Share

BAGIAN TIGA

   Liana POV

 Jaket- jaket tebal itu menghiasi setiap pandangan, warna-warna gelap menjadi dominan. Di musim dingin suhu udara bisa minus beberapa derajat meskipun tidak seekstrim di Turki bagian Eropa. dibagian istanbul lain mungkin tidak begini. Langkah kakiku pagi ini membawaku pada tempat yang sama seperti kemarin. Apa lagi kalau bukan mengunjungi hakim Serge. Jaket tebalku membuatku terbantu, kalau tidak aku akan membeku ditengah-tengah kota ini. Aku berharap beliau tidak akan bosan bertemu dengan mukaku.

"Günaydın..." Aku mengucapkanya pada orang yang berpapasan denganku, orang ini yang kemarin secara tak sengaja ku lihat. Dia disamping pak Serge saat aku ikut sidang. Aku berkesimpulan berarti profesi mereka adalah sama.  Ku putuskan untuk menyapanya meskipun hanya sekedar ucapan selamat pagi. Wanita cantik berbaju formal itu tersenyum dan menganguk. Aku berjalan saja langsung ke ruangan pak Serge. Ku ketuk pintunya dengan pelan. Yang di dalam menyahuti dengan suara tegasnya.

"Masuk" Ku beranikan membuka handle pintu.

"Günaydın sir.."(selamat pagi) kataku tersenyum lalu masuk.

"Günaydın" ia tersenyum, belum sempat pak Serge mempersilahkanku duduk, sebuah ketukan mengangetkan kami.

"Günaydın pak Serge, okh ada tamu... Maaf" seorang berwajah rupawan itu muncul dibalik pintu putih ruangan pak Serge. Aku dibuat terpesona olehnya. Dia kemudian mundur beberapa langkah dan akan menutup pintu.

"Tunggu pak Azfer!," pak Serge sedikit berteriak. Yang dipanggil menghentikan gerakanya untuk menutup pintu ruangan, kemdian ia kembali masuk lagi satu langkah. Matanya menuju lurus ke pak Serge.

      Aku dibuat membeku tertahan nafas saat bertatapan denganya. Kali ini lebih jelas dari pandangan pertamaku. Orang satu ini benar-benar sangat tampan. Bagaimana cara aku mendeskripsikanya, wajahnya bak dewa dewa Yunani yang entah bagaimana bisa berimigrasi ke sini. Lalu beberapa detik kemudian aku menunduk.

"Masuk sebentar" Ia kemudian membuka pintu lebar dan masuk ruangan ia menutup pintunya kembali.

"Kenalkan ini Liana" pak Serge melihat Azfer sekilas.

"Ana ini detektif Azfer" pak Serge melihat diriku sekilas. Aku mengulurkan tanganku sopan.

"Liana"

"Oh, Azfer" sambutnya tapi tidak ada satupun senyum yang ada, mukanya datar tatapanya tajam. Seakan ia sedang mengitimidasiku.

"Ana, pak detektif ini terakhir yang memegang kasus Emir, jadi kamu butuh informasi banyak dari dia" kata pak Serge memandangi kami berdua.

"Jadi ini lawyer yang bapak ingin kenalkan ke saya" kata Azfer dia manggut-manggut akhirnya. Aku tidak berkedip memandanginya. Dia sangat tampan seperti yang ku deskripsikan tadi.

"Hayırlı olsun" (selamat bekerja) katanya dengan senyuman miringnya, bahkan seperti ini pun dia masih seperti dewa, ya Tuhan jauhkan aku dari godaan orang seperti ini, batinku pilu.

"Teşekkürler..." (Terima kasih) balasku akhirnya.

"Mungkin kalian bisa bertukar nomer telephone agar lebih mudah" ucap hakim Serge membuat kami memandangi beliau.

"Ide yang bagus Pak Serge" kata Azfer.

"Ya tentu" kataku menyahuti. Azfer dia manggut-manggut lalu menyebutkan nomer telephonenya. Dengan segera aku mengambil handphoneku dan membuat sebuah kontak disana, lalu dengan cepat aku mencoba memangil nomer itu beberapa detik kemudian handphone Azfer berbunyi.

"Ini nomermu?"

"Iya pak" lalu aku memencet end Call, aku tidak cukup hafal dengan nomerku sendiri, membuat panggiln tak terjawab ke nomer lain lebih baik, dari pada aku mempermalukan diri sendiri nantinya.

**

Didepan sebuah bangunan khas Romawi kuno, ya bagunan ini memang di dirikan jaman kekaisaran Romawi dan masih layak dihuni sampai dengan hari ini, tetapi sudah beralih fungsi beberapa kali sampai akhirnya pemerintah Turki memakainya untuk lapas atau tahanan kriminal kelas menengah.

Seorang penjaga lapas terlihat mukanya amat kejam ketika aku masuk. Jujur saja aku takut. Mukanya yang garang mengingatkanku pada algojo pada film film Arab. Akh, apa aku terlalu berlebihan?. Azfer sudah berjalan cepat kedepan, bahkan langkahnya tidak bisa ku imbangi. Kakinya terlalu panjang untuk ukuranku.

"Tünaydın.."(selamat siang) sipir penjara menyapa Azfer.

"Tünaydın.."(selamat siang) balasnya.Aku yang mengikuti Azfer dibelakang hanya menunduk sekilas dan tersenyum untuk menghormatinya.

Langkah Azfer sangat cepat. apa karena perbedaan tinggi kami?, ku rasa tidak tinggiku 165cm, ku rasa Azfer tingginya antar 175 - 177 cm hanya berbeda 10-12 cm. Azfer menoleh padaku sesaat saat sampai pada sebuah pintu besar berwarna cokelat tua didepanya ada kursi tunggu yang terbuat dari stainless stell.

"Tunggu aku disini sebentar" katanya lalu mengetuk pintu sebuah ruangan dan masuk setelah mendengar ucapan persetujuan dari dalam. Aku menghembuskan nafas perlahan lalu duduk dikursi tunggu yang masih terlihat mengkilap itu.

Aku menekan nekan handphoneku sesaat, ada banyak sekali notif masuk dari grup chat, kebanyakn grup kampus. Sudah berapa hari aku meninggalkan Istanbul university?. Aku sangat kangen pada teman-teman, mereka sangat baik padaku, terutama Pelin dan Elif, mereka memperlakukanku tidak seperti orang asing, mereka bahkan kadang terlalu sering giliran mengirim makanan untukku. Tiba tiba pintu terbuka dan sosok Azfer muncul.

Dia hanya menatapku sesaat seperti instruksi untuk mengikutinya. Aku spontan langsung bangkit dan mengikuti Azfer. Kami berjalan di lorong yang panjang lalu sampai pada.

-Gözaltı odası-(ruang tahanan)

**

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status