Share

Chapter 1 - Anya Shakira

Anya terbangun dari tidurnya, lalu duduk diatas matras di dalam tendanya, tubuhnya masih di balut oleh Sleeping bag berwarna hitam, matanya mengerjap pelan beberapa kali mencoba untuk menghilangkan kantuknya.

Anya melirik jam weker kecil yang tergeletak di sampingnya, sudah pukul tujuh pagi, segera Anya membuka resleting sleeping bag lalu melangkah keluar dari tenda sambil menggerakkan badannya untuk mengendurkan otot-ototnya yang kaku karena tidur.

Anya berada diatas gedung bar, tempatnya bekerja pada malam hari. Setelah pengusiran secara halus oleh ibu pemilik kontrakan, ia memohon kepada manajer yang mengelola bar L'Espere untuk membiarkannya tidur di gedung ini sampai ia menemukan tempat tinggal barunya.

Walaupun dengan nada gusar, James - sang manajer - akhirnya membiarkan gadis itu untuk tinggal namun diatap gedung bar, kamar-kamar di gedung tersebut hanya di peruntukkan untuk pelanggan yang ingin menghabiskan one night stand atau pun pelanggan yang mabuk, Anya langsung menyetujui tawaran tersebut, asalkan ia punya tempat tinggal, dimana pun tidak jadi masalah baginya.

&&&

Pekerjaan pertamanya adalah menjadi kasir di sebuah minimarket di kota Downtown Los Angeles, tidak berada jauh dari gedung L'Espere tempat ia tinggal sekarang membuat gadis itu langsung menawarkan diri ketika melihat selembaran lowongan kerja yang tertempel di dinding minimarket.

Anya melayani pelanggan dengan senyuman lebar, menghitung belajaan dan mengatakan jumlah total yang harus dibayar lalu mengucapkan terima kasih, setelah pelanggan keluar dari toko.

Anya menarik rok pendeknya yang berwarna hijau muda yang merupakan seragam dari minimarket itu, ia begitu risih dengan rok yang tidak cukup bahan itu, walaupun sia sia ia tetap menarik rok pendeknya, untuk apa memakai rok pendek sedangkan bagian tubuh bawahnya tertutup oleh meja kasir.

Ia menatap sang manajer minimarket dengan gusar, bel pintu berbunyi menandakan seorang pelanggan yang masuk ingin berbelanja, Anya langsung mengembangkan senyum dan mengatakan 'selamat datang' kepada sang pelanggan. 

&&&

Anya menghela napas panjang, sudah waktunya makan siang, perutnya keroncongan karena belum ada makanan yang masuk ke perutnya sejak dari pagi hari, ia harus sehemat mungkin dalam membelanjakan uangnya, karena tidak ada orang yang bisa ia harapkan jika sesuatu terjadi padanya, jadi lapar yang masih mampu ia tahan bukan menjadi masalah besar baginya.

Ia melihat jam tangan yang menunjukkan pukul satu siang, waktunya untuk melanjutkan kembali kerja, Anya mengambil dua shift langsung pada minimarket itu, gaji yang ditawarkan lumayan menggiurkan dari pada kerja di tempat lain, walaupun harus melayani puluhan pelanggan yang seakan tidak ada habisnya. Ia tetap tersenyum ceria melayani pelanggan-pelanggan yang masuk ke dalam toko tersebut. Hari pun menjelang sore, sudah waktunya bar L'Espere tempat ia tinggal untuk sementara di buka. 

Anya langsung mengganti seragam tokonya dengan shirt biru langit dan jeans silver gelap yang sudah mulai memudar warnanya lalu segera melenggang keluar minimarket. 

&&&

Malam minggu membuat pengunjung bar lebih banyak dari pada hari biasanya, pekerjaan Anya adalah membersihkan toilet, gadis itu memakai kemeja putih dan celana hitam dan rambut di kucir ke belakang, di letaknya sebuah handuk kecil di bahu kirinya, sedangkan tangannya memegang perlengkapan bersih-bersih, kain pel dan ember kecil berisi air besih lalu mulai mengelap lantai toilet yang basah dan kotor oleh jejak sepatu basah orang orang yang berlalu lalang di sekitar toilet.

Anya masih mengelap lantai tersebut, orang orang yang berjalan di hadapannya tidak memperdulikan bahwa gadis itu baru saja mengepel lantai tersebut, di hela napasnya dengan lelah, ia menegakkan tubuhnya kemudian mengelap keringat di keningnya sejenak lalu mulai mengepel kembali lantai toilet bar, ketika melangkah kakinya untuk mengepel di lantai yang lain, Anya tidak sengaja menendang ember yang berisi air kotor dan sialnya air kotor tersebut mengenai sebuah sepatu coklat mengkilap milik seorang pemuda yang memakai setelan jas tanpa dasi yang terkejut melihat Anya, pemuda tersebut adalah Daniel. 

"Maafkan aku" ujar Anya sambil mengambil handuk kecil di bahunya kemudian mencoba mengelap sepatu tersebut. 

"Maaf, maaf. Kamu pikir berapa harga sepatu itu?" tanya seorang wanita yang berdandan bold disamping pria tersebut dengan nada bentakan.

"Aku minta maaf, aku tidak sengaja" ujar Anya membungkukkan badannya dan menatap resah ke arah perempuan tersebut.

"Apa dengan minta maaf, sepatu pacarku bisa kamu ganti?" Bentak perempuan tersebut.

"Its okay" ujar Daniel menengahi. 

"Tapi kan, sepatu kamu mahal banget darling" bela si perempuan.

"Aku tidak apa apa kok Chistine, kamu duluan aja. Aku harus membersihkan sepatuku dulu" ujar Daniel sambil tersenyum lembut.

"Okay, tapi jangan lama lama ya" ujar Chistine lalu mengecup pelan bibir Daniel singkat lalu mencibir Anya yang masih menundukkan kepalanya.

"Tsk, Siapa yang dia sebut pacar. Huh! Aku tidak percaya hanya karena aku tidur denganya sekali dia langsung berpikir aku pacarnya, unbelievable" ujar Daniel setelah Christine menghilang di belokan koridor bar.

Daniel menatap Anya yang masih tertunduk dengan menggigit bibirnya menahan tawa. Daniel menghela napas panjang.

"Kenapa kau tidak hati hati sih?" Tanya Daniel memarahi Anya.

"Maafkan aku" ucap Anya sambil lebih merendahkan badannya.

"Ya sudah, aku marah marah juga tidak akan membuat sepatuku menjadi kering" ujar Daniel mencoba mengerti.

"Kalau begitu saya permisi dulu" ujar Anya lalu membalikkan badannya.

"Hey, kau tidak mengingatku?" ujar Daniel dalam bahasa Indonesia.

Anya menoleh dengan terkejut ke arah Daniel yang bisa berbicara dengan bahasa ibunya.

"Kau orang Indonesia?" tanya Anya memastikan.

Daniel menganggukkan kepalanya dengan heran, bukankah seminggu yang lalu ketika pertama kali mereka bertemu ia juga berbahasa Indonesia.

"Apa kau mengenalku?" tanya Anya kembali.

Daniel melebarkan matanya akan pertanyaan Anya. Apa apaan, bagaimana bisa gadis itu melupakan wajah tampannya.

"Kau tidak mengingatku?" tanya Daniel

Anya berpikir sejenak lalu menggelengkan kepalanya.

"What the... hey, kita bertemu seminggu yang lalu waktu kau hampir tertabrak mobilku" jelas Daniel mencoba mengingatkan Anya.

Anya membuka mulutnya sebentar seperti mengingat sesuatu namun kembali membungkam mulutnya, ia masih tidak mengingat pertemuannya dengan pemuda tersebut. Daniel semakin terperangah melihat reaksi dari gadis di depannya.

"Berapa IQ mu sampai kau tidak mengingat kejadian yang baru terjadi seminggu yang lalu?" tanya Daniel tidak percaya.

Anya menatap datar ke arah Daniel, Mengapa membawa IQ otaknya pada masalah sepele seperti ini.

"Hari itu kau juga curhat tentang betapa sialnya dirimu sambil menangis di mobilku" jelas Daniel mencoba mengingatkan Anya kembali.

"Ah, kau si pendengar curhatku" ujar Anya sambil menunjukkan Daniel sambil memandang takjub.

"Tsk.. mengapa kau malah mengingat bagian yang tidak penting" ujar Daniel tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis di depannya.

Anya hanya memanyunkan bibirnya, kesal dengan perkataan Daniel. Aku tidak boleh membuangkan waktu dengan orang aneh ini.

"Aku minta maaf atas sepatumu, permisi" ujar Anya pamit undur diri, diangkat ember bertangkai tersebut lalu berjalan masuk ke dalam toilet, suara keroncongan perutnya terdengar nyaring di koridor menuju toilet tersebut. Anya memeluk perutnya dengan tangannya yang kosong.

"Pft, kau mempunyai perut yang sama tidak tahu malunya sepertimu" ujar Daniel terkekeh.

Anya menoleh ke arah Daniel dengan gusar.

"Ini karena aku belum makan dari ...". suara keroncongan dari perut Anya kembali terdengar

"Pagi" gumam Anya melanjutkan kata kata yang terputus.

Daniel membelalakkan matanya ke arah Anya lalu melangkah menghampiri gadis itu.

"You moron!!" bentak Daniel tanpa bisa ia cegah. 

Laki laki itu sangat mencintai kesehatan, ia merawat tubuhnya dengan baik, melakukan cek kesehatan dengan rutin bahkan mempunyai dokter pribadi, ia tidak peduli jika harus merogoh dalam kantongnya hanya untuk kesehatan. 

Oleh karena itu, Daniel terperangah tidak percaya ketika menjumpai gadis yang bisa bertahan tidak makan selama hampir 24 jam.

Anya melirik takut ke arah Daniel yang membentaknya dengan suara tinggi. Kenapa malah membentak ku?.

"Ikut aku" ujar Daniel sambil mencengkeram lengan Anya.

"Aku masih bekerja, kau ingin membawaku kemana?" tanya Anya sambil mencoba melepaskan cengkeraman Daniel.

"Biar aku yang berbicara dengan James, kau hanya perlu mengikuti ku" ujar Daniel.

Daniel tidak mengerti mengapa ia menjadi marah ketika mendengar bahwa gadis yang pernah ia temui seminggu lalu tidak makan hampir sehari dan menyeret gadis itu untuk ikut makan bersamanya, yang jelas ia tidak bisa meninggalkan gadis itu begitu saja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status