Pada saat ini, Bu Jena, Landy, dan Susan telah datang. Mereka memasuki kamar pasien dengan ekspresi kaget.Bu Jena berkata, “Pak Hendro, apa benar Dewa C yang asli datang ke Kota Livia?”Hendro mengangguk. “Iya, malam ini Dewa C akan hadiri jamuan makan malam.”Astaga.Anggota Keluarga Cladia langsung merasa antusias.Susan menunjukkan ekspresi kagum. “Akhirnya Dewa C yang asli datang. Dia itu idola dan impianku. Aku mau jadi seperti dia. Akhirnya aku bisa ketemu sama dia.”Bu Jena berkata, “Dewa C ini nggak kelihatan bayangannya. Dia misterius sekali. Sebelumnya kami tertipu oleh Dewa C palsu. Sekarang akhirnya kami bisa lihat wajah aslinya.”Landy juga merasa penasaran. “Menurut kalian, Dewa C itu cowok atau cewek?”Hana menggeleng. “Aku nggak tahu. Kita akan dapat jawabannya malam ini.”Bu Jena berkata, “Pak Hendro, malam ini kamu bawa kami untuk hadiri acara jamuan malam, ya. Kami ingin bertemu dengan Dewa C.”Hendro mengangguk. “Oke.”Pada saat ini, terdengar suara nyaring seseora
Wenny merasa sudah saatnya dia untuk menampakkan diri. Keluarga Cladia telah mencelakai ayahnya. Dia mesti memperhitungkan hal ini dengan jelas.Selain itu, bukannya Hendro ingin tahu siapa sebenarnya Dewa C, Wenny akan beri tahu dia sekarang!…Di Grup Jamil.Di dalam ruangan presdir, Hendro sedang duduk di kursi kerjanya sembari memeriksa dokumen. Dia memegang pena, lalu menandatangani dokumen.Pada saat ini, Sutinah memasuki ruangan, lalu melaporkan dengan suara rendah, “Pak Hendro, sudah ada kabar dari Dewa C.”Tangan Hendro yang memegang pena tertegun. Dia mengangkat wajah tampannya untuk menatap Sutinah. “Katakan.”“Pak Hendro, tadi ada kabar dari Dewa C. Malam ini Dewa C akan benar-benar menghadiri acara jamuan malam. Dia benar-benar datang ke Kota Livia. Dewa C ajak Pak Hendro untuk ketemuan di acara malam.”Tatapan Hendro menjadi tajam. Dia sudah mencari Dewa C dalam waktu yang sangat amat lama. Sebelumnya mereka telah berulang kali melewatkan kesempatan, malah muncul insiden
Wenny berkata, “Pak Hendro, sudah malam, kamu pergi sana.”Hendro membalas, “Sudah malam, tidurlah.”Apa malam ini Hendro mau tidur di rumahnya?“Pak Hendro, apa sekretarismu masih belum antar kunci?”“Dia baru bisa antar besok, jadi malam ini aku tidur di rumahmu.”“Nggak boleh ….”Hendro melirik Wenny sekilas. “Aku lagi beri tahu kamu, bukan suruh kamu memilih.”Saat Wenny masih ingin berbicara, pandangannya malah menggelap. Hendro kembali menciumnya.…Di dalam kamar pasien, Hana terus menghubungi Hendro, tetapi panggilannya tidak diangkat.Hana menghubungi Wenny, tetapi Wenny juga tidak mengangkat panggilannya.Telepon Hendro dan Wenny tidak terhubung.Apa yang sedang mereka lakukan saat ini?Ketika kepikiran dengan gambaran di dalam video, amarah Hana langsung membara. Dia mengangkat tangannya, lalu membanting ponsel di tangannya.“Wenny, dasar wanita murahan, aku akan habisi kamu!”Landy segera maju untuk menenangkan Hana. “Hana, kamu jangan marah. Kondisimu sekarang nggak boleh
Tidak.Mana mungkin?Hana tidak berani percaya. Dia segera memaki, “Wenny, apa yang kamu dan Hendro lakukan? Dasar wanita jalang. Kamu pasti goda Hendro. Sekarang, Hendro itu kekasihku. Apa kamu nggak tahu malu?”“Hana, kamu lihat dengan jelas. Sekarang kekasihmu yang lagi ganggu aku!”“Kamu!”Sebenarnya Hana masih ingin berbicara, hanya saja panggilan video telah diputuskan.Di Apartemen Emperor, Wenny masih ditindih oleh Hendro. Tadinya dia masih ingin berbicara dengan Hana, tetapi ponsel di tangannya direbut Hendro, kemudian panggilan pun diputuskan.Terlihat gairah yang mengerikan di dalam tatapan Hendro. “Sudah cukup teleponnya?”Wenny membalas, “Belum, masih banyak yang ingin aku bicarakan sama Hana. Tentu saja, sekarang Hana pasti sudah mulai berimajinasi. Hendro, kamu tunggu saja.”Hendro membuang ponsel Wenny ke atas meja. “Kalau sudah cukup, kita lanjutkan lagi.”Hendro kembali mencium Wenny.Wenny terdiam membisu.Pada saat ini, ponsel di dalam saku celana Hendro berdering.
“Hendro, aku telepon Hana!”Saat ditelepon oleh Eddy, Hendro masih saja bersikap begitu arogan. Jadi, Wenny akan menghubungi Hana biar Hana melihatnya.Sesuai dugaan, pria itu langsung menghentikan aksinya. Hendro menunduk untuk menatap Wenny.Wenny tersenyum sinis. Dia sudah menduga bahwa nama Hana sangat manjur. “Hendro, segera tinggalkan rumahku. Kalau nggak, aku pasti akan kasih tahu Hana kalau kamu sudah ganggu aku malam ini. Hana memang nggak bakal lakukan apa-apa, tapi dia bisa bikin kamu nggak bisa lakukan apa-apa.”Tatapan membara Hendro tertuju pada diri Wenny. Suaranya terdengar serak. “Wenny, ada apa sama kamu?”Wenny terbengong. Dia sedang mengatakan soal Hana. Kenapa Hendro bertanya seperti ini?Memangnya ada apa?Tiba-tiba Wenny menyadari sesuatu. Sejak dia berbadan dua, tubuhnya mengalami sedikit perubahan. Beberapa hari ini, dadanya sangat bengkak dan semalam dia juga mengeluarkan banyak cairan putih.Lagi-lagi Wenny merasa murka. Dia langsung mendorong Hendro. “Minggi
Hendro kesakitan. Wenny masih sama seperti sebelumnya yang suka menggigit.Hendro mengulurkan tangannya untuk mendorong. Dia langsung mendorong Wenny ke dalam sofa.Tubuh lembut Wenny jatuh ke atas sofa. Baru saja dia hendak berdiri, pada saat ini, tubuh tinggi dan tegap Hendro langsung menindih tubuhnya ke atas sofa.Dua tangan kecil Wenny mendorong dada kokoh Hendro. Dia berkata dengan kening berkerut, “Hendro, kamu ngapain … uhm!”Bibir delima Wenny langsung disumpal. Hendro menunduk untuk mencium bibir delimanya.Kedua mata Wenny spontan disipitkan. Terakhir kali mereka bermesraan adalah pada saat di desa. Hendro memaksa Wenny untuk melakukannya. Setelah pulang dari desa, mereka berdua tidak pernah melakukannya lagi.Sekarang aura bersih dan dominan Hendro kembali menyerang. Dia membuka paksa gigi Wenny, mulai memasuki rongga mulut Wenny. Saat ini, pikiran Wenny menjadi hampa.“Hendro, lepaskan aku!”Wenny berusaha untuk meronta. Tangannya mendorong bagian luar jas hitam Hendro. Di