Home / Romansa / Cinta kedua tuan Nathan / Wanita pembayar hutang

Share

Cinta kedua tuan Nathan
Cinta kedua tuan Nathan
Author: kimmy ara

Wanita pembayar hutang

Author: kimmy ara
last update Last Updated: 2024-06-10 14:02:32

“Bagaimana, Kamu sudah mendapatkan uang yang ibu minta?”

Helena menghadang putrinya di depan pintu. Saat itu Viola baru saja pulang setelah seharian bekerja di dua tempat berbeda. Hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat itu, dan Viola sudah sangat lelah. Namun, ibunya tidak peduli. Yang Helena inginkan adalah uang untuk membayar hutang mereka yang tiga hari lagi akan jatuh tempo.

“Aku belum mendapatkannya, Bu.” Viola mendesah pelan, “aku akan coba meminta kepada bos, agar gajiku dibayar di awal bulan ini,” lanjutnya.

Helena mengernyitkan kening, membuka mulut hendak bicara, tapi Viola segera memeluknya dan berkata, “Aku lelah, Bu. Aku mau istirahat.”

Dengan gontai Viola melanjutkan langkah ke kamar. Ingin sekali rasanya merebahkan tubuh di atas kasurnya yang empuk. Namun, ternyata Helena tidak puas dengan jawaban putrinya. Ia terus mengekor dari belakang tanpa sepengetahuan Viola.

“Ibu?” Viola kaget melihat ibunya saat berbalik untuk menutup pintu. “Ada apa lagi?” Nada suaranya begitu lelah.

“Sebaiknya kamu turuti permintaan Tuan Edward. Dengan begitu kita bisa melunasi semua hutang-hutang kita dan bahkan bisa hidup tenang seperti dulu lagi.” Helena berkata dengan ekspresi datar. Menatap Viola yang berdiri di depan pintu dengan tangan masih menggantung di handlenya.

“Bu!”

Wanita itu memanggil ibunya dengan nada tinggi. Sudah berulang kali ia menolak saran ibunya itu, tapi Helena tidak pernah bosan untuk menekannya.

Viola tahu ujung percakapan itu akan kemana, “Aku capek, mau tidur.” Cepat-cepat ia bergerak untuk menutup pintu, tapi kalah cepat. Pintu itu ditahan oleh Helena.

“Ibu tidak bisa terus seperti ini. Jika dalam waktu 2 hari kamu tidak bisa mendapatkan uang itu, maka kamu harus melakukan apa yang ibu katakan. Itu sudah keputusan ibu!”

Helena melepaskan tangannya dari daun pintu, lalu pergi tanpa menunggu jawaban Viola. Ia sudah bertekad akan melakukan apa yang disarankan oleh Edward. Seorang rentenir, pemilik salah satu bar terkenal di kota itu. Ia akan melakukannya, walaupun harus memaksa Viola.

**

Dua hari berlalu dengan sangat cepat dan Viola sama sekali tidak mengindahkan ucapan ibunya saat itu. Biasanya Helena hanya menekannya saja, tapi tidak pernah bersungguh-sungguh melakukan apa yang ia katakan. Sejahat apapun Helena, Viola yakin kalau ibunya tidak akan sanggup melakukan sesuatu yang akan menghancurkan harga diri putrinya. Namun, ternyata Viola salah. Hari itu, saat pulang bekerja di sore hari, ia terkejut melihat Edward ada di depan restoran tempat ia bekerja.

Edward yang melihat Viola keluar dari dalam Restoran, tersenyum lalu melambaikan tangan sebagai isyarat agar ia mendekat. Karena tidak mau terjadi keributan, Viola terpaksa menemui pria berusia 40 tahun itu.

“Ada apa?” Viola bertanya ketus.

Edward terkekeh. Sepasang irisnya yang hitam berkilat menatap tubuh Viola dari atas hingga bawah seolah ingin menelanjangi wanita itu. Viola merasa risih. Memegang tas bahunya dan meletakkannya di depan dada. Melindungi diri.

“Kau memang sangat cantik.” Edward berkata tanpa peduli dengan pertanyaan Viola sebelumnya. “Ayo, kita harus ke suatu tempat,” ucapnya lagi.

Viola menegang. Pikirannya mulai memahami apa yang terjadi. Refleks ia mundur satu langkah dengan sikap waspada. Bagaimanapun, ia tidak akan mau mengikuti pria itu.

Melihat Viola memasang sikap waspada, Edward kembali tertawa. Kali ini lebih keras. Bahunya sampai berguncang karenanya. Viola semakin cemas. Ia melirik ke sekeliling untuk mencari cara meloloskan diri. Namun, belum sempat ia bergerak, Edward sudah memberi aba-aba kepada anak buahnya yang sejak tadi sudah berdiri di sekitar Viola.

“Bawa masuk!” perintahnya.

Sontak Viola berontak, berusaha untuk kabur saat tangan-tangan pengawal Edward yang kekar mencengkram lengannya dengan kuat dan memaksanya masuk ke dalam mobil. Salah satu pengawal menempelkan saputangan yang sudah diberi obat bius ke wajahnya. Viola tidak berdaya. hanya dalam hitungan detik ia sudah dibawa dengan mobil Van hitam itu ke sebuah tempat yang Viola sendiri tidak tahu dimana.

**

Samar-samar Viola mendengar suara di sekitar. Kepalanya berdenyut sakit, juga sekujur tubuhnya. Ia ingin bergerak, tapi tidak bisa. Perlahan Viola mencoba membuka mata dan melihat ibunya tengah berbicara dengan dua orang pria. Viola mengerjap beberapa kali untuk memastikan ia tidak sedang bermimpi. Viola mengerang pelan saat kembali merasakan sakit di kepala.

Helena dan dua pria lainnya segera menoleh ke arah Viola. Helena tersenyum lebar, seraya menghampiri putrinya.

“Kamu sudah sadar? Syukurlah,” ucap Helena dengan nafas lega.

Melihat ibunya tampak lega, Viola mengira kalau suatu kesalah pahaman telah terjadi. Ibunya pasti tidak tahu menahu soal penculikannya. Ibunya pasti datang untuk menyelamatkannya.

“Syukurlah ibu ada disini,” ucap Viola lirih. Ia masih belum terlalu sadar akibat pengaruh obat bius tadi. Viola sudah tidak takut lagi. Ibunya ada disini untuknya. Ia merasa sangat kantuk dan ingin tidur. Viola mulai memejamkan mata kembali. Namun samar-samar Viola mendengar percakapan ibunya dengan dua pria itu. Mereka sedang melakukan kesepakatan tentang dirinya.

Ia tidak menyangka kalau ibunya benar-benar menjualnya seperti menjual barang dagangan. Mereka saling tawar-menawar harga dirinya. Air mata menetes dari kedua sudut mata Viola. Ia tidak bisa melepaskan diri, bahkan sekedar membuka mata agar tetap sadar pun ia tidak mampu. Perlahan semuanya hening dan gelap. Viola tidak tahu apa-apa lagi.

**

Saat sadar kembali, Viola merasakan udara dingin menembus kulitnya. Ia membuka mata dengan berat dan menyadari dirinya ada di sebuah kamar hotel dengan pakaian yang sangat minim. Melawan rasa sakit di kepalanya, Viola mencoba untuk fokus. Melihat sekeliling untuk mencari jalan keluar dari sana. Ia tidak mau membayar hutang keluarganya dengan menjadi pemuas nafsu para pria brengsek. Ia tahu karena Crist -kakak laki-lakinya- selalu mengatakan hal itu padanya, agar dia jadi pemuas nafsu pria hidung belang dan mendapatkan uang yang banyak daripada harus kerja keras dan hanya menghasilkan uang recehan.

Ttiba-tiba Viola mendengar suara kucuran air di kamar mandi. Pasti seseorang sedang berada di sana, pikirnya. Dengan hati-hati sekali agar tidak menimbulkan suara, Viola berjalan ke arah kamar mandi dan menguncinya dari luar. Tak lupa kuncinya ia lemparkan ke sembarang tempat. Setelah itu ia meneliti seisi kamar, mencari barang-barangnya atau sesuatu yang berguna untuknya. Belum sempat mendapatkan apapun, tiba-tiba suara air di kamar mandi berhenti. Viola menegang.

“Aku harus cepat-cepat keluar dari sini,” ucapnya pada diri sendiri.

Tanpa pikir panjang, ia langsung berlari ke pintu, tepat ketika suara teriakan terdengar dari kamar mandi. Viola berlari keluar. Ia tidak peduli pada apapun. Saat ini yang harus ia lakukan adalah pergi dari sana sejauh mungkin. Namun langkahnya tiba-tiba berhenti saat ia melihat pengawal yang menyeretnya masuk ke dalam mobil sedang berlari ke arahnya. Mungkin pria di dalam kamar menghubunginya, pikir Viola.

Ia melihat sekeliling dan segera masuk ke salah satu kamar yang pintunya sedikit terbuka dan menutupnya dengan cepat. Viola menarik nafas panjang dan berusaha menormalkan detak jantungnya yang memburu. Sepasang matanya terpejam, fokus mendengarkan langkah kaki di luar kamar. Ia menunggu. Tidak berani membuka mata atau bernafas dengan leluasa. Kedua tangannya saling meremas kuat. Ia sangat ketakutan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta kedua tuan Nathan   Salah Masuk Kamar

    Kata orang cinta itu buta, tapi bukan cinta saja yang buta, bahkan rasa benci pun ternyata tidak bisa melihat.~Viola~**Itulah yang saat ini sedang dirasakan oleh Cecillia. Rasa benci telah menggelapkan matanya sampai-sampai ia tidak menyadari sandiwara Samantha dan Viola yang sengaja ingin membuatnya marah. Ia buta dan tidak bisa membedakan lagi mana yang benar dan mana yang hanya permainan. Ia pergi dari rumah untuk menghindari Nathan. Ia marah dan sangat membenci suaminya. Dan rasa marah itu ia luapkan dengan minum-minum di sebuah ruang VVIP salah satu bar langganannya. Di sampingnya, Cath duduk dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan. Wajah wanita itu datar, menatap Cecillia sambil memainkan gelas anggurnya. Cecillia balas menatap. “Aku muak! Aku sudah tidak tahan, Cath,” racaunya. Ia menyeret tubuh mendekat ke arah Catherine. Memangkas jarak diantara mereka hingga kini wajah keduanya saling berhadapan. “Aku hanya ingin hidup dengan tenang. Itu saja,” ucapnya lagi. Wajahnya

  • Cinta kedua tuan Nathan   Genderang Perang

    Namun ia hanya ingin membuat menantunya marah dan ternyata ia berhasil. Cecillia berbalik dengan cepat, lalu dengan wajah merah padam ia melangkah mendekati Samantha dan Viola yang masih duduk di tempatnya semula. “Apa maksud Mommy bicara seperti itu?” Cecillia membentak. Satu tangannya bertengger di pinggang menatap tajam pada Samantha dan Viola bergantian. Samantha balik menatap menantunya. “Apa? Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan,” sanggahnya. Cecillia membelalak, membuka mulut hendak bicara, tapi Samantha mendahuluinya. “Dan sejujurnya Cecillia, kamu tidak pernah aku anggap ada di rumah ini. Jadi, tidak usah terlalu merasa bahwa dirimu berharga.” Ucapan Samantha yang dingin dan tajam itu menusuk tepat dan menghancurkan harga diri Cecillia yang tinggi. Ia menjerit kuat seperti orang kesetanan karena tidak terima dengan pernyataan Samantha. Ia merasa terhina. Viola kaget dengan reaksi Cecillia yang di luar nalar, berbeda dengan Samantha yang tetap bersikap biasa saja seo

  • Cinta kedua tuan Nathan   Percikan api

    “Apa yang kau lakukan?” tanya Samantha saat melihat Viola asyik mencorat-coret di atas kertas. “Aku sedang banyak waktu luang.” Viola berkata tanpa melihat ke arah Samantha. Ia masih sibuk menyapukan pensil warna di atas kertas. Samantha mendekat karena penasaran dan begitu terkejut dengan hasil sketsa yang dibuat oleh Viola. “K -kamu yang membuat ini?” katanya. Viola mengangguk ringan, sambil tersenyum ia melanjutkan pekerjaannya. “Apa kamu tahu kalau kamu berbakat? Ini sangat luar biasa, Viola,” ucap Samantha setengah memekik karena senang. Ia seperti mendapatkan harta karun tersembunyi. “Aku tahu. Guru di sekolahku dulu mengatakannya,” jawab Viola enteng. “Apakah bagus?” Ia bertanya kemudian setelah sketsanya selesai. Menunjukkan pada Samantha dengan wajah penuh kepuasan. “Sangat bagus, Sayang,” balas Samantha dengan wajah berbinar-binar. “Kenapa kamu tidak melanjutkan belajar seni atau desain grafis? Mommy yakin kamu akan sukses,” ucap Samantha antusias. Viola tersenyum. Ha

  • Cinta kedua tuan Nathan   Cecillia wanita jahat?

    Seorang tukang kebun yang asyik memangkas tanaman hias di taman samping, merasa terhibur dengan kehadiran Viola di sana. Mereka bercakap-cakap sambil pria berusia 30-an itu terus melakukan tugasnya sementara Viola duduk di salah satu kursi yang memang sudah ada di sana sejak awal.“Jadi, nama anak Nyonya Samantha itu Nathan?” Viola memastikan. Carl -tukang kebun itu- mengangguk tanpa melihat ke arah Viola. Ia terus sibuk menggerakkan gunting besar di tangannya. “Dan istrinya itu namanya Cecillia. Dia seorang model Internasional,” lanjutnya.“Aku sudah tahu namanya, tapi aku baru tahu kalau dia seorang model. Pantas saja dia sangat cantik. Seperti seorang dewi,” ucap Viola dengan pandangan menerawang. Mengingat kembali betapa cantik dan anggunnya wanita itu. “Pasti Nathan sangat mencintai istrinya,” gumamnya lirih tanpa sadar. “Carl mengangguk. Tidak memperhatikan perubahan di wajah Viola. “Tuan Nathan sangat mencintainya bahkan tergila-gila padanya, tapi Nyonya Samantha sangat membe

  • Cinta kedua tuan Nathan   Tikus kecil

    Sudah satu minggu sejak Viola tinggal di sana dan ia sangat penasaran dengan anak Nyonya Samantha yang pernah ia selamatkan dulu. Viola kerap berlama-lama duduk di ruang tamu dengan harapan bisa bertemu dengan anak laki-laki gemuk yang dulu menangis tak berdaya di gudang kosong itu. Seperti apa rupanya sekarang? pikir Viola, lalu perlahan senyumnya mengembang membayangkan sosok seorang pria gemuk dengan pipi bulat seperti bakpao muncul dari balik pintu itu. Apakah ia masih gemuk atau sudah tumbuh menjadi pria tinggi yang tampan? batin Viola lagi. Pintu terbuka. Viola mengangkat wajah dengan antusias. Berharap itu adalah orang yang ia harapkan. Namun semangatnya segera luntur begitu melihat orang yang muncul adalah seorang wanita. Tinggi langsing dan sangat cantik. Viola menatapnya dengan penuh kekaguman. Sementara wanita itu, ia menatap sekilas dan berlalu dengan penuh keanggunan. Sama sekali tidak peduli dengan Viola yang menatapnya penuh pemujaan.“Cantik sekali,” lirih Viola tanp

  • Cinta kedua tuan Nathan   Anggota keluarga baru

    Hari sudah gelap saat Samantha dan yang lain tiba di rumah. Tidak ada siapapun di sana kecuali para pelayan. Samantha sedikit kecewa karena niatnya memberi kejutan pada Nathan jadi gagal. Namun ia menepis rasa kecewa itu karena setelah itu ia masih punya waktu banyak untuk mengenalkan Viola dengan Nathan -dan kalau takdir memungkinkan- Samantha ingin menjodohkan mereka. Namun sebelum itu ia harus melepas topeng kepalsuan Cecillia terlebih dahulu dan memastikan Nathan menyadari bahwa wanita itu sangat busuk.“Sekarang ini adalah rumahmu, Sayang,” ucap Samantha sambil mengelus rambut Viola yang hitam. Diperbaikinya letak poni Viola sambil menatap wanita itu lekat-lekat. “Kamu sangat manis,” katanya lagi. Viola tersipu malu dipuji begitu. Wajah yang kemerahan dengan bintik-bintik coklat di sekitarnya membuat kecantikannya semakin bertambah. Samantha sangat menyukai wajah itu. Polos dan natural tanpa sentuhan make up sedikitpun. “Terima kasih, Nyonya. Baru Anda yang mengatakan saya mani

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status