Hendro mengerutkan alis tampannya dalam-dalam hingga terlihat garis kerutan.Hana memandang Wenny dengan penuh kesombongan dan kemenangan. "Wenny, kamu benar-benar kesakitan ya? Kalau memang sakit, minta tolong dong. Kalau kamu mau mohon padaku, mungkin saja aku akan izinkan Hendro mengantarmu ke rumah sakit!"Wenny menahan rasa sakit sambil menatap Hana. "Soal siapa nanti yang akan minta tolong ke siapa, kita lihat saja nanti!"Selesai bicara, Wenny pun pergi meninggalkan tempat itu.....Wenny kembali ke apartemennya. Dia segera mengeluarkan ponsel dan menelepon kakak seperguruan keduanya, Edgar "Halo, Kak Edgar, Kak Eddy diculik sama Hendro. Cepat kirim orang untuk menyelamatkan dia!"Kak Edgar terdengar tertawa di ujung sana. "Ini benar-benar langka. Ternyata ada juga yang berani menculik Eddy. Wenny, kamu bentrok sama Hendro ya?"Kini, Wenny masih merasa sakit di bagian perut bawah. Wajah mungilnya yang seukuran telapak tangan terlihat agak pucat. "Kak Edgar, tolong jangan sebut-s
Hendro mengangguk. Benar, dia tidak akan goyah lagi.Pria itu harus menyelamatkan Hana, tidak peduli apa pun risikonya.Hendro menatap Wenny sambil berkata, "Wenny, sebaiknya kamu obati saja penyakit jantung Hana. Aku nggak mau memaksamu."Hati Wenny benar-benar sangat kecewa. Hendro sungguh memihak Hana dan para pembunuh itu.Wenny tertawa dingin. "Pak Hendro, kalau kamu mau memaksaku, lihat dulu apakah kamu memang punya kemampuan itu!"Bu Jena menyahut, "Wenny, besar sekali nyalimu. Meski kamu adalah Dewa C si dokter ajaib nasional, kamu nggak akan mampu lawan seorang taipan besar seperti Pak Hendro. Cuma perlu menggerakkan satu jari saja, Pak Hendro sudah punya banyak cara untuk membuat hidupmu hancur!"Landy menimpali, "Wenny, kami sudah kasih kamu jalan keluar yang baik. Sekarang, sebaiknya kamu terima saja. Kalau semua pihak sudah berseteru terang-terangan, kamu juga akan rugi. Aku benar-benar menasihatimu demi kebaikanmu."Hana berucap, "Wenny, kalau kamu nggak memikirkan dirimu
Hendro tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. "Apa kamu sudah berhasil menghubungi Eddy?"Begitu nama "Eddy" disebut, jantung Wenny berdebar keras.Hari ini, Hendro mengenakan setelan jas hitam yang dijahit khusus. Penampilannya sangat elegan dan berkelas. Dia menatap Wenny dari atas, sementara sorot matanya sudah penuh dengan ketidakpedulian dan tidak ada emosi sama sekali.Pria itu telah memilih Hana, jadi sekarang dia dan Wenny seperti dua orang asing.Tatapan Hendro sudah tak menyimpan sedikit pun kehangatan. Yang tersisa hanya dinginnya kekuasaan dan aura tajam seorang penguasa.Hendro berbicara dengan nada dingin, "Wenny, kamu belum berhasil menghubungi Eddy, 'kan? Salah. Lebih tepatnya waktu kamu menelepon Eddy, panggilan kalian tiba-tiba terputus. Benar begitu?"Wenny sudah mulai bisa menebak sesuatu. Dia menatap Hendro dengan tidak percaya. "Apa kamu melakukan sesuatu pada Eddy?"Hendro menjawab dengan tenang, "Kamu boleh coba telepon dia lagi, lihat saja apakah bisa tersambung."
Keluarga Cladia ingin membakar dupa untuk ayah Wenny.Wenny tidak menolak. Dia hanya berdiri diam sambil melihat Bu Jena memimpin semua orang menyalakan dupa, lalu membungkuk di depan makam Nando. "Nando, Ibu datang melihatmu."Andy juga ikut membungkuk. "Kak Nando, aku datang melihatmu."Martin pun ikut membungkuk. "Kak Nando, aku datang melihatmu."Setelah itu, mereka semua menancapkan dupa ke dalam tanah di depan batu nisan Nando.Kemudian, Bu Jena menoleh ke arah Wenny sambil berkata, "Wenny, bagaimanapun kita ini satu keluarga. Walau Nando adalah anak angkatku, dia tetap memanggilku Ibu. Sebagai satu keluarga, kita nggak perlu saling menghabisi. Sekarang di depan makam Nando, gimana kalau kita berdamai saja?"Bu Jena ingin mengajaknya berdamai.Wenny hanya tersenyum sinis. Tatapannya tajam dan dingin ketika menatap Bu Jena. "Benar, ayahku memang memanggilmu Ibu. Tapi, memangnya ada ibu yang tega membunuh anaknya sendiri? Kalian semua sudah menyebabkan kematian ayahku. Sekarang, ka
Pada saat itu, terdengar dering ponsel yang nyaring dan merdu. Ada panggilan masuk.Peneleponnya adalah Landy.Hana menekan tombol jawab. Suara Landy yang cemas langsung terdengar. "Hana, gimana perkembanganmu dengan Pak Hendro?"Hana tersenyum tipis. "Ibu tenang saja, semuanya sudah aku bereskan."Landy langsung berseru gembira, "Serius?"Hana menjawab, "Ya. Bilang pada Ayah dan Nenek supaya mereka nggak khawatir. Nggak peduli gimana Wenny menekan kita, Hendro akan tetap melindungi kita. Bahkan, dia akan memaksa Wenny untuk mengobati penyakit jantungku. Hendro juga akan sepenuhnya memutus hubungan dengan Wenny!"Landy sangat senang. "Itu bagus sekali. Kalau Pak Hendro benar-benar memutus hubungan dengan Wenny, bakal seru banget melihat kelanjutannya. Hana, kamu hebat banget."Hana tersenyum puas.....Tiga hari telah berlalu. Pagi-pagi sekali, Wenny sudah menuju makam ayahnya.Wenny telah memberi waktu tiga hari kepada Keluarga Cladia. Hari ini adalah waktunya untuk menghukum para pel
Hendro telah memilih Hana.Saat itu terdengar suara keras. Pintu apartemen terbuka dan Wenny muncul di ambang pintu.Keributan yang dibuat Hendro dan Hana di lorong sudah cukup keras, sampai-sampai Wenny mendengarnya dari dalam. Dia pun membuka pintu apartemennya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Saat itu juga, dia melihat Hendro sedang memeluk Hana erat-erat.Wenny terdiam sejenak.Hendro yang juga mendengar suara pintu segera melepaskan pelukannya pada Hana dan menoleh ke arah Wenny.Tatapan mereka bertemu.Entah kenapa, saat ini melepaskan Wenny justru membuat hati Hendro terasa nyeri.Hana melengkungkan bibirnya dengan penuh kemenangan, lalu mengeluh, "Aduh."Hendro langsung menoleh ke arah Hana. "Kamu kenapa?"Hana menatapnya dengan ekspresi lemah tak berdaya, "Hendro, kakiku sedikit kesemutan. Aku nggak bisa jalan."Sambil berkata begitu, Hana mengulurkan tangannya. "Hendro, gendong aku ya?"Hendro tentu saja tidak menolak. Dia langsung mengangkat Hana dalam gendongan menyam