Home / Romansa / Cinta di Ujung Perpisahan / Bab 44 : Badai Yang Menerjang

Share

Bab 44 : Badai Yang Menerjang

Author: Dinis Selmara
last update Huling Na-update: 2025-05-07 23:47:24
Tatapan penuh kebencian dari Kinara membuat hati Aditama runtuh seketika. Belum sempat ia membujuk, Kinara sudah mengusirnya berulang kali—dingin, tegas, tanpa sedikit pun keraguan.

Kinara menatap lurus ke depan, menolak bertemu mata dengan Aditama yang masih berdiri di sisinya, tampak ragu untuk benar-benar pergi.

“Maafkan aku, Ra.” Suara Aditama terdengar berat, bergetar. Ia menunduk, tak kuasa menatap wajah wanita yang telihat begittu tersakiti. Ingin rasanya memeluknya, tapi tangan itu tak berdaya. Jarak yang Kinara buat terasa lebih tajam dari pisau.

“Pergi!” seru Kinara karena Aditama tidak kunjung meninggalkannya.

Aditama akhirnya melangkah mundur, perlahan membalikkan badan menuju pintu. Tepat saat ia melangkah keluar, air mata Kinara jatuh tanpa bisa ditahan.

Bohong kalau tidak rindu, tapi rasanya semua sudah tidak ada artinya lagi. Aditama dan Kinara sudah selesai, bahkan sebelum semua ini dimulai.

‘Kamu bisa, Kinara. Semua ini sudah berakhir,’ batinnya.

Aditama keluar, tapi
Dinis Selmara

Kencangkan sabuk pengaman ya ... huhu, kencangkan aja sih hihi... see you

| 28
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (42)
goodnovel comment avatar
Neng Saroh
kenapa harus dikencangkan thor,,akan ada badai besar disertai angin puting beliung yaaa
goodnovel comment avatar
Chaaa
goodluck Aditama semoga kamu benaran bisa kemudikan kapal kamu gak kepada ke bahagiaan sebelum kapal itu benerah hancur berkeping"..
goodnovel comment avatar
niezie etty
dikira semudah itu dit buat menerima dia kembali,kebencianmu kesalahpahaman yg Kinara terima selama ini juga kayaknya sudah terlalu dalam butuh kesungguhan,tapi serius Adit akan memperjuangkan kembali cintanya? bagaimana dengan tanggungjawab yg dijanjikan pada sheila
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 103 : Hati Yang Tenang

    Lagi, untuk kedua kalinya Zoe mendekat dan mengecup bibir Aditama. Pria itu hanya diam, terpaku. Tak ada reaksi, tak pula menolak.Detik berikutnya Kinara tersentak bangun dari tidurnya. Matanya membulat sempurna, napasnya tersengal.“Hah? Astaga … mimpi apa itu?” gumamnya seorang diri, masih berusaha mengatur napas. “Hih … mimpi horor. Tapi … beneran cuma mimpi, kan?”Dengan cepat, Kinara meraih ponselnya di atas nakas sisi tempat tidur. Layarnya menyala, menunjukkan waktu pukul empat pagi lewat sedikit. Tangan Kinara berhenti saat matanya menangkap pesan dari Aditama.Pesan itu dikirim pukul sepuluh lewat dua puluh menit malam tadi.‘Sudah sampai di apartemen, Sayang. Maaf tadi buru-buru mengakhiri teleponnya karna Mas sedang bersama asisten Darius. Mas tunggu kabar darimu besok, Sayang. Have a nice sleep,’ tulis Aditama.Kinara terdiam sejenak. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri, bernapas lega. Perjalanan dari Sentosa Island ke apartemen baru Aditama memang hanya me

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 102 : Sepucuk Kabar

    “Masss …,” rajuk Kinara dengan nada manja. “Kamu di mana? Baru aktif, masa? Katanya suruh kabari kalau sudah sampai Jakarta. Gimana sih!”Ia terbangun karena dering ponsel yang tiba-tiba menggema di kamar. Perasaan baru terpejam, tapi rambutnya sudah acak-acakan.Meski kantuk melanda, dengan mata yang masih setengah terpejam—namun begitu melihat nama Aditama di layar, senyum langsung terbit di wajahnya.“Maaf, Sayang. Mas lagi di hotel daerah Sentosa. Ingat nggak? Tempat pertama kali kita ketemu,” jawab Aditama, suaranya rendah dan terdengar sedikit lelah. Namun, ada pula nada antusias.“Eh, malam-malam di hotel? Iya aku ingat, tapi ngapain di hotel sana?” tanya Kinara, penasaran.Aditama menjelaskan pada sang istri bahwa ponselnya sempat mati karena kehabisan daya dan baru sempat mengisi ulang. Malam ini, katanya, dia makan malam dengan klien, bersama Darius dan Zoe.“Hih, udah dibilang jangan dekat-dekat Zoe-Zoe itu,” gerutu Kinara, menegakkan duduknya—menyandarkan tubuhnya ke kepal

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 102 : Tak Ada Kabar

    Pesawat yang ditumpangi Kinara baru saja mendarat di Bandara Soekarno-Hatta malam itu. Perjalanan dari Singapura cukup nyaman, tapi pikirannya dipenuhi bayangan Aditama sejak tadi.Segera setelah masuk ke area bandara, ia menyalakan ponselnya. Beberapa notifikasi masuk, tetapi tidak ada satu pun dari Aditama. Dengan cepat dia mengetik pesan untuk suaminya.‘Mas, aku udah landing,’ tulisnya.Kinara mengerutkan keningnya karena tak ada centang biru.‘Habis dayakah?’ gumamnya pelan.Lama Kinara menatap layar ponselnya, akhirnya dia memasukkannya ke dalam tas—melanjutkan langkahnya.Di pintu kedatangan, Nana sudah menunggunya—melambaikan tangan. Kinara tersenyum dan mempercepat langkahnya menghampiri asistennya itu.“Duh, yang habis bulan madu aura langsung keluar,” goda Nana.“Aura apa, sih? Yang ada aur-auran. Saya lelah sekali, Na,” ujar Kinara.Nana langsung meraih koper dari tangan Kinara.“Kita langsung ke hotel saja, ya, Bu. Makan malam di sana,” ujar Nana sambil berjalan ke arah p

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 100 : Dinner

    Aditama menggenggam tangan Kinara erat saat mereka melangkah keluar dari mobil menuju pintu keberangkatan bandara. Sementara sebelah tangannya menarik koper kesayangannya.Seminggu ini benar-benar luar biasa. Aditama merasa seperti diberi hadiah waktu oleh semesta. Tangki cintanya meluber-luber, bahagia luar biasa.“Mas, video call everyday ‘kan?” rajuk Kinara, berhenti sejenak sebelum masuk ke area pemeriksaan tiket.Aditama menatap wajah istrinya dalam-dalam. “Iya, Sayang. See you when I see you.”Kinara mengangguk, bibirnya tersenyum. Tapi matanya mulai berkaca-kaca.“Begitu landing kabari Mas, ya,” ujar Aditama sambil menyentuh pipi istrinya.Pelukan mereka panjang. Tidak ada tangisan, ini bukan akhir. Mereka hanya terpisah oleh jarak saja, tapi hati mereka tetap saling memiliki. Ah, rindu bahkan sudah terasa padahal mereka belum benar-benar berpisah.“I love you, Honey,” bisik Aditama.“I love you, Mas,” jawab Kinara. Ia tersenyum seraya memejamkan matanya saat menerima kecupan di

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 99 : LDM Berlanjut

    “Mas, aku extend lagi, ya?” ujar Kinara sambil memeluk erat tubuh Aditama. Mereka baru saja selesai makan malam, membersihkan diri, dan kini berbaring santai di tempat tidur.Besok, Kinara harus kembali ke Indonesia. Liburannya sudah selesai, benar-benar selesai. Aditama tidak langsung menjawab. Ia memeluk Kinara lebih erat, mengusap lembut punggung sang istri yang bersandar di dadanya.“Bagaimana kalau aku urus kepindahan kamu sekalian—”“Mas…!” pangkas Kinara cepat sambil terkekeh, menepuk pelan dada Aditama.Tawa kecil pecah di antara mereka. Sejenak kehangatan menghapus bayang perpisahan.“Mau extend … tapi Nana udah kirim jadwal kegiatan selanjutnya,” keluh Kinara manja. “Ketemu lagi kapan? Pas Mas wisuda pascasarjana nanti?” lanjutnya, jemarinya mulai berkelana di dada bidang Aditama yang terhalang oleh kaos tipis yang dikenakan sang suami.Aditama mengangkat dagu Kinara agar menatapnya. “Video call tiap hari, seperti biasa. Nanti sebelum wisuda, Mas cuti beberapa hari. Jemput ka

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 98 : Bibit Pelakor

    Aditama tersenyum sopan. “Thanks, tapi kami mau dinner berdua dulu, deh. Udah ada rencana dari tadi siang.”Zoe tampak menahan ekspresi kecewa meskipun ia masih mempertahankan senyumnya. “Di mana?” Wanita itu menoleh kekasihnya. Darius seolah memberi isyarat kalau Zoe sudah melewati batas. “Ah, sayang sekali. Tapi lain waktu, ya,” katanya sambil menoleh pada Kinara.“Sure. Have a good dinner,” jawab Aditama. Kinara mengangguk ramah tersenyum tipis.“Thank you,” sahut Darius akhirnya, menyimpan ponselnya ke dalam saku. “Next time kita makan bareng, bro.”Aditama mengangguk setuju.Pasangan suami istri itu kemudian melangkah keluar gedung, menyusuri koridor menuju area parkir. Kinara menggamit lengan suaminya, sementara Aditama meraih pinggangnya. Pandangan Zoe lurus memperhatikan keduanya.“Masuk, Sayang,” ujar Aditama seraya membukakan pintu mobil untuk Kinara. Setelah memastikan sang istri duduk nyaman, ia menyusul masuk dan duduk di belakang kemudi.“Mas,” panggil Kinara pelan.“Hm?”

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status