sana Aya sudah pergi entah ke mana,” jelas Hilda, tersurat raut kesedihan di wajahnya.“Ck! Aku tidak menyangka jika dia akan senekat itu. Itu sih karena kamu terlalu memanjakan dia sejak kecil!” dengus Aji.“Tapi Pah, gimana pun Aya anak kita. Kita sudah mendidik dan mengurusnya sejak kecil. Mama yakin dia punya alasan kuat kenapa dia kabur dari rumah, dan mengugat cerai Andre.” Hilda berusaha membela putrinya. Ia tahu Aya seperti apa, Aya sejak kecil tidak pernah membantah kedua orang tuanya. Jika sampai ia nekat melakukan semua ini, Hilda yakin ada sesuatu yang terjadi dengannya."Papa tau Mah.. Tapi Papa bingung harus berbuat apa. Ch
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.