Simon melotot marah. Dibentaknya menantunya dengan kasar, “Apakah kau tidak mendengar ucapan sekretarismu itu barusan? Dia sudah menyebutkan nama orang yang tepat untuk menggantikannya. Sudahlah, aku tak mau mempertahankan orang yang hatinya sudah tidak berada di perusahaan ini. Pergilah kau dengan sekretaris tercintamu itu, Jon. Enyahlah kalian berdua dari kantor ini!”
Karin segera pergi meninggalkan tempat itu untuk mencari calon pengganti yang disebutnya tadi di departemen akunting. Sementara Jonathan masih bersitegang dengan ayah mertuanya.
“Maafkan Jonathan, Pa. Tapi terus terang Jon tidak mengerti maksud ucapan Papa barusan.”
Mata Simon berkilat-kilat marah. Ia berkata garang, “Aku ini sudah banyak makan asam garam kehidupan, Jon. K
Pendamping hidupnya yang sedang merangkai bunga di dalam vas itu terperangah. Langsung dihentikannya kegiatannya. Ia lalu menghampiri suaminya yang tengah duduk di sofa ruang keluarga. “Mas, bukankah pabrik cat dan developer properti itu hasil jerih payahmu selama puluhan tahun? Kenapa mau dijual?” tanyanya keheranan. Lawan bicaranya menghela napas panjang. Diraihnya tangan sang istri yang duduk di sebelahnya. Diremas-remasnya dalam pangkuannya untuk memberikan rasa tenang pada hatinya yang gundah. “Apa artinya punya bisnis yang berhasil kalau tidak ada orang yang dapat kupercaya untuk meneruskannya?” sahutnya lirih. Ekspresi wajahnya tampak sedih. Ditatapnya wanita yang sangat dicintainya itu dengan sorot mata sendu. “Seandainya aku sepu
Sepulang dari gereja, Jonthan duduk merenung di dalam kamar hotelnya. “Urusan serah terima perusahaan sudah selesai. Besok pagi aku akan meninggalkan hotel ini untuk menandatangani akta sewa-menyewa apartemen di notaris. Setelah itu aku pindah ke tempat tinggal yang baru. Akan kutata barang-barangku di sana dan membeli perlengkapan rumah tangga yang belum tersedia. Lalu…apa lagi, ya?” tanyanya pada dirinya sendiri.Setelah berpikir sejenak, ia melanjutkan ucapannya, “Dokumen-dokumen untuk menggugat cerai sudah lengkap kuserahkan semua pada Lusia. Selanjutnya aku tinggal menunggu kabar darinya untuk menghadiri sidang di pengadilan. Dan kurasa sudah waktunya aku memikirkan mau bekerja apa. Uang tabunganku sudah berkurang banyak untuk membeli mobil dan menyewa apartemen. Belum lagi untuk membayar honor Lusia. Ah, kerja apa ya, yang profitable dan membutuhkan modal ya
Kepala Jonathan bagaikan disiram air dingin. Segar sekali rasanya. Belum…, batinnya bersukacita. Berarti...akan, dong. Seulas senyum penuh harapan mulai tersungging di sudut bibirnya. Karin yang melihat pria itu tidak berkomentar apapun, langsung melanjutkan ceritanya.“Pak Simon lalu menatap saya tajam sekali sampai saya merasa risih dan menunduk. Tak lama kemudian beliau berkata bahwa Pak Jon seorang pria yang baik. Bila sudah bercerai dengan Bu Theresia nanti, Pak Jon bebas dan berhak menjalin hubungan dengan wanita lain….”Jonathan terkesiap mendengar penuturan gadis itu. Jadi…, batinnya terharu. Papa sudah menerima kenyataan bahwa aku menaruh hati pada Karin. Beliau tidak masalah jika setelah bercerai, aku melanjutkan hidupku….&nb
“Kamu…kamu tertarik terjun ke bisnis properti?” tanya Jonathan terbata-bata. Mina langsung terpingkal-pingkal. “Jon, Jon…. Kamu kok kaget gitu. Memangnya aku nggak pantas ya berbisnis properti? Cocoknya cuma bisnis kecantikan aja?” tanya perempuan itu kenes. “Bu…bukan gitu, Min.” “Terus apa?” “Yah, selama ini kamu kan nggak pernah nyinggung-nyinggung soal properti. Jadi kupikir kamu nggak berminat sama sekali.” “Ya, abis kalian nggak pernah ajak aku bahas tentang itu, sih.” “Emang kamu ng
Lawan bicaranya menatap Karin tak percaya. Benarkah apa yang kudengar ini? batinnya kegirangan. Dengan mata berseri-seri dianggukkannya kepalanya. Gadis di depannya tersenyum tipis dan mulai membereskan barang-barangnya. Bosnya sendiri melangkah dengan ringan menuju ke dalam ruangan kerjanya. Dibereskannya mejanya. Lalu dia meninggalkan ruangan itu sambil menenteng tas kerja berwarna hitam. Begitulah, kedua insan yang sudah lama dimabuk asmara namun berusaha menahan perasaan selama berbulan-bulan itu akhirnya keluar dari ruko tiga lantai itu dan berpamitan pada office boy yang duduk menunggu di teras. Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, Jonathan meraih tangan Karin yang duduk di sebelahnya. Diremas-remasnya jari-jemari lentik itu penuh perasaan. Sang gadis tersipu malu. Beberapa saat kemudian, mobil Sigra hi
Demikianlah, hubungan Jonathan dan Karin semakin dekat dari hari ke hari. Sang wanita sudah tak segan-segan memanggil kekasihnya dengan sebutan Mas Jon, sedangkan sang pria selalu berada di sisi gadis pujaannya ke mana pun dia pergi. Di luar kantor mereka sudah biasa bergandengan tangan ataupun saling merangkul. Ekspresi keduanya tampak begitu bahagia. Pada suatu hari Jonathan menemui Rosa di tempatnya bekerja sekarang, yaitu perusahaan garmen milik suaminya. Mantan sekretarisnya itu terkejut sekali dengan kedatangan pria yang diketahuinya sudah keluar dari perusahaan milik mertua dan membangun bisnis bersama sahabat-sahabatnya. “Waduh, saya merasa tersanjung dengan kedatangan seorang tamu terhormat di kantor yang sederhana ini,” selorohnya sambil menjabat tangan Jonathan. Senyum ramah tersungging di wajahnya. “Apa kaba
Pasangan suami-istri itu tak saling menyapa. Sang suami bahkan berpura-pura tak melihat wanita yang selama seputluh tahun menjalani rumah tangga bersamanya. Saat proses mediasi dilakukan, dia dengan tegas menolak bersatu kembali dengan Theresia dengan alasan sudah tidak ada kecocokkan. Sang istri yang merasa gengsi juga menyatakan hal yang sama.Sidang pun ditunda hingga waktu yang akan ditentukan kemudian. Sang penggugat menghela napas lega. Setidaknya sidang pertama sudah kulalui dengan baik, ucapnya bersyukur dalam hati. Dia lalu berbicara pelan dengan pengacaranya supaya tidak terdengar oleh Theresia dan kuasa hukumnya.Sang tergugat yang secara diam-diam memperhatikan suaminya sejak tadi mendadak hatinya jadi terbakar melihat kedekatan laki-laki itu dengan pengacaranya. Jangan-jangan mereka mempunyai hubungan lebih dar
“Aku mau pergi menemui pengacara bernama Lusia itu, Pa,” kata Theresia tiba-tiba. Ayahnya kaget mendengarnya. “Buat apa kau menemuinya, Nak? Kalau ada masalah, biar pengacaramu saja yang berhadapan dengan orang itu,” nasihat Simon sabar. Dia sampai mengelus-elus dadanya sendiri. Mau berbuat ulah apalagi anakku ini? pikirnya letih.“Pengacara yang Papa pilihkan untuk There nggak bagus kerjanya Kurang tanggap dan cekatan. Malah si Lusia itu kelihatan lebih cerdas.”“Ini kan cuma kasus perceraian biasa, Nak. Juga tidak ada harta gono-gini dan perebutan hak asuh anak. Pakai pengacara biasa saja sudah cukup. Seandainya kamu bisa kooperatif sedikit saja, kasusmu ini akan cepat selesai. Mengertilah, There. Papa ini sudah tua. Kenapa tidak kau biarkan papamu ini menjalani masa tua dengan te