Tolga memberikan kode pada Ismet lewat pesan, mata Ismet membulat, dengan cepat ia langsung keluar ruangan, ia langsung ke Arda untuk berdiskusi
"Günaydın" katanya masuk ruangan, Arda dan Azfer sudah memandangnya dengan sorot tajam
"Abi, emir diculik"
Mata keduanya membulat, Azfer langsung berdiri mengusap mukanya
"Aku sudah menduga akan begini" kata Azfer
Ismet lalu duduk dibangku depan arda yang memang kosong
"Abi, wanita itu bisa melakukan apapun" Arda menyahut santai
"Maaf abi, setelah penculikan Liana, aku menjadi banyak curiga pada wanita itu"
Azf
Love
Liana POV Langkah kaki cepat membuatku sedikit nervous. Jujur aku sama sekali belum mengenal keluarga Azfer. Hanya ibunya waktu itu mengirimiku bubur itupun sudah lama sekali. Bodohnya aku kenapa aku bida jatuh cinta dengan Azfer. Aku tidak sebanding dengan dia meskipun di kantor polisi kelihatanya dia hanya seorang komisioner, tapi siapa sangka keluarganya adalah orang orang dengan status sosial begini?. Aku mengigit bibirku pelan. Aku nervous sekarang, langkah kaki itu berhenti dan seorang dengan wajah yang luar biasa cantik mungkin berusia antara dua puluh tiga tahunan memandangiku seksama. Aku di buat terpesona dengan wajah orang ini rasanya seperti de javu. Seperti pertama kali aku bertemu dengan Azfer. Wajah rupawan yang dapat menyihir siapa saja yang melihatnya. "Oh, ada tamu?" Katanya dengan suara indah k
Author POV Waktu mereka berpacu. Berpacu dengan bom ledak berkekuatan luar biasa yang dirakit Canzu apalagi si wanita gila satu itu mendapatkan bahan peledak monther of satan, bisa bisanya dia?. entah dari mana wanita satu itu belajar merakit bom, wanita cerdas satu itu memang sulit ditebak selama ini, latar belakang keluarganya yang kaya-raya. Ternyata tidak menjamin dia tumbuh seperti wanita berstatus sosial tinggi dengan pribadi yang baik. Justru ia menjadi wanita cerdas bersifat dingin yang sulit disentuh. Azfer berlari sangat cepat. Dari tempat ia memarkir mobilnya. Ke sebuah ujung tebing dipinggiran kota Istanbul. Tebing ini sepi dan tidak ada rumah-rumah penduduk disini. Arda langsung menghentikanya cepat. Dia menblok langkah Azfer yang sudah berjarak 50 meter dari orang didepan sana yang terkepung.
Author POV -Disebuah rumah sakit- seorang yang terlihat lemah sedang berbaring. Wajahnya agak memucat putih. Dia belum sepenuhnya bisa duduk karena, dia baru saja pemulihan pasca operasi dadanya yang memang tertembak. Kondisinya yang kehilangan banyak darah, serta pengambilan peluru yang sedikit rumit membuat pulihnya sedikit lebih lama. "Bagaimana kondisi saya suster?" Wanita berwajah cantik khas Turki itu bertanya setelah seorang perawat berpakian biru muda itu memeriksa kesehatanya rutin, perawat itu tersenyum simpul. "Lukanya pulih dengan baik, lalu bekas operasinya juga mulai mengering, sebaiknya anda tidak banyak bergerak dan minum air putih yang banyak"
Ayo, kuantarkan kau ke kampus" "Baiklah" "Liana...!!! Liana!!" Dari dalam terlihat Dilara berjalan cepat ke arah mobil Azfer "Ini untuk makan siang, kamu belum sembuh, jadi kamu harua hati-hati juga makanannya" "Terima kasih bu" jawab Liana berbinar binar menerima sekotak makan. "Hati hati Azfer" kata Dilara pada anak laki-lakinya itu "Baik ma" lalu mereka masuk ke dalam mobil, dan mobil itu melaju meninggalkan pekarangan rumah, Liana dan Azfer melambaikan tangan mereka Kepada Dilara sekilas. -- "Terima kasih tumpanganya" kata Liana setelah sampai
Azfer pov Dugaanku salah ternyata selama ini, ku kira setelah Canzu meninggal bisnis ilegal itu akan hancur, ternyata tidak, aku baru saja menerima laporan bahwa bisnis itu tetap berjalan seperti biasa lancar-lancar saja, siapa mafia dibalik bisnis ilegal itu selain Canzu Kocozulgu, aku lalu tiba-tiba teringat, tembakan yang pas mengenai kepala Canzu, membuat gadis cantik itu langsung limbung dan melepaskan nyawa saat itu juga, tembakan itu seperti tembakan sniper jarak jauh, karena target yang tak meleset dan pas pada titik vital kepala, tembakannya pun konsisten. "Ini abi semua foto foto dan hasil forensik Canzu" Ismet meletakkan dokumen dimejaku didepanku saat ini. "Kenapa abi" Ismet bertanya tentu dia tahu, aku dalam banyak pikiran akhir akhir ini.
Author POV Flash back Cerita Ipek Wanita cantik berdarah Turki Rusia itu baru saja selesai dari kamar mandi. Rambutnya masih basah, ia mengambil peralatan pengering rambut yang biasa ia letakkan dimeja rias, lalu dia menancapkan colokanya pada tempatnya lalu mesin berbunyi nyaring mengeluarkan hawa panas. Dia mengoyang goyangkan diatas kepalanya sambil menyisir rambutnya pelan. Dreeetttttt dreeettt dreeettt Bunyi ponsel nya bergetar dimeja nakas, ia meletakkan hairdyernya ke rak rias dan segera ke meja nakas. Mengambil ponselnya ternyata sebuah massange masuk. Azfer : "Ipek, tolong aku, aku baru saja dikeroyok oleh orang tak dikenal disebuah bar di kawasan XXX , cepat
Author POV "Begitulah" kata Xavi mengakhiri cerita panjangnya. Liana menangkap sesuatu inti dari semua cerita Xavi yang panjang itu. "Jadi anda melindungi Azfer sejak lama?" Pertanyaan itu langsung membuat Xavi memandangi tajam Liana didepanya kini. Tatapanya sulit untuk diartikan oleh Liana, begitupun Azfer dia tidak menduga akan mendapatkan inti dari semuanya dari pertanyaan Liana barusan. Yang dipandangi tajam dua orang Turki itu tersenyum, Liana tersenyum. "Nona Xavi mencintai pak Azfer?" Kini pertanyaanya jelas, jelas sekali dan Azfer belum sempat memberitahu Liana kenyataanya, tapi gadis itu dengan cerdasnya menangkap dari cerita panjang Xavi, yang mendapatkan pertanyaan lebih ekstrim itu terlihat mukanya mem
Author POV Malam pesta "Baju ini cocok untukmu An, navy simple, akan bagus" Pelin berkata. Sekarang mereka sedang dirumah Elif, dan Elif sudah siap dengan semuanya tinggal Ana dan Pelin. Ana melihat sekilas baju yang ditawarkan pelin simple sekali, berlengan panjang model korea dan simpel. "Rasanya aku harus make up kamu deh, dandanan kamu enggak banget" kata Pelin, Ana melotot dan sekarang dia harus pasrah di tangan Pelin, permintaan Pelin sulit untuk ditolak. -** Elif, Pelin dan Liana sudah siap, mereka menunggu Mert untuk menjemput mereka. "Lihatkan hasil karyaku bagus sekali" bangga Pelin pada Elif "Hem, harus ku akui karyamu sekarang luar biasa" tambah Elif yang pasrah sudah dikrecoki sahabatnya satu itu. Dari tadi, dia kalah telak karena make up pada wajah Ana, sangat luar biasa natural dan cantik. "Berapa jam kita disana?" Tanya Liana pada akhirnya, dia sudah tidak membayangkan bagaimana dia dis