Kaliya sedikit tercengang. Setelah mendengar pernyataan dari nenek tua tersebut, dia baru mengerti.
“Bagaimana mungkin aku tidak memikirkannya sama sekali?” batin Kaliya.
Akan menjadi bencana jika anak buah Lucifer menemukan dan menangkap Kaliya. Apalagi, permata Katastrof itu tidak berada di tangannya sekarang.
“Apa perkataanku benar?” tanya perempuan itu lagi.
“Tutup mulutmu. Aku sedang berpikir,” ujar Kaliya.
Orlando dan nenek tua itu saling melempar pandangan. Mereka masih mewaspadai Kaliya.
Kaliya sendiri merasakan suatu keanehan. Aroma dari tubuh nenek itu sedari tadi mengganggunya. Kepalanya terus membayangkan bagaimana rasanya jika dia membunuh nenek tua tersebut.
“Aku bisa tahu apa yang kamu pikirkan,” ucapnya tiba-tiba.
Salah satu alis mata Kaliya terangkat. “Sungguh? Apa memangnya yang aku pikirkan?”
“Kamu ingin mengambil energiku.”
Tubuh Kaliya tersentak hebat kemudian tersungkur ke tanah. Rasa sakit yang asing terasa menjalar melewati setiap pembuluh darahnya. Sensai terbakar bisa ia rasakan juga di bagian bekas sayapnya yang hilang.Perempuan itu menatap langit. Cahaya mentari di balik rimbunan dedaunan masih bisa ia lihat dengan jelas. Setelah beberapa detik terdiam dalam posisi itu, Kaliya akhirnya bangun.Dilihatnya perabotan di luar rumah kumuh sang nenek tua. Itu semua berantakan akibat terkena hembusan pusaran angin tadi.“Apakah dia mati?” gumam Kaliya saat menatap tubuh renta yang tergeletak di depan sana.Suara berisik dari dalam rumah terdengar. Orlando yang terhempas akibat kekuatan perempuan tua itu pun kini berjalan keluar dengan sempoyongan.Sepasang manik indahnya kontan melebar saat melihat tubuh nenek tua itu.“Apa yang terjadi? Apa yang telah kamu lakukan padanya?!”“Mana aku tahu, bodoh!” balas Kaliya tere
Kaliya berdecih. “Manusia aneh. Kenapa harus repot-repot mengubur tubuh yang sudah tidak bernyawa? Padahal aku bisa membantunya membakar tubuh nenek tua itu.”“Sudah aku bilang, manusia punya cara tersendiri untuk mengebumikan seseorang. Itu adalah bagaimana cara kami menghormati sesama,” balas Orlando penuh penegasan.Lelaki itu terus mencangkul tanah. Sesekali mata cangkulnya berdenting akibat membentur bebatuan. Dia beralih memakai linggis untuk mencungkil bebatuan itu dari tanah.Kaliya memerhatikan lelaki itu dengan seksama. Peluh di kening Orlando mulai bermunculan. Namun tekadnya untuk menguburkan sang wanita tua tidak pernah pudar.“Mengapa kamu berpikir bahwa aku akan membunuhmu?” tanya Kaliya kemudian.Orlando bergeming untuk sejenak. Dia melirik ke arah Kaliya, kemudian kembali mengayunkan cangkul agar tanah galian bisa lebih dalam.“Bukankah kamu memang berniat seperti itu? Saat di jembat
Beberapa saat setelah pemakaman, Kaliya serta Orlando kembali ke dalam rumah. Awalnya, tidak ada yang memulai pembicaraan di antara mereka. Sampai akhirnya, Orlando angkat bicara.“Kenapa kamu tidak kembali ke tempat aslimu?”Kaliya bergeming. Dia melirik Orlando yang sedari tadi sibuk memilah perabotan tua milik mendiang nenek tua.“Apa pedulimu? Apa kamu takut aku akan melakukan sesuatu kepadamu?”“Jangan bersikap angkuh. Sekarang aku sudah tahu kalau kamu tidak bisa menyakitiku. Benar, kan?”“Cih.” Kaliya membuang muka. Dia berjalan ke ambang pintu. Tatapannya lurus ke arah pepohonan.Mendengar Orlando berkata demikian, entah kenapa Kaliya menjadi kesal. Fakta bahwa dia selalu gagal mencelakai Orlando juga masih menjadi sebuah misteri. Ditambah lagi dengan energi dari nenek tua tadi yang membuat hasrat membunuh dalam diri Kaliya tiba-tiba saja mereda.Mendadak, Kaliya mendapat sebuah
Kaliya terdiam. Dia membiarkan Orlando kembali bercerita.“Aku kira tadinya itu hanya ilusiku semata. Tapi aku bisa melihat wujudmu dengan jelas. Kamu sedang kesakitan waktu itu. Kemudian tiba-tiba kau teringat akan cerita dongeng di masa lalu tentang malaikat dan iblis. Saat itu aku bertanya-tanya, dengan kondisimu yang jatuh dari langit, apakah kamu ini malaikat ataukah iblis?” ucap Orlando lagi.“Dan kamu memutuskan untuk menyekapku?” sela Kaliya.“Awalnya tidak seperti itu.” Orlando menghela napas sambil memainkan jemari. “Entah kenapa aku ingin menolongmu. Tapi setelah kupikir lagi, kamu mungkin saja berbahaya. Makanya waktu itu aku mengikatmu dan memutuskan untuk memanggil polisi.”“Dasar bodoh,” cibir Kaliya.“Ya, aku memang bodoh. Aku adalah seorang yang sedang diincar oleh polisi karena tuduhan penggelapan dana perusahaan. Kemudian aku malah memanggil mereka sendiri ke rumah
“Sial. Bagaimana mungkin mereka bisa ada di sini?” batin Kaliya gusar.Dia bisa melihat iblis-iblis itu berjalan pelan di sekitar rumah. Tepatnya, di luar tali pembatas bertempelkan jimat yang sebelumnya dipasang oleh nenek tua.Samar-samar, Kaliya juga bisa mendengar percakapan ketiga iblis itu menggunakan bahasa mereka.Isi percakapannya tak lain adalah tentang keberadaan Kaliya. Tentu saja hal itu membuat mata Kaliya semakin melebar.“Kamu bisa melihat mereka bukan?” tanyanya kepada Orlando.Orlando mengangguk pelan.“Dengar. Ini akan sangat berbahaya. Tetap diam, dan kalau bisa carilah tempat sembunyi. Aku akan menghadapi mereka sendiri. Jangan menimbulkan suara sedikit pun. Mengerti?”Dengan gugup, Orlando mengangguk.Setelah yakin bahwa lelaki yang sedang ia bekap mulutnya itu tak akan bicara, akhirnya Kaliya menjauhkan telapak tangannya dari bibir Orlando.Di luar sana, ketiga i
Dengan cepat, Orlando beralih ke hadapan Kaliya dan melindungi tubuh perempuan itu dari serangan timah api.BUZZ....Tiba-tiba dari tubuh Orlando terpancar cahaya kebiruan seperti tempo lalu. Sebuah barrier menyebar dan menangkal kekuatan lemparan iblis itu. Tubuh Kaliya otomatis jadi terlindungi. Bahkan, kini para iblis itu terpental begitu jauhnya akibat barrier yang mendadak muncul di sekitar Orlando.Mata Kaliya membulat takjub. “Apa ini? Kenapa barrier milikmu tiba-tiba muncul?” gumamnya tak percaya.“Mana aku tahu!” seru Orlando dengan raut panik. Tubuh Kaliya masih berada dalam dekapannya selagi cahaya kebiruan itu memancar. “Jika kamu bisa mengalahkan para iblis itu, cepat lakukan sekarang!”“Benar juga,” batin Kaliya. “Aku terlindungi sekarang, dan aku bisa mengalahkan mereka dengan mudah.”“Kalau begitu lepaskan aku, bodoh!” seru Kaliya sembari mendorong pelan
Dahi Orlando langsung mengernyit.“APA? Untuk apa aku jadi pelindungmu?!”“Barrier itu... aku membutuhkannya,” jawab Kaliya.Biasanya perempuan itu akan menjawab dengan nada angkuh. Tapi kali ini Kaliya terlihat bersungguh-sungguh saat meminta sesuatu. Mati-matian dia membuang harga dirinya sebagai iblis hanya demi memohon pertolongan kepada manusia.“Mari kita buat kesepakatan. Aku bisa membantumu hidup aman di dunia manusia—kamu bilang kamu seorang buronan, kan? Aku bisa melindungimu dari kejahatan manusia lainnya.”Kaliya terus melanjutkan, “Sebagai gantinya, kamu harus melindungiku dari incaran para iblis lain. Bagaimana?”“Kamu tidak sedang menjebakku, kan?”“Tentu saja, tidak!” ucap Kaliya tak sabar. “Aku bisa mewujudkan semua keinginanmu jika kamu mau. Yang kupinta darimu hanya satu, jika ada iblis lain yang berniat menyakitiku, kamu harus melin
“Kamu baik-baik saja?” tanya Kaliya kemudian.Orlando menelan salivanya dengan susah payah. Baru beberapa saat lalu pergelangan tangannya sakit akibat ditusuk oleh kuku panjang Kaliya. Namun sekarang rasa sakit itu sirna. Dia segera melihat pergelangan tangannya yang kembali mulus.“Apa yang baru saja kamu lakukan padaku?!” pekik Orlando seperti anak perempuan.“Tenang saja. Itu tidak akan berbekas.”“Apa yang kamu lakukan padaku?!” ulang Orlando dengan nada tinggi.Kaliya hanya berdecak kecil. “Itu adalah cara bagaimana kaum kami membuat perjanjian.”“Tapi kenapa kamu harus menusuk tanganku? Itu mengerikan!” ujar Orlando heboh sembari menggosok-gosok pergelangan tangannya tadi. Padahal tidak ada bekas luka lagi. Namun, rasa nyerinya masih bisa Orlando ingat.“Jangan berlebihan. Itu hanya perjanjian darah,” balas Kaliya enteng.“Apa? Perja