Wenny berusaha berdiri.Namun pada saat itu, Hendro memeluknya dan mundur beberapa langkah. Pinggang Wenny yang lembut langsung tersentuh oleh wastafel. Hendro menahannya di antara tubuhnya dan wastafel.Bulu mata Wenny gemetar. "Pak Hendro, kamu lagi apa? Lepaskan aku!"Wenny mendorong dada Hendro dengan kedua tangannya. Dia berusaha untuk mendorongnya menjauh.Sayangnya, Hendro memeluknya erat dan menekannya pada tubuhnya. Mereka berdua begitu dekat dan hanya terpisah oleh lapisan tipis pakaian. Hendro berkata dengan suara serak, "Wenny, jangan bergerak!"Wenny langsung kaku. Sebab, dia sudah merasakan sesuatu yang berbeda pada tubuh Hendro.Wajah Wenny yang cantik berubah merah padam. "Pak Hendro, apa yang kamu lakukan?"Hendro menjawab dengan tenang, "Aku nggak melakukan apa-apa. Wenny, aku ini pria normal. Selama tiga tahun, aku melajang. Sekarang melihatmu secantik ini, tentu saja aku akan merasakan reaksi fisiologis!"Wajah Wenny memerah karena malu. Dia coba melepaskan diri den
Wenny terhenti sejenak dan tidak melangkah lagi.Hendro terlalu pintar. Dia tahu betul cara memanfaatkan kelemahan dan titik lemah Wenny. Dengan ekspresi serius, dia berkata, "Aku percaya ini adalah perbuatan Hana. Kalau malam ini Hana menelepon dan aku nggak bisa menemukanmu, bukankah itu akan menunda waktu penyelamatan Ariana dan ibuku?"Wenny berpikir sejenak. Memang benar begitu, yang paling penting sekarang adalah menyelamatkan Ariana dan Bu Renata.Hanya saja, Wenny ragu-ragu. "Tapi Pak Hendro, gimana kalau kabar tentang kita tidur di ruang istirahatmu tersebar ke luar? Kalau tunanganmu tahu, dia bisa salah paham."Tunangan?Tatapan Hendro berubah tajam. Kalau Hana berani menyentuh Ariana dan ibunya, dia tidak akan pernah memaafkannya begitu saja.Hendro melangkah lebih dekat. Tubuhnya yang tegap mendekatkan dirinya ke Wenny. "Wenny, apa malam ini kamu mau melakukan sesuatu denganku?"Tubuh Hendro yang tegap itu seolah-olah membayanginya. Bulu mata Wenny bergetar sejenak. Dia men
Namun sekarang, Hendro tampaknya memiliki kebencian besar terhadap pria-pria mesum tersebut. Sebenarnya, Wenny tidak mengalami kerugian. Semuanya masih dalam kendalinya.Hendro menatap wajah Wenny yang kecil dan cantik, lalu berkata dengan suara rendah, "Aku belum pernah melihatmu mengenakan gaun yang begitu seksi. Atas dasar apa mereka melihatnya?"Wenny terdiam.Fokus Hendro ternyata justru pada gaunnya.Wenny menatapnya dengan tajam. "Pak Hendro, aku rasa kamu sama saja dengan mereka. Otakmu penuh dengan pikiran kotor."Hendro menjawab, "Aku ini juga pria. Kamu mengenakan gaun sebagus itu, tentu saja aku akan merasa cemburu!"Tadi saat masuk, Hendro melihat Wenny berdiri di depan pria-pria itu dengan mengenakan gaun ini. Saat itu, dia benar-benar ingin mengusir mereka semua.Wenny menatapnya dengan tatapan tajam, seakan-akan berkata bahwa yang paling penting saat ini adalah menyelamatkan Ariana dan Bu Renata.Saat itu, Sutinah masuk dari luar. "Pak Hendro, Nona Wenny."Wenny langsun
Hana yang berada di lantai atas terkejut melihat kejadian di bawah. Dia tidak menyangka Hendro datang.Dia sudah berulang kali mengingatkan Wenny untuk tidak memberitahukan hal ini kepada siapa pun. Lantas, kenapa Hendro bisa datang?Hendro menatap Wenny, lalu bertanya dengan nada penuh perhatian, "Kamu nggak apa-apa, 'kan?"Wenny menggeleng. "Aku baik-baik saja, kamu datang sangat tepat waktu."Usai berkata demikian, Wenny mengambil ponselnya. Dia tertawa kecil sebelum bertanya, "Apa kamu terkejut karena Hendro datang? Itu karena aku yang memberitahunya!"Hana terdiam. "Apa?"Wenny melanjutkan, "Waktu kita berbicara di telepon, kamu berulang kali mengingatkanku untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang hal ini. Orang yang kamu maksud tentu adalah Hendro, 'kan? Kamu nggak mau dia tahu, 'kan? Nah, justru aku sengaja memberitahunya. Begitulah caraku mengubah posisi dari yang terpojok menjadi lebih menguntungkan!"Hana terdiam.Dia tidak bisa berkata apa-apa. Wenny benar-benar berhasil m
Mendengar teriakan Ariana, hati Wenny terasa cemas. "Apa yang kalian lakukan?"Ariana berujar, "Jangan tangkap aku. Pergi sana! Jangan sentuh aku. Nenek, tolong bantu aku!"Segera, terdengar suara panik dari Bu Renata. "Apa yang kalian inginkan? Ke mana kalian akan membawa Ariana? Dia masih anak-anak. Apa kalian nggak punya hati nurani?""Huhu. Mama, aku takut. Tolong selamatkan aku ...." Ariana menangis ketakutan.Wenny sangat cemas. "Berhenti! Apa yang kalian lakukan? Jangan menindas anakku!"Hana tertawa sebelum menimpali, "Wenny, aku sudah bilang bahwa kamu harus nurut. Kalau kamu nggak nurut, anakmu yang akan menderita. Sekarang, aku perintahkan orang-orangku untuk membawa anakmu pergi. Dia takut tikus nggak? Aku akan masukkan dia ke dalam ruang kurungan gelap yang penuh tikus. Menurutmu, dia bakal takut nggak?"Wenny berujar, "Jangan! Tolong jangan siksa anakku!""Boleh saja, tapi kamu harus melayani pria-pria di depanmu itu dengan baik!"Wenny mendongak dan menatap mereka. Para
Nomor virtual lagi.Nomor virtual seperti ini bisa dibuat banyak dalam waktu singkat. Semuanya memiliki alamat IP yang berbeda dan sulit untuk dilacak.Telepon ini pasti dari para penculik.Wenny menekan tombol untuk menerima panggilan. "Halo."Suara mekanik segera terdengar. "Wenny, apa kamu sudah sampai?"Wenny menggenggam ponselnya. "Aku sudah sampai.""Jadi, apa kamu sudah melihat para pria yang aku siapkan untukmu malam ini? Kamu harus nurut. Malam ini, layani mereka dengan baik."Wenny tertawa dingin. "Aku sudah nurut. Aku lagi melayani para pria itu.""Kamu bohong! Kamu nggak lagi melayani mereka, kamu malah melawan!"Wenny langsung menatap ke sekelilingnya. Matanya yang jernih menyapu dengan tajam seluruh kilang anggur pribadi ini. "Kamu ada di sini, 'kan?"Tadi, Wenny sengaja mengatakan itu untuk menjebak para penculik. Ternyata, tebakannya benar. Para penculik ada di sini dan mungkin bersembunyi di suatu tempat untuk memantau apa yang terjadi.Sayangnya, tempat ini terlalu be