Liana POV
"Akh Jawa, perempuan terlembut dan paling cantik yang ku temui, dalam artian mereka cantik secara hati maupun tata kramanya".
pak Serge menekankan dengan wajah berbinar binar. Sungguh ia ingin menampakkan ia sangat jatuh cinta dengan istrinya. Aku tersenyum."istri bapak pasti orang yang sangat spesial" aku tersenyum antusias mendengarkan. Pak Serge tersenyum sumringah.
"Istriku adalah wanita tercantik dan terbaik yang ku temui, tapi yang saya pelajari semua wanita Jawa adalah sosok yang sangat luar biasa" ia menampakkan binar binar dalam matanya.
"Bagaimana bapak bisa bertemu dengan istri bapak, Turki dan Indonesia sangat jauh" tanyaku, aku heran saja.
"Itulah hebatnya jodoh, kita tidak tau kita akan mendapatkanya dimana" katanya kemudian.
"Kamu mau mencari kasus sendiri?" Kata-kata pak Serge segera menarikku lagi. Aku akui agak takut dengan pertanyaan hakim Serge barusan. Dia berdiri lalu berjalan ke arah file di lemari belakangnya. Sebuah buku tebal yang mungkin setebal novel harry potter dia ambil dan baca sekilas, ia menganguk lalu menyeret kursi sedikit, duduk kembali lalu mengulurkan buku itu ke depanku.
"Itu kasus yang belum terpecahkan disini" aku meneguk saliva kasar. Hakim Serge tersenyum, dia tau raut mukaku langsung berubah.
"Tenang, itu kasus dari tahun awal tahun dua ribuan sampai sekarang, memang semua belum selesai, tapi kamu harus cari datanya jika tertarik dengan salah satu kasus dari itu" dia menjelaskan panjang lebar. Aku mulai membuka bagian depanya.
"Atau anda sudah punya refrensi kasus?" Tanyanya menyelidik. Aku mengeleng perlahan.
"saya baru pertama disini pak Serge" kataku sedikit memelas, dia tersenyum kemudian.
"Oh ya, saya punya refrensi" kemudian dia mengeluarkan sebuah buku file tipis meletakkanya didepanku.
"Siapa tau kamu tertarik, sudah lebih dari dua puluh lawyer, maupun lembaga lawyer yang mencoba mengeluarkanya, tapi tidak satupun berhasil, siapa tau kasus ini menarik buat anda pelajari?" Aku hanya bengong mendengarkan dia, antara mustahil dan tertarik.
"Oh ya, kamu bisa menemuinya di lapas untuk mendapatkan informasi" Lalu pak Serge berdiri dan dia beraba-aba agar aku mengikutinya, obrolan kami berlanjut. Hakim Serge mulai menjelaskan bagaimana sebuah kasus ditangani disini, jadi mau tidak mau aku harus mengikuti sidang kasus dimana kebetulan pak Serge menjadi hakim disana. Aku terus mengikuti langkah pak Serge menuju meja hijau. Aku masuk sebagai tamu disana dan duduk dikursi belakang, menyaksikan berjalanya sidang sampai selesai.
**
Jam ditanganku menunjukkan waktu 11.15. Pertemuan ku dengan hakim Serge sempurna, ternyata yang ku takutkan tidak selamanya seram, bahkan hakim Serge sangat baik padaku. Memberiku beberapa buku yang bisa ku baca. Aku sudah sampai diflat 15 menit lalu. Begitu aku sampai dikamar hal yang paling ku inginkan pertama adalah kasurku, penat dan lelah menjadi satu hari ini.
"Ya Allah terima kasih atas yang kau berikan hari ini, hari ini sungguh luar biasa, aku tidak mengira bisa sejauh ini ya Rab, kuatkanlah aku, berilah kemudahan disegala urusanku" doaku pada Tuhan. Rasanya aku wajib melakukan terima kasih setiap hari.
Ku letakkan bukuku dimeja nakas. aku harus memprioritaskan file yang pak Serge berikan tadi pagi. Aku harus mempelajarinya cepat, jangan sampai aku ini dibilang suka ngaret seperti orang Indonesia kebayakan, akh itu tamparan keras pasti.
Setelah selesai membersihkan diri mandi dan berdoa. Aku langsung menuju buku file yang ku letakkan tadi, satu persatu kasus ku teliti. Aku mencoba mendalami dan melihat sebagaimana menariknya kasus dalam buku tebal itu. Sampai pada akhirnya aku mulai memandangi file biru yang masih rapi tergeletak dimeja nakasku.
Lalu dengan cepat ku sahut karena aku ingat itu kasus yang diajukan pak Serge, katanya tidak ada satupun lawyer yang berhasil memecahkan kasus itu, berarti kasus itu sangat pelik dan butuh tenaga lebih.
Aku mulai meneliti satu persatu gambar, tersangka utamanya adalah Emir Yaman, kasus ini sebuah pembunuhan, foto ke dua adalah seorang wanita Turki bernama Hatice buyukustun. Dia korban, dia dibunuh secara tragis. isi perutnya keluar. Motifnya diduga kuat adalah Cemburu pribadi, sang tersangka tidak bisa dimintai keterangan sampai sekarang. Karena kekasihnya terbunuh itu. Dia terkena CPTSD (complex post traumatic stress distorder) sebuah kondisi dimana orang tersebut mengalami trauma yang cukup parah saat kehilangan orang yang disayanginya, trauma tersebut terjadi sejak kecil dan berulang saat dewasa, ketika kenangan tersebut terjadi otak akan menghasilkan hormon stress sehingga menimbulkan rasa sakit dan nyeri parah lalu kehilangan kesadaran.
Aku memeriksa bukti foto yang tersirat tidak ada lagi petunjuk yang bisa diandalkan, pantas saja dua puluh lawyer tidak bisa memecahkanya karena yang diwawancarai mengalami depresi yang berat sehingga membuat dia menjadi sakit mental. Kasus ini secara keseluruhan yang ku baca adalah menarik, tapi butuh waktu yang lumayan untuk dapat menyelsaikanya.
Ku hembuskan nafas panjang kemudian, ini pertama kalianya aku berurusan dengan sebuah kasus. Aku akan berdiskusi dengan Ardan di tempat magangku, semoga beliau mau memberikan pendapatnya.
**
Liana POV Jaket- jaket tebal itu menghiasi setiap pandangan, warna-warna gelap menjadi dominan. Di musim dingin suhu udara bisa minus beberapa derajat meskipun tidak seekstrim di Turki bagian Eropa. dibagian istanbul lain mungkin tidak begini. Langkah kakiku pagi ini membawaku pada tempat yang sama seperti kemarin. Apa lagi kalau bukan mengunjungi hakim Serge. Jaket tebalku membuatku terbantu, kalau tidak aku akan membeku ditengah-tengah kota ini. Aku berharap beliau tidak akan bosan bertemu dengan mukaku. "Günaydın..." Aku mengucapkanya pada orang yang berpapasan denganku, orang ini yang kemarin secara tak sengaja ku lihat. Dia disamping pak Serge saat aku ik
Liana POV Didepan memang disekat dengan pintu pagar besi, hanya orang orang tertentu yang dapat masuk untuk kepentingan tertentu. Disebelah kanan pintu masuk ini adalah ruangan besar terdapat penjaga disana. Azfer dengan lihainya berbicara. Bernegosiasi dengan sipir penjara itu. Aku hanya diam melihat cara dia bicara. secara keseluruhan cara bicara Azfer ini tegas, tidak banyak lelucon, lugas dan langsung pada intinya. Sorot matanya yang tajam kadang membuat lawan bicara seolah diintimidasi yang sangat dalam. Dia manggut-manggut setelah mendengarkan penjelasan sifir penjara, beberapa negoisasi dilakukanya dengan sang sipir, termasuk memberikanku ijin bertemu dengan tahanan saat Azfer tidak ada, jadi mereka membuat kartu akses khusus yang bisa digunakan untuk kepentingan lawyer, itulah tadi intinya negoisasi Azfer.
Liana POV "Aku akan kembali saja pak Azfer..." Katanya kemudian setelah tidak menyambut tanganku. Dia bangkit tapi Azfer lebih cepat mencegahnya. "Tunggu pak, kita akan berusaha mengeluarkan anda" Azfer mencoba mencegah Emir. "Biarlah saya disini saja pak, percuma hasilnya akan tetap sama" yang punya diri terlihat sekali putus asa. Aku berdiri mematung melihat mereka berdebat. "Kita harus berusaha setidaknya" Azfer menyemangati dengan tegas. Sepertinya karena Azfer sering membawa lawyer untuk dia, dua orang ini jadi akrab.
"Kamu lihatkan, beginilah kejadianya sehingga kita tidak bisa menolongnya bertahun tahun." "Ada trauma mendalam di hatinya" aku mengatakan kemudian. "Kamu pintar menginterogasi, bagaimana jika kamu masuk kepolisian saja" Azfer tersenyum setelah memujiku. Jenis senyuman yang membuatku membeku beberapa detik. Tuhan tolong jauhkan orang tampan ini dari hidupku, bagaimana aku bisa bertahan jika setiap hari diberikan senyuman begini, sadar ana sadar, kamu ini orang Indonesia dia turki, batinku meronta. "Sekarang kamu tau sendiri pengakuanya, berarti memang Emir tidak ada salah, opsi kedua kita harus mencari pembunuh itu siapa" kataku kemudian. "Tunggu sebentar"
Liana POV Hari sudah mulai sore pukul 18.00. Aku berjalan menuju tempat pakir taxi, Sebuah kedai pinggir jalan membuatku ingin mampir, perutku sedikit begegejolak. Sekarang, aku harus mengisinya. Sedikit teh dan seporsi kebab lumayan untuk menganjal perutku. "Pak kebab satu porsi" pesanku lalu membayar dan duduk di meja yang disediakan. Hanya ada beberapa orang sekarang dikedai ini. Tiba-tiba seorang perempuan paruh baya melewatiku dan dompetnya terjatuh persis disebelahku. Dengan segera aku mengambilnya dan berteriak memangil. "Nyonya tunggu!" Seruku. Aku berjalan cepat karena wanita paruh baya itu berjalan cepat. "Nyonya tunggu..." Aku akhirnya sedikit berlari ke arah orang tersebut, akhirnya yang ku panggil berhenti dan menoleh. "Nyonya..." Aku sampai didepan orang itu. "Anda memangil saya?" "Iya,,, dom..pet anda terjatuh" kataku akhirnya sambil mengambil nafas. "Oh... Terima kasih banyak anak muda, sun
Azver Pov Aku melihat Mantanku di instagramnya, kekasihku yang tiba tiba saja menghilang dariku dua tahun yang lalu, dan kabar terakhir yang ku dengar dia menikah dengan pengusaha asal Yunani. Beberapa foto ipek membuatku sedikit nyeri, aku masih sedikit mencintainya, alasan tidak jelas kami berpisah membuat aku sulit untuk menerima kenyataan. Ku hembuskan nafas kasar lalu menutup istagramku. "Aku harus cepat move on" kataku pada diri sendiri, aku mengelap mukaku dengan tangan kananku, ku harap rasa gundahku segera hilang, aku pria yang sulit untuk jatuh cinta memang tapi bukan berarti aku pria yang tidak bisa move on. Aku langsung pergi meninggalkan apartemen ** ku rasa aku perlu menghubungi hakim serge, aku berjalan menuju ruang hakim, semoga beliau ti
Author POV Wajah tampan Azfer terlihat sudah menunggu tidak sabar didepan sebuah flat. Dia sudah berdiri dari lima belas menit yang lalu dengan memainkan kunci mobilnya. Ana terlihat berlari dengan tergesa gesa. "Aduh!" Lenguhnya ketika ia tidak sengaja menabrak pot bunga didepan pagar, tapi itu tidak menyurutkan niatnya berlari. "Hahhh hahhhh hahhh" nafasnya memburu akibat lari maraton. Wajah Azfer yang melihat Ana, sedikit mengernyit tidak sabar. "Sorry sorry aku telat" lirihnya "Dasar orang Indonesia"Kata Azfer malas lalu berputar dan masuk ke kemudi mobil. "Hhhhh hahhh" Ana membuang nafas terakhir dia memandangi Azfer yang barusan menghinanya itu dengan wajah sebal, jantungnya sudah normal sekarang. "Sabar Ana, sabar ini ujian" katanya pada diri sendiri, lalu membuka pintu mobil dan masuk disamping Azfer. "Kamu biasa bangun dan lari lari seperti ini?" "Hmmm" dia malas menangga
Author POV "Ayo, kamu mau disini terus?" Azfer mengatakanya sambil berjalan meninggalkan Liana. Ana lalu mencebikkan bibirnya. begitu masuk kedalam yang dia jumpai adalah sebuah restoran berkonsep alam dengan tempat duduknya dibuat konsep pop warna-warni. Sehingga membuat kesan ceria dalam restoran. mata Liana menangkap lambaian seseorang berwajah sangat cantik. Azfer menuju orang tersebut tanpa berkata apapun pada Ana, apakah dia lupa bahwa dia kemari membawa liana?, Sampai dimeja gadis cantik itu, mereka disambut dengan senyuman yang merekah indah, sebuah senyuman untuk azfer tentu saja, tapi liana tidak yakin senyuman tersebut untuknya, lalu kemudian kening wanita itu mengerut menatap liana yang ada dibelakang Azfer. "Ini temanmu?" Tanyanya tak menghilangkan senyuman manis di pipinya "Cansu, em......, maaf ka