Share

Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden
Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden
Author: Aku Suka Uang

Bab 1

Yvonne Staford menikah hari ini, tetapi pengantin prianya tak kunjung datang. Seprai merah dan dekorasi kamar yang romantis bak tamparan keras untuknya.

Merasa terhina dan enggan? Memangnya apa yang bisa dia lakukan? Sejak lahir ke dunia ini, nasibnya berada di tangan orang lain, termasuk pernikahannya.

Yvonne terpaksa menikah dengan anggota Keluarga Jamison karena keserakahan ayahnya. Kakeknya adalah sopir Tuan Besar Keluarga Jamison. Dalam suatu kecelakaan, kakeknya tewas karena menolong tuan besar ini.

Keluarga Staford menjalankan perusahaan kecil dan memiliki banyak utang sehingga berada di ambang kebangkrutan. Ayah Yvonne yang cerdas tahu bahwa utang budi ini akan terbayarkan jika dia meminta sejumlah besar uang kepada Keluarga Jamison. Itu sebabnya, dia terpikir akan sebuah ide buruk, yaitu meminta cucu Graham Jamison yang bernama Shawn Jamison, menikahi putrinya.

Dengan kekayaan yang dimiliki Keluarga Jamison, mereka pasti akan memberikan maskawin yang luar biasa mahal. Selain itu, Keluarga Staford juga akan berbesan dengan Keluarga Jamison.

Lantaran merasa tidak enak hati, Graham pun menyetujui permintaan ini. Namun, pernikahan ini justru membuat Shawn sangat marah. Jadi, dia tidak muncul di resepsi pernikahan yang hanya dihadiri kedua keluarga ini, juga melarang Yvonne untuk memberi tahu orang-orang bahwa dirinya adalah istri Shawn.

Tidak ada seorang pun yang menanyakan pendapat Yvonne. Saat ini, mata Yvonne yang cerah terlihat agak sedih. Tepat ketika dia tidak tahu harus bagaimana melewati malam pertama ini, rekan kerjanya tiba-tiba mengirim pesan dan memintanya untuk menggantikan sifnya.

Yvonna pun naik taksi ke rumah sakit. Gaun pengantin telah diganti dengan jas putih. Tiba-tiba, pintu ruang kantor didorong seseorang dengan kuat. Begitu hendak mendongak, dia langsung mendengar suara langkah kaki dan lampu telah padam. Kejadian ini sontak membuat Yvonne bergidik.

"Siapa di ...," Sebelum sempat menyelesaikan pertanyaannya, Yvonne telah ditekan seseorang ke meja. Barang-barang seketika berjatuhan. Kemudian, sebuah pisau yang tajam menodong lehernya. Pria yang memegang pisau itu mengancam, "Diam!"

Di bawah cahaya redup, Yvonne hanya bisa melihat seorang pria bermata tajam yang wajahnya penuh dengan darah. Dia bisa mencium bau amis darah yang menyengat sehingga tahu bahwa pria ini terluka.

Mungkin karena profesinya, Yvonne tetap bisa bersikap tenang meskipun dihadapkan dengan situasi seperti ini. Dia melengkungkan kakinya sedikit, mencoba untuk menyerang titik lemah pria ini. Namun, dia langsung tertangkap basah. Pria itu sontak menjepit kakinya dengan erat.

"Aku jelas-jelas melihatnya pergi ke arah sini." Terdengar lagi suara langkah kaki yang mendekati ruang kantor dan akan segera mendorong pintu masuk.

Dalam keadaan mendesak ini, pria itu terpaksa mencium bibir Yvonne. Yvonne bergegas melawan dan mendorong pria itu dengan mudah. Meskipun demikian, pria itu tidak melukainya dengan pisau. Hal ini membuatnya tertegun sesaat.

Krek! Gagang pintu telah dipegang seseorang. Yvonne langsung membuat keputusan. Dia mendongak untuk mencium pria itu, bahkan berinisiatif merangkul lehernya. Dia merasa takut, tetapi tetap berkata dengan tenang, "Aku bisa menyelamatkanmu."

Pria itu terkejut sesaat, lalu merasa tersentuh dengan sikap Yvonne. Kemudian, mulutnya mendekati telinga Yvonne sehingga napasnya yang panas terasa dengan jelas. Terdengar pula suara yang rendah dan seksi. "Aku pasti akan bertanggung jawab untukmu."

Eh? Sepertinya, pria ini sudah salah paham. Yvonne hanya ingin bersandiwara dengannya. Tepat ketika pintu didorong, Yvonne pun mengeluarkan desahan seperti yang ada di film-film. Suara yang dipenuhi hasrat itu seketika membuat si pria terpana, begitu juga orang-orang yang berada di depan pintu. Salah satunya berkata, "Gila, ada yang bercinta di rumah sakit? Seru sekali."

Pintu yang didorong memperlihatkan celah yang lebar. Cahaya lampu di koridor pun menyinari masuk dan mengenai tubuh Yvonne. Pria itu menindih tubuhnya sehingga menghalangi pandangan orang-orang di pintu masuk. Di bawah cahaya remang-remang, mereka hanya melihat sosok yang saling berpelukan.

"Itu bukan Shawn. Dia sudah terluka parah, mana mungkin masih bisa bercinta."

"Desahan wanita ini benar-benar menggoda."

"Cepat pergi. Kalau nggak menemukannya, kita akan mati!"

Suara langkah kaki pun berangsur menghilang. Shawn tahu bahwa sekelompok orang itu sudah pergi, tetapi dia tidak bisa mengendalikan hasratnya. Dia merasa sangat bergairah karena wanita asing ini.

Mungkin karena suasana yang begitu pas dan posisi keduanya yang begitu mesra, jiwa memberontak Yvonne seketika bergejolak. Kehidupannya yang selalu dikendalikan oleh orang lain, membuatnya tidak memiliki semangat hidup. Jadi, dia ingin membebaskan diri dengan melawan keluarganya kali ini. Pada akhirnya, Yvonne menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada pria itu.

....

Selesai berhubungan intim, pria itu mencium pipinya dengan lembut. Sebelum buru-buru pergi, dia berbisik dengan suara serak, "Aku akan mencarimu lagi."

Yvonne terus berbaring sejak tadi. Pinggangnya ditekan di tepi meja sehingga terasa agak sakit. Saat ini, telepon yang hampir jatuh tiba-tiba berdering. Dia mengulurkan tangan untuk mengambilnya, lalu terdengar suara panik rekannya. "Dokter Yvonne, ada pasien kecelakaan mobil di UGD. Lukanya sangat parah dan butuh pertolongan pertama. Tolong segera kemari."

"Oke, aku segera ke sana," sahut Yvonne yang telah menenangkan suasana hatinya. Setelah mengakhiri panggilan tersebut, dia termangu untuk sesaat. Barusan ....

Pakaiannya yang berantakan beserta rasa sakit di tubuh, memberi tahu Yvonne bahwa kejadian tadi bukan mimpi. Dia bercinta dengan seorang pria asing di malam pertamanya. Ini adalah pemberontakan terbesar yang pernah dia lakukan! Namun, sekarang bukan saatnya untuk memikirkan itu. Dia segera merapikan pakaiannya, lalu pergi ke UGD.

Setelah sibuk semalaman, Yvonne kembali ke ruang kantor yang masih terlihat berantakan. Tangannya terkepal erat karena memikirkan kejadian kemarin malam.

"Dokter Yvonne, terima kasih sudah menggantikan sifku," ujar Jolene Summers sambil menghampiri dengan tersenyum.

Yvonne pun memaksakan senyuman seraya membalas, "Sama-sama."

"Urusanku sudah beres, kamu sudah boleh kembali untuk beristirahat," kata Jolene. Ketika melihat ruang kantor yang berantakan, dia pun mengangkat alisnya dan bertanya, "Kenapa bisa begini?"

Yvonne menoleh dan menyembunyikan kepanikan pada sorot matanya. Kemudian, dia baru menjawab, "Aku nggak sengaja menjatuhkan barang-barang itu. Kalau begitu, aku pulang dulu."

Jolene merasa ada yang aneh, tetapi tidak terlalu memedulikannya. Dia pun masuk dan membereskan barang-barang di lantai.

Saat ini, asisten Shawn yang bernama Xavier Hughes tiba-tiba muncul di pintu masuk dengan dituntun oleh direktur rumah sakit.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status